apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Selasa, 07 Juni 2016

hujan

HUJAN-HUJANAN

Sering sekali bapak mengantar dan menjemputku. Dalam keadaan apapun selama ia masih merasa sanggup maka akan dilakukannya. Sakit sekalipun terkadang ia tetap mengantar dan menjemput saya. Termasuk ketika cuaca tak mendukung. Saat hujan lebat dan besar pun ia tetap mengantar saya bekerja di malam hari menggunakan motornya.
Begitulah saat beberapa waktu lalu jika tak salah selasa malam 24 mei 2016 hujan sangat besar dan lebat sekali dan saat itu pun saya harus pergi bekerja dinas malam. Maka dengan jas hujan dan motornya bapak tetap mengantar saya. Jalanan sudah banjir dan penglihatan sudah terhalang dengan rintik hujan ditambah suasana gelap hanya lampu sorot dari motor karena kebetulan lampu jalan mati. Diperjalanan saya tak tenang karena khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Hingga akhirnya sampailah saya di rumah sakit. Walaupun pakai jas hujan tetap saja pakaian saya basah karena lebatnya hujan. Alhamdulillahnya setelah itu hujan tak begitu lebat seperti awal. Alhamdulillah juga bapak baik-baik saja sampai di rumah.
Saya merasa sangat beruntung mempunyai orang tua seperti bapak yang selalu setia menunggu, mengantar dan menjemput saya. Sungguh sebenarnya saya terkadang merasa tak enak dengannya dan secara lisan memang saya tak pernah memintanya untuk diantar jemput. Namun keadaanlah yang membuat seperti ini. Sekalipun saya mempunyai motor, saya tak yakin juga diijinkan membawanya dimalam hari. Jadi mau bagaimana lagi? Jika tak diantar atau dijemput bagaimana saya pulang atau pergi untuk hal yang penting jika kondisinya sudah malam?
Bukan hanya untuk bekerja diantar dan jemput. Saat saya kuliah pun bapak masih mengantar saya berangkat. Walaupun tidak dijemput. Padahal saat berangkat sebenarnya saya masih bisa sendiri memakai angkutan umum. Namun terkadang sebelum saya siap bapak telah siap terlebih dahulu untuk mengantar saya. Saya pun terkadang berpikir tidak akan diantar namun ternyata salah. Karena ternyata bapak telah didepan dengan motornya.

Subhanallah jujur dari kecil saat saya masih sekolah menengah hingga sekarang saya bekerja dan kuliah lagi bapak masih dengan setia mengantar jemput. Saya yakin mungkin tak semua ayah seperti itu. Karena cerita teman, selama ia sekolah atau selama ini ia hanya pernah diantar dan jemput sebanyak dua kali itupun saat masih kanak-kanak dan selebihnya tak pernah lagi. Saat saya mengetahui itu saya merasa sangat beruntung mempunyai bapak yang amat sangat sayang terhadap anaknya entah karena saya anak perempuan satu-satunya atau bukan. Namun saya rasa itu bukanlah satu-satunya alasan.

menunggu

MENUNGGU DUA JAM LEBIH

Sungguh sangat sabar dan setia sang ayah karena telah dengan sabar menunggu sang anak keluar dari rumah sakit dan membawanya pulang ke rumah. Bayangkan ia harus menunggu sang anak selama kurang lebih dua jam. Karena sang anak sedang berada di rumah sakit lain untuk merujuk pasiennya. Rasa tak enak dengan sang ayah sesungguhnya menggelayuti di hati sang anak. Namun mau bagaimana lagi? Jikalau ia tak dijemput oleh sang ayah bagaimana ia bisa pulang ke rumah? Karena jika sudah malam tak ada lagi angkutan umum.
Itulah yang terjadi terhadap diri saya sewaktu bersama teman merujuk pasien ke sebuah rumah sakit di luar kota tepatnya di daerah Jakarta barat pada kamis 26 mei 2016. Berangkat dari rumah sakit sekitar jam 4 sore namun sampai di rumah sakit luar kota sekitar jam setengah tujuh karena macet. Kemudian baru selesai hingga sang pasien masuk ruang perawatan sekitar jam sebelas malam. Jadilah saya sampai ke rumah sakit asal sekitar jam setengah dua belas beruntung saat pulang tidak macet. Sehingga bisa cepat sampai.
Seharusnya jika saya dinas sore normal seperti biasa sekitar jam sembilan sudah keluar rumah sakit dan pulang. Saat itu seperti biasa bapak menjemput saya tepat jam sembilan. Saya pun mengabari bahwa saya sedang berada di rumah sakit lain sedang merujuk pasien yang entah kapan selesainya? Beruntungnya bapak juga tidak marah-marah dan tidak banyak tanya padahal saya mengabarinya hampir jam sembilan dimana bapak telah di rumah sakit. Akhirnya karena saya baru selesai merujuk sekitar jam sebelas malam jadilah bapak dengan setia menunggu saya pulang selama dua jam lebih. Setelah selesai dan keluar rumah sakit menemui bapak saya pun segera meminta maaf karena telah membuatnya menunggu lama. Jadilah saya sampai rumah sekitar jam dua belas malam. Makan kemudian langsung tidur.