UJIAN
ATAU TIDAK?
Kamis
siang 5 november 2015 saya mendapat kabar tentang ujian kenaikan
sabuk hitam yaitu ujian DAN (sebutan untuk karateka penyandang sabuk
hitam). Mengingat penawaran ujian tersebut diperuntukan untuk
karateka penyandang sabuk cokelat tua. Mengingat saya adalah salah
satunya dan entah sudah berapa tahun saya berada pada tingkatan sabuk
itu. Ada info seperti itu menjadi pengingat tersendiri untuk saya.
Namun ketika mengetahui mengenai waktu pelaksanaan ujian DAN
tersebut, ternyata adalah sabtu dan minggu tanggal 19 & 20
desember 2015 mendatang dan kebetulan pada hari tersebut sudah
dijadwalkan akan diadakan uas di kampus tempat saya kuliah saat ini.
Sejujurnya saya tak begitu tertarik akan ujian DAN tersebut. Mengapa?
Karena ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan saya sehingga
saya enggan untuk mengikutinya.
Pertama,
jujur sejak awal saya mengikuti kegiatan karate yaitu sejak SMA kelas
2, saya tak berambisi untuk menjadi seorang karateka penyandang sabuk
hitam karena saat itu tujuan saya mengikuti karate adalah untuk suatu
kegiatan yang bermanfaat yaitu olahraga, rasanya menjadi karateka
penyandang sabuk cokelat saja sudah cukup bagi saya untuk saat ini.
Kedua
adalah tanggung jawab. Tanggung jawab sebagai seorang karateka maupun
sebagai penyandang sabuk hitam nantinya seandainya saya mengikuti
ujian DAN tersebut walaupun belum pasti lulus. Karena setahu saya
karateka penyandang sabuk cokelat apalagi hitam sudah selayaknya dan
seharusnya mempunyai murid untuk dilatih dan membuka tempat latihan
sendiri baik itu sebagai ekskul di suatu sekolah ataupun di tempat
lain dalam arti lain bertanggung jawab mengembangkan ilmu bela diri
karate, “harus bisa menjadi pelatih jangan hanya dilatih dan
sebaliknya jangan hanya mau melatih tapi tak mau dilatih, keduanya
harus seimbang” itulah kata-kata yang pernah diucapkan oleh pelatih
saya. Namun hal itu tidak atau belum dapat saya lakukan. Mengingat
pekerjaan saya yang memakai sistem tiga shift dan khawatir waktu
latihan bentrok dengan kegiatan lain sehingga dapat menjadikan saya
tidak konsisten dengan waktu latihan seandainya saya membuka latihan
karate di suatu tempat dan khawatir juga tak ada teman yang dapat
menggantikan saat saya berhalangan, intinya adalah saya belum dapat
melakukan hal itu dan khawatir dengan tanggung jawab tersebut.
Selain
itu, sebagai karateka penyandang sabuk cokelat tua, saya merasa
banyak sekali kekurangan. Terutama kurang waktu latihan. Jujur
semenjak saya bekerja apalagi ditambah dengan kuliah, waktu saya
untuk latihan amat sangat jarang. Sangat bisa dihitung berapa kali
saya latihan. Sebulan sekali mungkin ada. Karena memang saya
menjadwalkan untuk latihan karate seminimalnya dalam sebulan itu saya
ada waktu untuk latihan. Syukur-syukur bisa lebih. Namun kalau tak
bisa ya apa mau dikata. Jangan memaksakan diri juga. Karena memang
selayaknya dan seharusnya latihan karate itu baiknya seminggu minimal
dua kali atau lebih bahkan jika sudah menyandang tingkatan sabuk yang
tinggi seperti cokelat salah satunya kalau bisa malah latihan
seminggu enam kali begitu yang pernah pelatih saya katakan dan ia
lakukan juga hal tersebut. Namun pada kenyataannya saya amat sangat
jauh dari yang seharusnya dilakukan.
Satu hal juga yang
saya khawatirkan yaitu mengenai pasangan hidup. Jujur saya khawatir
seandainya mendapatkan pasangan hidup yang tidak mendukung saya dalam
kegiatan karate. Saya memang ingin sekali tetap bisa latihan sampai
batas waktu yang tak ditentukan karena sayang rasanya jika saya
meninggalkan karate begitu saja, kalau pun mau berhenti dari kegiatan
karate mengapa tidak sejak dahulu saat masih SMA dan saat masih baru.
Saya berharap minimal pasangan saya kelak masih memberi ijin kepada
saya untuk tetap bisa latihan sebagai olahraga walaupun dengan syarat
atau konsekuensi yang diberikan. Syukur-syukur seandainya dia juga
seorang karateka yang mungkin juga akan mendukung bahkan membantu
maka kemungkinan hal diatas pun akan berubah. Namun itu bukanlah
salah satu kriteria. Apa yang Allah SWT berikan untuk saya nanti
pasti yang terbaik untuk saya termasuk soal pasangan.
Pertimbangan
ketiga adalah waktu dan biaya. Waktu sudah jelas bentrok dengan
jadwal uas tadi. Biaya yang lumayan karena seharga gaji saya sebulan.
Biaya yang tercantum di info tentang ujian belum termasuk biaya
akomodasi lainnya, jadi hanya biaya ujian saja. Memang sih tempat
ujian kali ini tak seperti tahun sebelumnya yang biasanya diadakan di
tempat yang jauh, tapi ujian kali ini diadakan di OSO SPORT CENTER
BEKASI dimana tempat itu adalah PUSAT KKI (Kushin Ryu M Karate-Do
Indonesia) salah satu perguruan karate yang berada dibawah naungan
FORKI (Federasi Olah Raga Karate Indonesia) dan setiap karateka
khususnya dari KKI pasti ingin kesana. Mengingat tahun sebelumnya
ujian diadakan di daerah lampung (jika saya tak salah ingat) dan
harus menyebrang pulau bagi yang berasal dari daerah pulau jawa dan
pulau lainnya karena biasanya saat ujian DAN dari berbagai daerah
akan datang dan berkumpullah di suatu tempat yang bisa juga dijadikan
sebagai ajang silaturahmi antar karateka dari berbagai daerah. Inilah
salah satu hal positif yang membuat saya enggan meninggalkan karate
walaupun tak berambisi untuk hal lain dibidang ini.
Itulah
beberapa pertimbangan saya soal ikut ujian atau tidak? Dan pada
akhirnya saya memilih untuk tidak mengikutinya karena waktu yang
bentrok dengan UAS. Walaupun mungkin teman-teman saya yang lain ada
beberapa yang akan mengikuti ujian DAN tersebut. Ya silakan saja, itu
kan hak setiap karateka.