apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Senin, 05 Oktober 2015

nenek


SUBHANALLAH NENEK

Sekali lagi bahwa kematian sungguh sangat rahasia Allah SWT. Tak akan ada yang tahu kapan manusia akan meninggal. Sekalipun mungkin ada beberapa manusia yang kadang mengetahui tanda-tanda orang akan meninggal. Jika dalam medis ini yang disebut dengan pasien terminal. Namun tetap waktu dan tempat tepatnya seseorang meninggal adalah mutlak rahasia Allah SWT. Begitu pun yang terjadi di bulan ramadhan 1436 hijriah ini tepat dihari ke 6 bulan ramadhan ba’da adzan isya nenek saya berpulang ke rahmatullah tepatnya 23 juni 2015 malam.

Sore di hari selasa dikabarkan melalui sebuah sms dari tetangga rumah nenek bahwa nenek engap-engapan. Spontan saya yang sedang tidur karena memang baru pulang kerja pagi hari sehabis kerja malam kaget dan panik. Ya gimana ga panik kalo ada yang bilang “engap-engapan” duh pikiran macam-macam deh. Tetapi saya tak langsung ke rumah nenek karena instruksi ibu. Akhirnya ibu dan yang lain berangkat lebih dahulu ke rumah nenek. Maka tinggallah saya di rumah sendiri. Namun saya tak tinggal diam saja. Saya kontak teman saya yang ada di rumah sakit untuk booking kamar terlebih dahulu takut-takut mau dibawa ke rumah sakit dan khawatir terjadi hospital tour yaitu ke rumah sakit satu dan lainnya penuh akhirnya jalan-jalan deh karena tak dapat kamar kosong. Menghindari hal tersebut saya pun booking kamar walaupun waktu pembookingan hanya berlaku selama 6 jam. Ya sudah saya oke kan saja. Jadi tidaknya urusan belakangan yang penting jika mau ke rumah sakit ada kamar kosong. Sehabis ashar saya dijemput bapak untuk ke rumah nenek. Saya berdoa dan berharap Allah SWT memberi nenek umur lebih panjang lagi dan bisa menyaksikan cucu-cucunya berumah tangga. Karena saat itu pikiran macam-macam menghantui saya karena mungkin panik tadi.

Sampai di rumah nenek tepat ba’da ashar saya langsung menemui nenek yang sedang makan bubur di kamar disuapi oleh uwa dan paman saya yang bungsu. Saya pun memegang tangannya. Terlihat sekali nafas nenek sesak dari pergerakan dadanya. Nadi cepat. Ya memang jika nafas cepat nadi pun akan cepat dan sebaliknya. Saya belum tau apakah nenek akan dibawa ke rumah sakit atau tidak. Karena menunggu paman pertama saya sampai rumah nenek. Setelah sampai dan melihat kondisi nenek yang sesak sebenarnya kami mau ikhtiar untuk ke rumah sakit namun nenek menolak. Karena nenek menolak untuk ke rumah sakit maka kami pun mengalah dan menuruti kemauan nenek. Kami semua yang ada di dalam rumah itu membacakan surat Al-Qur’an di dalam kamar nenek. Jujur saya memang tak begitu mengerti apa yang ucap oleh nenek. Namun yang saya dengar adalah “kumaha bae” atau “bagaimana saja”. Dan jujur saya pun tak mengerti apa arti kata tersebut. Karena setelah menemui nenek pikiran macam-macam saya hilang seketika. Terutama saat kami berbuka puasa dan nenek sendiri di dalam kamar saya masih melihat dengan jelas nenek mengambil gelas dan meminum air sendiri tanpa bantuan siapa pun. Setelah magrib beberapa orang pergi dahulu untuk pulang ke rumah termasuk ibu dan bapak serta adik-adik saya. Akhirnya tinggallah saya dan paman saya yang bungsu serta uwa dan lainnya di rumah nenek. Karena nenek ingin buang air besar dan tetangga menyarankan untuk buang air besar di tempat itu maka paman saya yang pertama beserta istri keluar untuk membeli pampers dan tisu basah. Saat adzan isya entahlah saya tak ingat persis waktunya saya pegang tangan dan kaki nenek dingin atau akralnya dingin. Saya lihat nafas nenek dangkal tak secepat sore tadi. Maka saya pun menelepon ibu yang baru sampai rumah untuk segera kembali ke rumah nenek. Baru saya membaca surah Yasin sambil melihat pergerakan dada nenek. Baru beberapa ayat saya baca surah Yasin tak lama saya melihat dada nenek tak bergerak. Saya pun menggoyang-goyangkan nenek berusaha meraba nadi namun tak teraba. Karena tak yakin maka saya pun meminta paman saya untuk merabanya. Uwa saya yang sedari tadi di dalam kamar pun histeris. Tak lama paman saya yang pertama datang setelah membeli pampers disusul oleh paman saya yang kedua. Setelah paman saya yang pertama mengatakan sudah tiada barulah saya yakin bahwa nenek sudah berpulang ke rahmatullah setelah meraba nadi yang ada ditangan dan nadi yang ada di leher. Maka saya pun menelepon ibu saya dan mengatakan bahwa nenek telah meninggal.
Saya masih ingat bagaimana nenek menghembuskan nafas terakhir. Kasarnya nenek seperti meninggal di tangan saya. Namun hal ini jangan dikonotasikan negatif yah. Saya baru tau bahwa nenek memang ingin ketemu saya. Karena kemarin-kemarin memang saya belum bisa menemui nenek karena harus kerja dan kuliah juga. Subhanallah nenek meninggal di usia yang memang terbilang tua yang berarti Allah SWT sudah memberi nenek umur panjang dan di bulan yang suci penuh berkah dan maghfiroh yaitu bulan ramadhan. Semoga nenek di bebaskan dari siksa kubur dan siksa api neraka amiiin. Subhanallah lagi nenek meninggal di saat saya libur dari pekerjaan. Subhanallah juga nenek meninggal di saat semua anak-anaknya kumpul. Di saat semua keinginan nenek hampir terpenuhi. Subhanallah ini yang terbaik dari Allah SWT untuk nenek. Allah SWT sayang nenek.

Setelah itu barulah kami mengabarkan saudara kami yang berada di luar kota dan sekitarnya bahwa nenek telah meninggal ba’da isya. Nenek tak langsung dimakamkan malam itu. Namun esok paginya baru dimakamkan. Dan setelah nenek meninggal barulah saya mengerti mengapa nenek tak mau ke dibawa ke rumah sakit dan ingin bertemu saya. Saya pikir nenek ingin bertemu saya adalah hal biasa seorang nenek yang ingin ketemu cucunya. Saat sebelumnya yaitu hari minggu malam ibu saya menginap saya pun berpikiran tumben ibu nginap di rumah nenek tapi saya pikir lagi wajarlah ibu nginap di rumah nenek karena nenek lagi sakit. Dan tak ada pikiran macam-macam saat itu.

Paginya sebelum dilakukan pemakaman seperti biasa mayat dimandikan dan dikafani kemudian dishalatkan dan setelah itu barulah jenazah diantar ke pemakaman dengan mobil jenazah. Subhanallah saat mobil jenazah nenek lewat hampir semua kendaraan disekitarnya berhenti ataupun melambatkan pengemudiannya seolah-olah memberi penghormatan kepada nenek. Saya yang ada di belakang mengikuti mobil jenazah dengan sebuah motor hanya bisa termenung dan sesekali menahan tangis.

Tak ada lagi suara khas nenek yang saya dengar jika nenek ke rumah dengan tiba-tiba dan buru-buru. Tak jarang nenek mengunjungi anak-anaknya jika anaknya lama tak mengunjunginya. Tak jarang pula ke rumah saya hanya untuk minta diteleponkan kepada paman saya karena kangen dan khawatir ada apa-apa karena tak mengabari nenek. Tak ada lagi obrolan nenek. Tak ada lagi masakan nenek yang enak. Itu hanya sedikit hal-hal yang akan membuat rasa kangen kepada nenek. Nenek rajin berpuasa bahkan saat menjelang ajal pun ia masih ingin berpuasa namun dilarang oleh kami. Bahkan sebelum berpulang pun nenek masih sempat shalat tarawih di mushola pada malam minggunya itu menurut tetangga di sekitar rumah nenek. Saya jadi berpikir nenek saya saja yang sudah uzur dan sebenarnya diperbolehkan tidak berpuasa namun tetap berpuasa, lalu bagaimana kita yang masih muda dan seharusnya mampu menahan makan dan minum saja banyak yang tak berpuasa. Kasarnya saja masa kalah sama nenek. Terkadang saya agak gimana gitu jika ada yang tak berpuasa di bulan ramadhan karena berhalangan lalu tak menggantinya dengan puasa pula di hari lain namun menggantinya dengan hal lain seperti fidyah misalnya padahal menurut saya seharusnya dia mampu untuk berpuasa tetapi beralasan gak kuat atau pun tak mampu. Yang saya tanyakan adalah benar-benar tak mampu atau memang tak niat? Mengapa karena kasarnya saja yang tua saja mampu lalu mengapa yang muda mengatakan tidak mampu. Yah puasa wajib di bulan ramadhan saja terkadang masih banyak yang tak melakukannya bagaimana dengan puasa-puasa sunah di hari lain. Semoga hal ini menjadi motivasi bagi saya pribadi amiiiin.

Walaupun nenek berpulang pada malam hari ba’da adzan isya dan dimakamkan pada esok harinya yang berarti proses pemandian dan dikafani pun pada pagi harinya tetapi tak tercium pun bau busuk dari jenazah nenek yang ada malah malam harinya tercium wangi daun pandan. Saat dimandikan pun jenazah nenek bersih putih senyum sejuk teduh seperti orang tidur, tak kaku walaupun sudah diinapkan hampir 12 jam, tak ada biru-biru yang biasa ada pada jenazah pada umumnya. Subhanallah sekali. Terima kasih ya Allah Engkau telah mengambil nenek diwaktu yang tepat dan tempat yang tepat. Mengapa? Selain nenek berpulang di bulan suci penuh berkah ramadhan ini, nenek juga berpulang di saat dimana saya bebas dari pekerjaan dan begitu juga dengan ibu bapak saya serta paman saya yang sedang mengambil cuti beberapa hari. Terima kasih ya Allah Engkau telah memberi nenek umur yang panjang. Terima kasih ya Allah Engkau telah memberi nenek yang terbaik, anak-anak nenek yang terbaik bahkan bukan hanya anak-anak nenek saja menantu-menantu dan cucu-cucu yang terbaik yang semua sayang sama nenek yang semua peduli sama nenek yang selalu bisa memenuhi keinginan nenek.

Subhanallah saat saya menginap dihari kedua setelah kepergian nenek yaitu hari kamis malam jumat saya memang shalat dan tidur di kamar nenek dan setiap kali masuk ke kamar nenek saya selalu mencium wangi entah itu wangi apa saya pun bingung wangi parfum kah? Atau memangnya wangi? Kalo wangi parfum? Siapa yang menyemprotkan parfum? Dan kalo wangi parfum koq ga hilang-hilang yah? Karena bingung dan awalnya niat bertanya namun niat itu terurungkan karena khawatir membuat orang lain takut karena ada beberapa orang yang tak berani tidur di kamar nenek. Akhirnya saat saya lupa akan pertanyaan wangi itu, eh ibu saya malah bilang duluan. Tidur di kamar nenek wangi yah? Deg saya pun kaget dan barulah pertanyaan yang memang ingin saya tanyakan terjawab dengan sendirinya. Yah berarti wangi yang saya cium di kamar nenek itu memang bukan parfum dan juga bukan perasaan saya saja. Karena jujur saking bingungnya dengan wangi tersebut yang sering hilang timbul saat saya berada di kamar itu sampai-sampai saya sering mengendus-endus hidung saya. Dan akhirnya semuanya sudah terjawab. Setiap saya di kamar nenek apalagi sendirian selalu teringat detik-detik terakhir saat nenek masih bernafas.