apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Senin, 21 Desember 2015

UJIAN???


UJIAN ATAU TIDAK?

Kamis siang 5 november 2015 saya mendapat kabar tentang ujian kenaikan sabuk hitam yaitu ujian DAN (sebutan untuk karateka penyandang sabuk hitam). Mengingat penawaran ujian tersebut diperuntukan untuk karateka penyandang sabuk cokelat tua. Mengingat saya adalah salah satunya dan entah sudah berapa tahun saya berada pada tingkatan sabuk itu. Ada info seperti itu menjadi pengingat tersendiri untuk saya. Namun ketika mengetahui mengenai waktu pelaksanaan ujian DAN tersebut, ternyata adalah sabtu dan minggu tanggal 19 & 20 desember 2015 mendatang dan kebetulan pada hari tersebut sudah dijadwalkan akan diadakan uas di kampus tempat saya kuliah saat ini. Sejujurnya saya tak begitu tertarik akan ujian DAN tersebut. Mengapa? Karena ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan saya sehingga saya enggan untuk mengikutinya.

Pertama, jujur sejak awal saya mengikuti kegiatan karate yaitu sejak SMA kelas 2, saya tak berambisi untuk menjadi seorang karateka penyandang sabuk hitam karena saat itu tujuan saya mengikuti karate adalah untuk suatu kegiatan yang bermanfaat yaitu olahraga, rasanya menjadi karateka penyandang sabuk cokelat saja sudah cukup bagi saya untuk saat ini.

Kedua adalah tanggung jawab. Tanggung jawab sebagai seorang karateka maupun sebagai penyandang sabuk hitam nantinya seandainya saya mengikuti ujian DAN tersebut walaupun belum pasti lulus. Karena setahu saya karateka penyandang sabuk cokelat apalagi hitam sudah selayaknya dan seharusnya mempunyai murid untuk dilatih dan membuka tempat latihan sendiri baik itu sebagai ekskul di suatu sekolah ataupun di tempat lain dalam arti lain bertanggung jawab mengembangkan ilmu bela diri karate, “harus bisa menjadi pelatih jangan hanya dilatih dan sebaliknya jangan hanya mau melatih tapi tak mau dilatih, keduanya harus seimbang” itulah kata-kata yang pernah diucapkan oleh pelatih saya. Namun hal itu tidak atau belum dapat saya lakukan. Mengingat pekerjaan saya yang memakai sistem tiga shift dan khawatir waktu latihan bentrok dengan kegiatan lain sehingga dapat menjadikan saya tidak konsisten dengan waktu latihan seandainya saya membuka latihan karate di suatu tempat dan khawatir juga tak ada teman yang dapat menggantikan saat saya berhalangan, intinya adalah saya belum dapat melakukan hal itu dan khawatir dengan tanggung jawab tersebut.

Selain itu, sebagai karateka penyandang sabuk cokelat tua, saya merasa banyak sekali kekurangan. Terutama kurang waktu latihan. Jujur semenjak saya bekerja apalagi ditambah dengan kuliah, waktu saya untuk latihan amat sangat jarang. Sangat bisa dihitung berapa kali saya latihan. Sebulan sekali mungkin ada. Karena memang saya menjadwalkan untuk latihan karate seminimalnya dalam sebulan itu saya ada waktu untuk latihan. Syukur-syukur bisa lebih. Namun kalau tak bisa ya apa mau dikata. Jangan memaksakan diri juga. Karena memang selayaknya dan seharusnya latihan karate itu baiknya seminggu minimal dua kali atau lebih bahkan jika sudah menyandang tingkatan sabuk yang tinggi seperti cokelat salah satunya kalau bisa malah latihan seminggu enam kali begitu yang pernah pelatih saya katakan dan ia lakukan juga hal tersebut. Namun pada kenyataannya saya amat sangat jauh dari yang seharusnya dilakukan.

Satu hal juga yang saya khawatirkan yaitu mengenai pasangan hidup. Jujur saya khawatir seandainya mendapatkan pasangan hidup yang tidak mendukung saya dalam kegiatan karate. Saya memang ingin sekali tetap bisa latihan sampai batas waktu yang tak ditentukan karena sayang rasanya jika saya meninggalkan karate begitu saja, kalau pun mau berhenti dari kegiatan karate mengapa tidak sejak dahulu saat masih SMA dan saat masih baru. Saya berharap minimal pasangan saya kelak masih memberi ijin kepada saya untuk tetap bisa latihan sebagai olahraga walaupun dengan syarat atau konsekuensi yang diberikan. Syukur-syukur seandainya dia juga seorang karateka yang mungkin juga akan mendukung bahkan membantu maka kemungkinan hal diatas pun akan berubah. Namun itu bukanlah salah satu kriteria. Apa yang Allah SWT berikan untuk saya nanti pasti yang terbaik untuk saya termasuk soal pasangan.

Pertimbangan ketiga adalah waktu dan biaya. Waktu sudah jelas bentrok dengan jadwal uas tadi. Biaya yang lumayan karena seharga gaji saya sebulan. Biaya yang tercantum di info tentang ujian belum termasuk biaya akomodasi lainnya, jadi hanya biaya ujian saja. Memang sih tempat ujian kali ini tak seperti tahun sebelumnya yang biasanya diadakan di tempat yang jauh, tapi ujian kali ini diadakan di OSO SPORT CENTER BEKASI dimana tempat itu adalah PUSAT KKI (Kushin Ryu M Karate-Do Indonesia) salah satu perguruan karate yang berada dibawah naungan FORKI (Federasi Olah Raga Karate Indonesia) dan setiap karateka khususnya dari KKI pasti ingin kesana. Mengingat tahun sebelumnya ujian diadakan di daerah lampung (jika saya tak salah ingat) dan harus menyebrang pulau bagi yang berasal dari daerah pulau jawa dan pulau lainnya karena biasanya saat ujian DAN dari berbagai daerah akan datang dan berkumpullah di suatu tempat yang bisa juga dijadikan sebagai ajang silaturahmi antar karateka dari berbagai daerah. Inilah salah satu hal positif yang membuat saya enggan meninggalkan karate walaupun tak berambisi untuk hal lain dibidang ini.

Itulah beberapa pertimbangan saya soal ikut ujian atau tidak? Dan pada akhirnya saya memilih untuk tidak mengikutinya karena waktu yang bentrok dengan UAS. Walaupun mungkin teman-teman saya yang lain ada beberapa yang akan mengikuti ujian DAN tersebut. Ya silakan saja, itu kan hak setiap karateka.