TELAT NIKAH
8 juni 2017
Tulisan dibawah ini sengaja saya copas
dari facebook pribadi saya. Mengingat tulisan ini untuk saya cukup menarik dan
semoga menjadi motivasi bagi yang membaca. Ambil hikmahnya saja dari cerita dibawah
ini
Aku sudah lulus
dari kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus.
Lamaran kepada diriku untuk menikah
juga mulai berdatangan, akan tetapi aku tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membuatku tertarik.
Kemudian kesibukan
kerja dan karir memalingkan aku dari segala hal yang lain. Hingga aku sampai
berumur 34 tahun.
Ketika itulah aku
baru menyadari bagaimana susahnya terlambat menikah.
Pada suatu hari
datang seorang pemuda meminangku. Usianya lebih tua dariku 2 tahun. Dia berasal
dari keluarga yang kurang mampu. Tapi aku ikhlas menerima dirinya apa adanya.
Kami mulai
menghitung rencana pernikahan. Dia meminta kepadaku photo copy KTP untuk
pengurusan surat-surat pernikahan. Aku segera menyerahkan itu kepadanya.
Setelah berlalu
dua hari ibunya menghubungiku melalui telepon. Beliau memintaku untuk bertemu
secepat mungkin.
Aku segera
menemuinya. Tiba-tiba ia mengeluarkan photo copyan KTPku. Dia bertanya kepadaku
apakah tanggal lahirku yang ada di KTP itu benar?
Aku menjawab:
Benar.
Lalu ia berkata:
Jadi umurmu sudah mendekati usia 40 tahun?!
Aku menjawab:
Usiaku sekarang tepatnya 34 tahun.
Ibunya berkata
lagi: Iya, sama saja.
Usiamu sudah lewat 30 tahun.
Itu artinya kesempatanmu untuk memiliki anak sudah semakin tipis.
Sementara aku ingin sekali menimang cucu.
Usiamu sudah lewat 30 tahun.
Itu artinya kesempatanmu untuk memiliki anak sudah semakin tipis.
Sementara aku ingin sekali menimang cucu.
Dia tidak mau diam
sampai ia mengakhiri proses pinangan antara diriku dengan anaknya.
Masa-masa sulit
itu berlalu sampai 6 bulan.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi melaksanakan ibadah umrah bersama ayahku, supaya aku bisa menyiram kesedihan dan kekecewaanku di Baitullah.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi melaksanakan ibadah umrah bersama ayahku, supaya aku bisa menyiram kesedihan dan kekecewaanku di Baitullah.
Akupun pergi ke
Mekah.
Aku duduk menangis, berlutut di depan Ka’bah.
Aku memohon kepada Allah supaya diberi jalan terbaik.
Aku duduk menangis, berlutut di depan Ka’bah.
Aku memohon kepada Allah supaya diberi jalan terbaik.
Setelah selesai
shalat, aku melihat seorang perempuan membaca al Qur’an dengan suara yang
sangat merdu.
Aku mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat:
Aku mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat:
(وكان فضل الله
عليك عظيما)
“Dan karunia Allah
yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar”.
(An Nisa’: 113)
Air mataku menetes
dengan derasnya mendengar lantunan ayat itu.
Tiba-tiba
perempuan itu merangkulku ke pangkuannya.
Dan ia mulai mengulang-ulang firman Allah:
Dan ia mulai mengulang-ulang firman Allah:
(ولسوف يعطيك ربك
فترضي)
“Dan sungguh,
kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi
puas”.
(Adh Dhuha: 5)
Demi Allah,
seolah-olah aku baru kali itu mendengar ayat itu seumur hidupku. Pengaruhnya
luar biasa, jiwaku menjadi tenang.
Setelah seluruh
ritual umrah selesai, aku kembali ke Cairo.
Di pesawat aku duduk di sebelah kiri ayahku, sementara disebelah kanan beliau duduk seorang pemuda.
Di pesawat aku duduk di sebelah kiri ayahku, sementara disebelah kanan beliau duduk seorang pemuda.
Sesampainya
pesawat di bandara, akupun turun.
Di ruang tunggu aku bertemu suami salah seorang temanku.
Di ruang tunggu aku bertemu suami salah seorang temanku.
Kami bertanya
kepadanya, dalam rangka apa ia datang ke bandara?
Dia menjawab bahwa ia lagi menunggu kedatangan temannya yang kembali dengan pesawat yang sama dengan yang aku tumpangi.
Dia menjawab bahwa ia lagi menunggu kedatangan temannya yang kembali dengan pesawat yang sama dengan yang aku tumpangi.
Hanya beberapa
saat, tiba-tiba temannya itu datang.
Ternyata ia adalah pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku tadi.
Ternyata ia adalah pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku tadi.
Selanjutnya aku
berlalu dengan ayahku…..
Baru saja aku
sampai di rumah dan ganti pakaian, lagi asik-asik istirahat, temanku yang
suaminya tadi aku temui di bandara menelphonku.
Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku.
Dia ingin bertemu denganku di rumah temanku tersebut malam itu juga.
Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.
Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku.
Dia ingin bertemu denganku di rumah temanku tersebut malam itu juga.
Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.
Jantungku
berdenyut sangat kencang akibat kejutan yang tidak pernah aku bayangkan ini.
Lalu aku meminta
pertimbangan ayahku terhadap tawaran suami temanku itu.
Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya.
Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.
Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya.
Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.
Akhirnya…..aku pun
datang berkunjung ke rumah temanku itu.
Hanya beberapa
hari setelah itu pemuda tadi sudah datang melamarku secara resmi.
Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri.
Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan.
Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri.
Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan.
Kehidupanku
berkeluarga dimulai dengan keoptimisan dan kebahagiaan.
Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku.
Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.
Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku.
Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.
Namun sudah
beberapa bulan berlalu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku.
Perasaanku mulai diliputi kecemasan.
Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.
Perasaanku mulai diliputi kecemasan.
Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.
Aku minta kepada
suamiku untuk membawaku memeriksakan diri kepada dokter ahli kandungan.
Aku khawatir kalau-kalau aku tidak bisa hamil.
Aku khawatir kalau-kalau aku tidak bisa hamil.
Kami pergi untuk periksa
ke seorang dokter yang sudah terkenal dan berpengalaman.
Dia minta kepadaku untuk cek darah.
Dia minta kepadaku untuk cek darah.
Ketika kami
menerima hasil cek darah, ia berkata bahwa tidak ada perlunya aku melanjutkan
pemeriksaan berikitnya, karena hasilnya sudah jelas.
Langsung saja ia mengucapkan “Selamat, anda hamil!”
Langsung saja ia mengucapkan “Selamat, anda hamil!”
Hari-hari
kehamilanku pun berlalu dengan selamat, sekalipun aku mengalami kesusahan yang
lebih dari orang biasanya.
Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.
Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.
Sepanjang
kehamilanku, aku tidak punya keinginan mengetahui jenis kelamin anak yang aku
kandung.
Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya.
Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya.
Setiap kali aku
mengadukan bahwa rasanya kandunganku ini terlalu besar, dokter itu menjawab:
Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.
Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.
Selanjutnya
datanglah hari-hari yang ditunggu, hari saatnya melahirkan.
Proses persalinan
secara caesar berjalan dengan lancar.
Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan.
Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah.
Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.
Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan.
Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah.
Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.
Aku dikagetkan
dengan pernyataannya:
“Jadi bagaimana
pendapatmu kalau kamu memperoleh Hasan, Husen dan Fatimah sekaligus?
Aku tidak paham
apa gerangan yang ia bicarakan.
Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan?
Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan?
Lalu ia menjawab
sambil menenangkan ku supaya jangan kaget dan histeris bahwa Allah telah
mengaruniaku 3 orang anak sekaligus. 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Seolah-olah Allah
berkeinginan memberiku 3 orang anak sekaligus untuk mengejar ketinggalanku dan
ketuaan umurku.
Sebenarnya dokter
itu tahu kalau aku mengandung anak kembar 3, tapi ia tidak ingin menyampaikan
hal itu kepadaku supaya aku tidak merasa cemas menjalani masa-masa kehamilanku.
Lantas aku
menangis sambil mengulang-ulang ayat Allah:
(ولسوف يعطيك ربك
فترضى)
“Dan sungguh,
kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi
puas”. (Adh Dhuha: 5)
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
(وَاصْبِرْ
لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا )
“Dan bersabarlah
menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan
Kami…” (Ath Thur: 48)
Bacalah ayat ini
penuh tadabbur dan penghayatan, terus berdoalah dengan hati penuh yakin bahwa
Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menelantarkanmu.
Bila status ini
ada manfaatnya silahkan di-share.
Jazaakumullahu
khairan
By : Cirebon Tanpa
Pacaran