apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Minggu, 27 September 2015

SAKIIIIIIT

SAKIT
260315
Siapa sih manusia di dunia ini yang tak pernah sakit? Baik sakit ringan, sedang sampai berat sekalipun? Adakah manusia yang tak pernah sakit? Rasanya mustahil yah. Walaupun saya rasa tak ada manusia yang menginginkan sakit. Normalnya begitu bukan?

Lalu saat kita jatuh sakit apa saja yang ada dipikiran kita. Mungkin pikiran macam-macam yang terkadang menakutkan bisa saja menghantui kita. Walaupun mungkin sakitnya tak parah namun sakit yang tak kunjung sembuh membuat kita terkadang berprediksi yang tidak-tidak. Yah contohnya prediksi soal kematian. Bisa saja karena kita diberi sakit oleh Allah SWT baru lah kita mengingat akan kematian yang bisa saja mendatangi kita lewat sakit tersebut. Jadilah pikiran macam-macam ada diotak kita. Yah tak salah memang jika berpikir seperti itu. Namun saya rasa jangan lah terlalu berlebihan. Ingat lagi saat kita sakit “tak ada sakit yang tak ada obatnya kecuali mati”. Yah kalo selama penyakit kita masih ada obatnya sebaiknya jangan terlalu memikirkan kematian. Ingat yah obat, bukan kesembuhan. Bedakan hal itu. Karena memang ada beberapa penyakit yang jika kita sudah terjangkit penyakit itu bisa saja tak akan sembuh total namun bukan berarti tak ada obatnya. Walaupun mungkin obat tersebut bukan untuk kesembuhan tetapi membuat kita bertahan untuk hidup. Yah dengan kata lain mungkin menunda kematian.

Yah memang wajar sih jika kita sakit yang ada dipikiran kita adalah kematian tapi saya rasa yang harus dipikirkan jangan lah hanya soal kematian saja namun kesiapan kita menghadapi kematian. Yah kalo cuma dipikirin ajah buat apa tanpa ada tindakan lainnya. Maksudnya jangan hanya memikirkan mati, tapi lakukan suatu persiapan untuk menghadapinya yah contohnya dengan amal baik mungkin.

Ingat tentang sakit, saya jadi teringat tentang pasien dewasa saya terdahulu. Mengingat sekarang saya hampir 3 tahun tak menangani pasien dewasa tetapi bayi baru lahir. Saat sakit, betapa pentingnya kehadiran seseorang. Baik itu pasangan (suami atau istri), anak, orangtua, kerabat, sahabat, teman, atau apapun itu. Karena saat sakit tak semua hal dapat kita lakukan seorang diri. Walaupun hal tersebut rasanya mudah dan kecil untuk dilakukan saat kita sakit. Yah contohnya saja makan. Saat sehat jenis makanan apapun mungkin dapat dengan mudah masuk kedalam tubuh kita. Tapi akan berbeda kondisinya saat kita sakit. Makanan yang biasa kita makan enak saat sehat bisa saja saat kita sakit, makanan tersebut menjadi tak enak bahkan membuat kita enek jika memakannya bahkan hingga memuntahkannya kembali. Itulah mungkin yang biasa terjadi. Itulah yang saya katakan pentingnya kehadiran seseorang saat sakit. Yah walaupun bukan hanya saat sakit saja kehadiran seseorang itu penting. Namun saat sakitlah kehadiran seseorang menjadi amat sangat penting dan amat sangat dibutuhkan. Yang mungkin saat kita sehat dalam sehari-hari orang tersebut bisa saja menjadi tak penting bahkan sering kali kita mengabaikan kehadirannya.

Saya ingat saat masih menangani pasien dewasa ada pasien yang ditinggal sendiri. Saya tanya “kemana keluarganya?”. Ada yang mengatakan “tidak punya”, “keluarganya jauh belum datang”, “sedang keluar dulu beli makan”, atau “kerja dulu nanti datang lagi”. Yah tidak hanya satu pasien yang saya tanyakan memang. Karena dalam melakukan tindakan keperawatan terkadang perawat tak bisa berdiri sendiri. Terkadang membutuhkan oranglain untuk berkolaborasi termasuk salah satunya pihak keluarga. Dan jika pihak keluarga tak ada terkadang kita susah untuk melakukan tindakan yang sudah diinstruksikan oleh dokter. Saat itu saya mulai berpikir pentingnya keluarga dalam hidup. Mungkin ada hubungannya pentingnya mempunyai pasangan hidup dan anak dalam kehidupan sehari-hari kita. Yah saat kita sakit siapa yang akan mengurus kita secara langsung jika bukan pasangan atau anak kita? Entah pikiran picik atau tidak, jika tujuan kita membutuhkan pasangan atau anak untuk hal tersebut. Namun pada kenyataannya itulah yang terjadi. Tak heran rasanya jika banyak pasangan yang mungkin belum diberi amanah untuk memiliki anak mereka biasanya terus berusaha untuk memilikinya. Terkadang segala cara pun dilakukan. Entah dengan mengadopsi ataupun melakukan program dokter. Yah itulah yang terjadi. Entah picik atau tidak, jika tujuan berumah tangga atau nikah adalah ingin memiliki keturunan. Yah hal itu mungkin juga penting. Namun apakah menjadi satu-satunya tujuan sebuah pernikahan? Sehingga jika tujuan tersebut tak dapat terpenuhi membuat salah satu dari pasangan tersebut berpaling hingga bahkan meninggalkannya? Yah bicara mengenai sakit membuat saya bicara mengenai keluarga terutama pasangan dan anak. Karena begitulah adanya memang yang rasanya terjadi.

Seorang anak jika sakit pasti membutuhkan orangtua begitu juga sebaliknya mungkin. Seorang suami atau istri saat sakit pasti membutuhkan orang yang seharusnya menemani hidupnya yang mungkin juga membutuhkan orang yang dicintai dan mencintainya. Yang pasti saat sakit pastinya kita membutuhkan keluarga entah siapa itu dan hubungannya apa.
Sakit itu kafarah dosa. Jujur saya pribadi sebenarnya tak mengerti dengan arti “kafarah dosa” itu. Yang saya tau sakit itu sebuah peringatan atau cobaan dari Allah SWT untuk hambanya. Kalo sakit itu berupa ujian atau cobaan, bersyukurlah diberi sakit. Karena itu berarti Allah SWT mempercayai kita untuk menghadapi cobaan atau ujian tersebut. Yah seperti seseorang yang akan naik tingkat pasti melalui ujian dulu kan? Begitupun halnya dengan sakit mungkin. Namun jika sakit yang diberikan oleh Allah SWT adalah berupa peringatan. Baiknya kita mengoreksi diri kita. Apa saja yang telah kita perbuat? Apakah perbuatan kita terhadap sesama sudah benar menurut Allah SWT? Apakah ada perbuatan atau sikap kita yang menyakiti ataupun merugikan oranglain? Apakah sudah benar kita memperlakukan diri kita sendiri?

Terkadang sakit itu dibuat oleh manusia itu sendiri. Itulah yang saya amati. Karena tak mungkin ada akibat jika tak ada sebab. Contohnya sakit thypus yang biasanya terjadi pada orang yang mempunyai banyak kegiatan di luar rumah sehingga tak memperhatikan pola makan, pola tidur dan jam istirahat dari waktu 24 jam dalam sehari yang telah diberikan Allah SWT pada kita. Tak salah memang dengan banyak kegiatan. Namun pola makan dan pola istirahat serta tidur jangan sampai terabaikan. Jika perlu bantuan multivitamin mengapa tak dilakukan secara rutin jika memang kegiatan kita seabrek. Sesungguhnya itulah yang kiranya terjadi pada saya. Entah kegiatan saya diluar rumah banyak atau tidak. Saat ini saya hanya kerja, kuliah dan beberapa kegiatan olahraga yang memang sudah menjadi program harian, mingguan ataupun bulanan saya. Dan masih banyak kegiatan lain yang belum bisa saya lakukan saat ini selain dikarenakan terbentur waktu dan biaya hehehe.

Mungkin kuliah dan kerja yang bisa dibilang agak berat. Kenapa? Tak jarang saya tak pulang ke rumah kurang lebih 24 jam dikarenakan kerja lalu langsung kuliah. Yah berangkat malam dari rumah untuk kerja dan pulang pagi langsung berangkat kuliah tanpa pulang dulu ke rumah. Karena jika pulang ke rumah tak sempat dan akan terlambat. Gak enak rasanya jika tak mengikuti mata kuliah dari awal. Toh jika saya pulang pun rasanya bukan mengurangi rasa letih saya namun akan menambah rasa lelah saya karena baru pulang dan harus berangkat lagi. Lebih baik sekalian tak pulang hehehe. Yah mungkin bisa dibayangkan setelah kerja dimalam hari yang pastinya kurang tidur dan paginya harus langsung berangkat kuliah. Bisa dibayangkan bagaimana letihnya badan saya. Yah sudah semua itu adalah konsekueni dan resiko dari kegiatan yang saya jalani. Namun satu hal yang harus dilakukan jika dalam kondisi tersebut adalah jangan lupa makan dan jika perlu tambah multivitamin. Karena jika hal tersebut saya abaikan, akan bagaimana dengan badan saya. Sudah kurang tidur, asupan makanan pun tak ada. Yang pada akhirnya jatuh sakit. Nauzubillah jangan sampai terjadi.

Kegiatan olahraga? Beberapa kegiatan olahraga saya haruskan dalam hidup saya. Kenapa? Tujuan saya berolahraga adalah untuk mencegah sakit berat yang mungkin membuat saya harus dirawat jika itu terjadi. Jujur saya tak mau sakit. Dan saya rasa bukan hanya saya yang tak ingin sakit. Namun mungkin semua manusia tak menginginkan hal itu terjadi.

Mengapa saya tak ingin sakit? Selain pernah ada teman SMA yang mengatakan kepada saya saat saya tak latihan karate karena sakit, dia berkata “karateka koq sakit”. Yah apa salahnya dengan karateka sakit? Toh karateka juga manusia kan? Namun mungkin memang aneh rasanya jika nama karateka diidentikkan dengan sakit. Karena latihan karate kan olahraga yang tentunya mungkin bertujuan agar sehat. Namun jika setelah latihan yang terjadi adalah sebaliknya yah memang rasanya ada yang tak beres atau aneh gitu. Yah memang setelah latihan karate tak heran jika badan terasa sakit apalagi jika orang tersebut belum terbiasa dengan latihan karate. Atau pun setelah latihan wajah atau organ tubuh lain ada yang biru-biru bahkan sampai berdarah. Namun hal itu semua terjadi jika ada hal yang seharusnya dilakukan tetapi tak dilakukan. Contohnya harusnya jika ada pukulan kita menangkis namun ternyata kita tak mampu untuk menangkis yah jadi lah wajah bonyok biru-biru hahaha. Atau badan terasa sakit mungkin dikarenakan pemanasan dan pelenturan yang tak beres atau tak dilakukan dengan benar oleh karateka itu sendiri. Yah intinya jika latihan karate dilakukan sesuai dengan prosedur dari awal latihan sampai akhir latihan saya rasa hal buruk insya Allah tak akan terjadi, salah satunya yaitu sakit.

Karena ada yang pernah mengatakan “karateka koq sakit”. Saya jadi berpikir, bagaimana jika saya sebagai perawat sakit bahkan sampai di rawat? Pastinya banyak hal yang terpengaruh akan hal itu. Jika saya sakit bahkan sampai di rawat, bagaimana dengan kerja dan kuliah saya? Mungkin saja jika itu terjadi saya akan merugikan teman kerja saya. Yang seharusnya saya bekerja dan menangani pekerjaan, bisa saja pekerjaan tak tertangani dengan baik karena kurang sumber daya manusianya. Dan berapa mata kuliah yang akan saya lewati jika saya sakit bahkan dirawat yang membuat saya kemungkinan tak bisa mengikuti perkuliahan dengan semestinya.

Dan mungkin saya akan malu pada diri sendiri jika hal itu terjadi. Malu karena “perawat koq sakit” atau “perawat koq dirawat”. Yah miris rasanya tapi itulah mungkin yang akan terjadi. Bukan hal yang tak mungkin memang jika perawat pun sakit bahkan bisa sampai dirawat. Jangankan perawat, dokter ahli sekalipun bisa saja kan mengalami hal seperti itu. Namun yang ada dipikiran saya jika perawat sakit adalah “gimana mau merawat orang lain, jika merawat diri sendiri saja gak bisa. Tuh buktinya sakit dirawat pula”. Entah lah itu hanya pikiran picik saya atau gimana. Mungkin itu hanya sekedar bayangan saja jika ada orang yang menyeletuk kemungkinan seperti itu celetukannya. Oh iya pernah juga saya mendengar celetukan orang tua saya, saat anak teman saya yang sesama perawat sakit sehingga tidak bisa masuk kerja. Begini celetukannya “perawat koq anaknya bisa sakit, emang ga bisa dilihat gejalanya”. Yah saya jawab saja “yah atuh gimana sakit kan kadang dadakan ga tau kapannya”. Tapi celetukan orang tua saya membuat saya merenung memikirkannya. Saya pikir tak ada salahnya juga celetukan tersebut sebagai bahan untuk koreksi. Jangan sampai kita merawat orang lain tetapi diri sendiri bahkan anak tak terawat oleh kita. Yah memang sakit mah sakit ajah. Emang udah waktunya sakit. Tapi kan semuanya pasti ada sebab musabab. Ada baiknya belajarlah dari hal itu agar tak terjadi lagi hehehe.

Sakit mungkin adalah hal yang lumrah pada manusia. Tanpa memandang siapa manusia itu. Namun seperti yang saya katakan di atas. Terkadang sakit karena ulah sendiri. Yah maksudnya ulah manusia itu sendiri yang tak memperhatikan kesehatannya. Terkadang manusia pula yang tak mau atau tak berani memeriksakan kesehatannya. Yang biasanya dikarenakan takut jika mengetahui hal apa yang terjadi pada dirinya mengenai kesehatannya. Entah itu wajar atau tidak. Namun itu semua sebenarnya adalah sebuah pencegahan. Jika kita tak segan memeriksakan kesehatan kita saat kita merasa ada gejala yang menurut kita tak biasa terjadi pada diri kita atau pemeriksaan kesehatan rutin yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu, kemungkinan hal buruk bisa saja dicegah. Tetapi bukan berarti hal buruk atau terburuk tidak akan terjadi. Semua hal bisa saja terjadi. Namun setidak-tidaknya pencegahan sudah dilakukan. Dan jika pencegahan sudah dilakukan tetapi tetap jatuh sakit ya sudah memang itu yang sudah Allah SWT berikan. Toh manusia hanya berusaha kan. Ingat saja itu yang terbaik yang Allah SWT berikan walaupun rasanya pasti tak enak.  Apa yang enak dari sakit? Rasanya tak ada. Walaupun mungkin bisa libur dari segala aktivitas tapi yang namanya sakit tetaplah tak enak. Dan kalau itu sudah terjadi pengobatanlah yang seharusnya dilakukan hingga akhir hehehe.

Ingat lagi saat kita di beri sakit oleh Allah SWT yang harus kita lakukan adalah mengobati sakit tersebut. Bukan menyalahkan Allah SWT kenapa saya di beri sakit? Sakit itu juga musibah. Dan baiknya saat kita diberi musibah mungkin harusnya kita tawakal dan sabar serta jangan lupa berdoa kepada Allah SWT memohon diberi yang terbaik. Jadi saat sakit kita harus berobat, berdoa, bertawakal, dan bersabar. Mungkin empat point tersebut yang menurut saya sangat penting yang harus kita lakukan saat sakit.

Namun ada hal miris yang terkadang membuat kita mungkin tertegun mendengarnya. Saat sakit yang seharusnya berobat menjadi tak berobat. Bukan karena si sakit tak mau berobat. Namun karena ada satu hal yang membuat dia tak bisa berobat yaitu biaya. Yah kalau sudah bicara soal biaya saya pun tak berani banyak berpendapat. Karena ini mungkin ada hubungannya dengan pemerintah. Seperti kita ketahui sekarang-sekarang ini pemerintah sudah menyediakan fasilitas jaminan kesehatan apapun nama dan jenisnya yang mungkin bisa digunakan untuk rakyat. Namun nyatanya seperti apa? mungkin bisa dinilai sendiri. Saya tak mau bicara soal jaminan kesehatan ini. Karena saya tak begitu memahaminya juga. Takut-takut yang ada saya malah salah bicara.

Namun ada hal yang menurut saya aneh. Kenapa aneh? Misal kita bekerja di tempat A yang mungkin tempat itu bagus namun saat kita sakit ternyata kita tak mendapat sedikit pun fasilitas kesehatan dari tempat kita bekerja itu. Menurut saya itu aneh. Kenapa? Karena bisa saja kita sakit karena letih setelah bekerja di tempat itu dan mungkin juga kurang istirahat. Tapi apa yang kita dapat saat kita sebagai karyawan sendiri sakit? Adakah jaminan kesehatan dari tempat kita bekerja? Jika ada yah syukur namun jika tidak? Yah amat sangat miris rasanya menurut saya. Dan apa yang akan dilakukan jika sudah begitu? Tetap bertahan bekerja ditempat itu kah? Atau cari tempat bekerja lain? Yah semua itu kembali kepada individu masing-masing hehehe.

Ada juga yang pemerintah telah sediakan fasilitas jaminan kesehatan namun rakyatnya yang tak mau berusaha. Contohnya anaknya sakit dan tak punya biaya untuk berobat. Tenaga kesehatan sudah mengusahakan bagaimana agar anaknya dapat diobati. Namun terkadang orangtua si anak yang hanya duduk manis tak berbuat apa-apa. Menemani anaknya pun terkadang tidak sama sekali. Nah kalau sudah seperti itu mau bagaimana? Menyalahkan pemerintah atau tenaga kesehatan kah? Dan sekalipun orangtua anak tersebut tidak mengerti karena ketidaktahuan informasi. Menurut saya seharusnya orangtua anak tersebut mencari tahu apa yang dia butuhkan dan seharusnya dia tahu. Bukan hanya duduk manis. Bukankah jika tak tahu baiknya mencari tahu? Bukankah seperti itu?

Sakit memang wajar tapi perlu kita ketahui juga mengapa kita sampai jatuh sakit? Dan kita pun harus menyadari hal itu. Bagaimana jika sakit tersebut karena faktor usia? Sekalipun faktor usia saya rasa tak akan parah jika sedari awal kita mencegahnya dan sekalipun sudah terkena penyakit tersebut baiknya adalah menanggulanginya bukan memperparah keadaan yang sudah terjadi.


Teringat juga “lima perkara sebelum datang lima perkara” yang salah satunya adalah “sehat sebelum sakit”. Jadi saat kita sehat jagalah semaksimal mungkin kesehatan kita. Jika kita tak mau jatuh sakit. Tapi kalau ingin sakit sih yah terserah hehehe.

ta'aruf itu seperti apa??????????????????????

TA’ARUF ITU SEPERTI APA?
270915
Ta’aruf satu kata yang mungkin sering didengar. Tetapi sebenarnya bagaimana sih ta’aruf itu? terkadang ada orang yang bilang gak mau pacaran. Lalu apakah ia melakukan ta’aruf? Ta’aruf itu seperti apa? dia bilang tak pacaran. Namun kemana-mana selalu berdua dengan lawan jenis yang bukan muhrim. Berboncengan berdua dengan mesra. Berpegangan dan berpelukan saat dibonceng. Berduaan didalam mobil. Berfoto mesra berdua. Jalan-jalan berdua. Pergi berdua. Makan berdua. Kesana dan kesini berdua pula. Jika itu bukan pacaran, lalu disebut apa? dekat saja kah? Apakah jika hanya sekedar dekat seperti itu? parahnya lagi terkadang hal ini pun dilakukan oleh orang-orang yang jelas mengerti tentang agama, mengerti tentang batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan.

Jujur saya memang pernah pacaran, namun hal tersebut tak pernah berlangsung lama seperti bertahun-tahun. Hanya berlangsung selama beberapa bulan bahkan hanya hitungan hari atau minggu saja. Kemudian bubar. Jadi pacar hari ini, seminggu kemudian bertemu lalu putus. Itulah yang terjadi. Namun dari yang pernah saya alami walaupun hanya beberapa bulan, tak ada yang saya dapatkan. Tak ada manfaat yang saya peroleh dari pacaran. Hanya kesana-kesini berdua sebagai teman jalan, teman ngobrol, atau antar jemput seperti ojek hahaha. Jika sebagai teman ngobrol dan membicarakan hal yang bermanfaat seperti diskusi mungkin itu masih ada baiknya. Namun sayangnya saat pacaran yang dibicarakan biasanya bukan sesuatu yang bermanfaat bahkan terkadang hanya sebuah omong kosong belaka.


Seperti yang pernah saya dengar bahwa katanya didalam islam sebenarnya tak ada yang namanya pacaran. Yang ada hanyalah ta’aruf. Kata ta’aruf yang sering didengar dan digembor-gemborkan itu sebenarnya seperti apa? Jujur setelah saya alami sendiri bahwa pacaran tak memberi manfaat apapun dan hanya membuang waktu, lama-kelamaan saya jadi malas untuk pacaran. Ya inginnya sih ta’aruf yang sering dibicarakan itu. Tetapi bagaimana ta’aruf itu sendiri pun saya tak tau? Seperti apa yang disebut ta’aruf itu? apa bedanya ta’aruf dengan pacaran? Malas rasanya menerka-nerka ta’aruf itu seperti apa, tanpa adanya contoh sebagai bukti nyata dalam hidup bahwa “seperti ini loh ta’aruf itu”.