apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Selasa, 31 Mei 2016

nikah / s2

NIKAH ATAU S2?

Waktu dulu sempat kepikiran ingin lanjut S2 setelah lulus sarjana. Karena ingin mendapat gelar magister sebelum usia 30 tahun. Namun jika ada yang tanya tentang menikah, saya jadi pikir lagi. Maka akhirnya saya putuskan antara nikah dan S2 lihat saja mana yang lebih dulu menghampiri saya. Jika memang belum ada yang melamar dan kesempat untuk kuliah S2 itu ada, ya sudah lanjutkan hal tersebut sesuai target sebelum usia 30 tahun sudah selesai pendidikan. Namun jika yang lebih dahulu datang adalah lamaran seorang laki-laki kepada saya, maka target pun berubah yaitu menikah dan mempunyai dua anak sebelum usia 30 tahun. Syukur-syukur jika anak tersebut sepasang yaitu laki-laki dan perempuan. Mengapa? Mengingat hamil dan melahirkan diatas usia 30 tahun itu sudah mulai agak resiko. Walaupun resiko untuk hamil dan melahirkan itu diatas 35 dan dibawah usia 20 tahun. Namun jika nantinya mau menambah lagi menjadi tiga diatas usia 30 tahun ya tidak masalah, toh masih dibawah 35 tahun. Ingat usia produktif untuk reproduksi yaitu 20-35 tahun.

Jadi jika pertanyaannya adalah NIKAH atau S2? Lihat saja apa yang lebih dahulu menghampiri. Yang pasti keduanya sama-sama tidak merugikan dan juga mempunyai target yang jelas.


Jujur saja saya sudah mempersiapkan dua nama untuk calon anak, satu untuk anak perempuan dan satu untuk anak laki-laki. Mungkin terbilang berlebihan atau terlalu muluk. Mungkin juga jika ada yang mengetahui akan berkata seperti ini “calonnya dulu mana? Udah buat nama anak ajah”. Yang pasti kedua nama itu tak jauh dari nama saya hehe.

tangisan

TANGIS-TANGISAN

Hari ini 31 mei 2016 ga tau rasanya mau ngapain? Mau ngerjain skripsi tapi bingung mau diapain lagi karena khawatir salah. Mau konsultasi juga bingung belum buat janji apalagi dengar kabar sang dosen mau cuti. Haduh……….. akhirnya hari ini kegiatan cuma setrika dan cuci pakaian itu pakai mesin hehehe dan hanya di pagi hari. Shift malam sih tapi dari tadi siang ga bisa tidur.

Yang pasti bukan itu yang sebenarnya ingin saya ceritakan. Hari ini entah ada apa dengan diri saya yang pasti serasa semuanya meledak. Tiba-tiba saja saya menangis saat ibu menanyakan saya soal jodoh. Yang pasti saya kesal tetapi bukan karena pertanyaan ibu itu. Namun karena hal lain yang saya pun bingung menjelaskannya. Akhirnya saya hanya bisa curhat tentang orang lain yang sering mengejek saya seperti laki-laki dan suka atau tidak dengan laki-laki. Karena saya curhat sambil nangis yah akhirnya menangislah saya didalam kamar yang kemudian ibu masuk ke dalamnya. Sudah tak bisa dibendung lagi rasanya air mata saya.

Saya rasanya pengen memasrahkan dan mengikhlaskan tentang jodoh. Namun jika ada orang yang bertanya ataupun menyuruh menikah padahal dia bukan orang tua saya rasanya geram sekali. Sampai saya membuat status di sebuah bbm pribadi seperti ini:
“normal koq masih suka dengan lawan jenis, memang belum waktunya, kalau mau cariin yang sesuai bukan cuma nyuruh aja”
 

Kesal rasanya sampai ada teman yang menyuruh saya untuk shalat jumat. Mungkin jika hanya sekali dua kali ya tak masalah namun menurut saya untuk kali ini sudah agak keseringan. Setomboy-tomboynya wanita tetaplah wanita.


Ya sudah akhirnya saya pun tahu nasehat yang biasa akan dikeluarkan yaitu jangan dengar omongan orang lain yang tak penting dan tidak mempengaruhi. Cuek dan biarkan saja omongan mereka. Saya sudah tahu kata-kata apa yang akan keluar. Namun rasanya itu sesuatu banget.

Kamis, 26 Mei 2016

ngatur

NGATUR JADWAL

Baru-baru ini ada sang dokter yang seolah-olah secara tak langsung mengatur jadwal atau mengeceknya. Apakah memang tugas dokter sampai seperti itu? Seperti bagian kepegawaian yang mengecek pegawai yang seharusnya masuk siapa dan sebaliknya? Saya pikir terlalu berlebihan saja jika seperti itu. Kecuali memang jika sang dokter tersebut adalah bagian dari unit kepegawaian suatu instansi pekerjaan ya silakan saja dia mengecek tentang absensi pekerjanya.

Mungkin harus dilihat lagi wewenang dan tugas dokter yang seharusnya. Jika perawat harus mengikuti instruksi dokter barulah saya setuju jika itu selama tidak bertentangan dengan norma dan undang-undang serta ketentuan yang berlaku. Namun jika sampai kepada mengatur jadwal perawat saya rasa bukanlah wewenangnya. Toh kasarnya sebelum ia mengatur perawat cobalah saja atur dahulu dokter-dokter yang lain baik umum ataupun spesialis hingga konsultan mungkin. Jika profesinya sudah baik semua dalam arti semuanya sudah sesuai dengan peraturan yang seharusnya dilakukan maka bolehlah ia mengatur profesi yang lain walaupun sama-sama dalam satu bidang. Kasarnya bisakah dokter bekerja tanpa perawat? Memang jika tak ada perawat, adakah dokter yang mau melakukan tindakan kepada pasien seperti memasang infus dan lainnya. Tak pernah sekalipun saya melihat dokter melakukan tindakan infus. Sekalipun pernah itu karena ia sedang sekolah dan pasiennya syok maka ia langsung memasang infus dua line. Itupun hanya satu kali saya melihatnya. Mengapa? Toh sebenarnya infus adalah salah satu tindakan yang seringkali dilakukan oleh perawat yang memang merupakan tindakan kolaborasi dalam pemberian cairan ataupun pemantauan intake dan output. Namun jika ada yang bisa memberikan bukti yaitu referensi kepada saya bahwa tindakan tersebut adalah murni tindakan mandiri keperawatan silakan saja saya tunggu.

Toh jika sang dokter tak mau memeriksa pasien dengan alasan profesi lain, terserah dan silakan saja. Ingat loh tanggung jawab dia bukan dengan profesi lain atau tempat ia bekerja, namun terhadap pasien tersebut. Mana aplikasi dan implementasi dari sumpah dokter yang telah ia ucapkan dahulu? Bagaimana seharusnya terhadap pasien. Jangan hanya bisa mengobati saja tetapi terhadap pasien cuek bahkan tak peduli dengan pertanyaan pasien yang hanya menginginkan jawaban dari sang dokter dan bukan profesi lain.

Sepertinya perlu dilihat lagi bagaimana wewenang dan tugas setiap profesi berdasarkan peraturan organisasi profesi yang berlaku dan juga undang-undang tentang profesi tersebut. Bukan berdasarkan kebijakan rumah sakit. Karena jika hanya berdasarkan hal tersebut, maka suka-suka rumah sakit dong mau seperti apa?

Senin, 23 Mei 2016

PINTERAN DIKIT DONG

KALAU MAU BOHONG, PINTERAN DIKIT DONG

Jujur saya kecewa saat melihat laporan absensi peserta seminar bulan maret lalu. Mengapa? Karena ternyata banyak orang yang bayar dengan harga mahasiswa bahkan kurang dari itu. Kecewa dengan teman-teman karena rasanya seperti dibohongi. Didaftar peserta tercatat dari instansi pekerjaan tetapi kenapa uang yang dibayarkan seharga instansi pendidikan alias harga mahasiswa? Mendaftar memakai gelar, tetapi administrasi mahasiswa. Kalau pun mau bohong, yang agak pinteran sedikit donk. Yang membuat orang lain tidak mengetahuinya. Misalnya jika ingin memakai harga mahasiswa, yah saat mendaftar membawa nama kampus dan tidak memakai gelar. Jika saat mendaftar membawa nama instansi pekerjaan kemudian memakai gelar lalu membayar seharga mahasiswa, sepertinya tanda tanya juga yah? Orang yang gak ngerti juga sepertinya akan bingung dan mungkin juga akan menimbulkan tanda tanya.

Jangan juga mentang-mentang kita selaku pemegang uang, berapa pun yang dibayarkan kita terima saja yang penting kuota tercukupi. Mending jika yang dibayarkan itu lebih, namun jika kurang emang si penerima uang mau gitu nambahin alias nombok? Belum tentu juga kan? Makanya itu kalau mau bohong pinteran dikit lah. Walaupun misalnya bukan mahasiswa, tetapi ingin memdaftar harga mahasiswa yah jangan pakai instansi pekerjaan dan gelar. Itulah yang beberapa kali juga saya lakukan hehe. Toh walaupun dalam pemberitahuannya yang mendaftar atas nama kampus akan dilihat kartu mahasiswanya namun pada kenyataan tidak demikian. Maka dari itu, menurut saya sebaiknya harga seminar tak perlu dibedakan mahasiswa atau bukan karena kemungkinan didalamnya pun ada kebohongan hahaha. Kalau bisa membawa orang banyak untuk seminar kemudian mendapat hadiah, ya itu sih bonus hehehe. Toh hal seperti itu kayak semacam bisnis juga kali yah hehe.




Perlu diketahui yang sudah ditetapkan adalah harga mahasiswa sebesar 120.000 dan harga umum adalah 150.000 serta seharusnya tidak ada harga pembayaran sebesar 100.000

TIDAK SELESAI

TIDAK SELESAI

Banyak yang bertanya tentang perkuliahan yang aku jalani, karena terlihat belum selesai juga? Padahal yang lain, yang kuliahnya belakangan sudah hampir akan selesai. Saya hanya bisa menjawab “iyah” saja. Karena malas menjelaskan kepada mereka apa yang terjadi. Kuliah yang saya lakukan itu selama tiga semester yang berarti satu setengah tahun. Namun untuk skripsi karena dipisah sendiri setelah tiga semester itu menjadikan perkuliahan yang saya jalani adalah dua tahun. Semoga saja tahun ini lulus dan wisuda strata. Mengingat ada kekhawatiran sendiri, karena banyak teman-teman yang proposal skripsi saja belum selesai. Bukan karena tidak dikerjakan namun karena sang dosen pembimbing belum juga acc untuk disidangkan. Mungkin juga dikerjakan namun tidak dengan baik.

Jika ada yang masih penasaran dengan perkuliahan saya yang belum juga selesai, saja jawab saja “skripsi gak acc terus”. Dosen kampus saya pasti berbeda dengan kampus mereka. Dosen pembimbing saya tak mudah untuk mengacc semua proposal yang dikonsulkan. Karena hal tersebut selain banyak revisi bahkan ada juga beberapa teman yang harus mengganti judul dan mengulang sidang. Karena saat sidang pertama judul yang ia ajukan terpaksa harus diganti mengingat menurut sang penguji judulnya tersebut tak berkorelasi.


Bukan hanya itu, sang dosen tak mau main asal acc begitu saja proposal skripsi karena nantinya akan diupload dan jika itu salah atau asal-asalan bagaimana dengan nanti yang membaca dan kemudian dijadikan contoh? Itulah mengapa sang dosen benar-benar memeriksa proposal yang dikonsultasikan oleh sang mahasiswa. Sehingga sampai saat ini dari total seluruh mahasiswa yang ada mungkin hanya ada beberapa orang saja yang sudah sidang proposal itupun masih banyak revisi yang harus dilakukan. Sudah acc revisi pun masih bingung saat turun ke lapangan untuk memulai penelitian hehehe.

BIAYA SENDIRI

BIAYA SENDIRI

Sekolah, belajar atau kuliah dengan biaya sendiri pastinya akan terasa berbeda dengan biaya yang dikeluarkan oleh orang lain sekalipun itu orang tua sendiri. Itulah yang saya rasakan. Terasa sekali bayar uang kuliah dengan biaya sendiri uang hasil bekerja. Yang biasanya uang itu dipakai untuk belanja tetapi karena sedang kuliah mau tak mau harus disisihkan untuk membayar biaya selama perkuliahan. Bersyukurnya uang kuliah tersebut bisa dicicil setiap bulannya.

Karena hal tersebut rasanya sangat sayang sekali jika tak mengikuti perkuliahan walaupun hanya satu kali. Sudah bayar kemudian tidak mengikuti perkuliahan. Rugi sekali rasanya. Lalu apa yang kita dapatkan dari apa yang sudah dibayar? Kalau soal lulus atau ijazah saya rasa pasti akan mendapatkannya diakhir nanti. Tapi cukupkah hanya itu saja yang kita dapat? Apa bedanya kita dengan membeli ijazah? Walaupun mungkin sekarang ini masih ada praktik pembelian ijazah namun apa artinya jika isinya tak ada? Dalam arti tak pernah kuliah tahu-tahu punya ijazah bergelar. Diragukan sekali rasanya.

Bukan hanya itu, saat sedang proses skripsi dan membutuhkan banyak referensi beberapa buku yang harus dibeli. Terasa sekali saat harus membeli buku memakai uang sendiri. Yang membuat saya harus memilah milih buku mana yang memang benar-benar dibutuhkan. Tidak seperti saat kuliah diploma dahulu, tanpa berpikir apakah isi buku tersebut akan dipakai atau tidak? Langsung saja saya beli buku tersebut, tanpa berpikir pula berapa biaya harga buku itu. Karena saat itu yang bayar adalah orang tua. Bayangkan seingat saya dahulu saat menyusun tugas akhir sewaktu kuliah diploma, rasanya hampir setiap minggu saya pergi ke toko buku untuk mencari sumber referensi yang dibutuhkan dengan biaya yang dikeluarkan sekitar lima ratus ribu. Bayangkan saja jika setiap minggu biaya untuk membeli buku sebesar itu, bagaimana biaya dalam satu bulan? Mengingat hal tersebut, saya jadi kasihan dengan orang tua sendiri terutama jika seandainya saya gagal dalam perkuliahan. Walaupun biaya tersebut sudah disiapkan oleh orang tua, tetapi saya berpikir dari mana uang tersebut? Apakah memang sudah sengaja dikumpulkan untuk persiapan saya membeli buku? Karena jumlah biaya tersebut dalam sebulan bisa saja hampir sebagian atau pun satu bulan gaji.


Maka dari itu, saat ini saya merasa malu jika harus meminta juga untuk biaya perkuliahan strata satu. Sudah tidak bisa memberi, minimal tidak meminta juga. Punya atau tidaknya uang, usahakan tak meminta terutama kepada orang tua. Yang pasti biaya perkuliahan dengan biaya sendiri itu lebih terasa nikmatnya maka dari itu jika mau berbuat macam-macam pun seperti bolos, saya jadi pikir-pikir berulang kali walaupun hanya sekali.

Minggu, 08 Mei 2016

belanja online

BELANJA ONLINE

Saya yakin tak semua orang akan sependapat akan hal ini. Jujur saja saya adalah salah satu penyuka dan pengguna serta pembeli barang-barang online. Namun tak semua barang online saya beli. Tergantung dari barangnya tersebut. Berat atau tidak? Mahal atau tidak? Biasanya saya berani beli barang online dengan harga miring yang tak sampai jutaan. Kalaupun sampai jutaan saya tak mau langsung transfer penuh dan si pemiliknya pun tak mau seperti itu. Maka saya percaya dengan orang tersebut. Karena pernah saya beli barang untuk acara seminar seharga jutaan rupiah, saya transfer downpayment kemudian saat barang itu sampai dengan diantar sendiri dan tidak lewat jasa pengiriman. Saat diantar itu pun pelunasan belum dilakukan. Beberapa hari setelah acara baru pembayaran lunas. Itulah yang membuat saya tidak ragu dengan orang tersebut.

Membeli barang online memang harus hati-hati. Lihat lagi si penjual benar-benar jualan atau sekedar menipu. Bagaimana caranya? Biasanya saya lihat testimony orang lain yang pernah belanja atau lihat juga upload barang-barangnya banyak atau sedikit. Kalau sedikit hati-hati. Kalau banyak, bisa saja pertanda barang selalu produksi. Tes juga kontaknya. Karena terkadang ia punya beberapa kontak untuk si pembeli jika semuanya bisa di invite bolehlah tanya-tanya. Biasanya pun tidak minta buru-buru transfer seperti orang tidak sabar. Jika sudah sering belanja di satu tempat online dan tidak tertipu lebih baik jangan gampang pindah tempat. Jangan karena harga miring langsung pindah tempat. Hati-hati juga dengan harga yang tidak logis.

Pertama kali saya berani belanja online itu dengan harga dibawah seratus ribu. Karena saya pikir toh kalaupun ditipu tidak merasa rugi amat. Mengingat kerugian tidak terlalu besar, tidak sampai jutaan. Karena lebih sering tidak kecewa dengan belanja online membuat saya lebih suka belanja online. Biasanya sih yang membuat kecewa karena kita sendiri yang tidak teliti. Sama seperti beli barang langsung pun jika tak teliti pasti kecewa dan tidak bisa dipulangkan tanpa perjanjian. Soal kecewa, saya punya cerita karena pernah pesan barang pecah belah dan tidak dipacking dengan benar akhirnya saya terima barangnya sudah pecah. Langsung saja saya mengadu kepada penjual online tersebut tanpa saya meminta ganti ternyata dengan baiknya ia ganti sendiri dan pengiriman akan dilakukan dengan packing kayu tanpa saya harus membayar biaya ulang hanya menambah sedikit biaya packing kayu.

Ada beberapa alasan yang membuat saya lebih senang belanja online dibanding belanja langsung. Yang pasti menurut saya belanja online itu lebih menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Jika belanja online bisa kapan saja dilakukan kemudian transfer sejumlah biaya dan tunggu barang datang, memang sih biasanya ditambah dengan biaya ongkos kirim yang menurut saya biayanya jauh lebih murah jika dibanding belanja langsung serta tak perlu panas-panasan atau pun kehujanan yang akhirnya membuat barang juga rusak dan basah. Jika belanja langsung selain harus menyediakan waktu yang mungkin tak cukup hanya beberapa jam bahkan terkadang belanja bisa seharian, kemudian uang yang dikeluarkan belum tentu hanya untuk biaya belanja tetapi juga untuk akomodasi seperti transport dan konsumsi, belum belanja lainnya apalagi kalau lapar mata, belum lagi capek putar-putar cari barang yang diinginkan yang belum tentu juga didapatkan. Kemudian jika akan dikembalikan barang yang tidak sesuai harus dengan perjanjian dan biasanya tak boleh lebih dari 2x24 jam. Mau mengadu pun agak susah karena saat membeli kita lihat sendiri barangnya dan pastinya si pembeli harusnya sudah mengecek barang tersebut. Akhirnya hanya bisa pasrah saja dengan barang yang sudah dibeli.

Itulah mengapa saya lebih senang belanja online. Selain hal diatas, saya sendiri tak pandai dalam tawar menawar harga maka belanja online bisa jadi salah satu solusi. Daripada terjebak dengan harga dan susah membandingkannya.

Mau belanja online atau langsung, sama-sama harus teliti. Bedanya kalau belanja online itu harus lebih teliti. Teliti membaca deskripsi barang yang seperti apa dan teliti juga dengan si penjual. Soal tipuan atau tidak, saya rasa bukan hanya belanja online yang bisa menipu. Belanja langsung pun tak jauh dari kejahatan bukan hanya soal tipuan bisa saja saat sedang asyik belanja tiba-tiba ada yang mencuri atau lainnya.


Kamis, 05 Mei 2016

suka koq takut?

TAKUT MENYUKAI

Entah apa yang terjadi pada diri saya? Hampir setiap saya menyukai seseorang selalu ada rasa takut? Entah apa pula yang saya takutkan? Seandainya saya menyukai dia, akan bagaimana? Baikkah ia untuk saya? Atau apalah itu, yang selalu membuat saya ragu karena pertanyaan diri sendiri.

Entah saat ini saya sedang menyukai seseorang atau tidak? Tetapi yang ada dipikiran saya adalah bagaimana jika seseorang yang anda sukai pernah mempunyai masa lalu dengan orang yang ada dekat sekitar anda? Baik itu mantan ataupun seseorang yang pernah dekat dan juga ia sukai dahulu? Sehingga pemikiran saya pun berkecamuk. Bagaimana seandainya itu terjadi dan berbalas. Yang berarti saya dan dia sama-sama saling suka namun ada masa lalunya yang dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari kami terutama saya. Jika dikatakan “itukan dulu”. Iyah memang itu sudah berlalu, namun pernah singgah. Yang namanya ada masa sekarang karena ada masa yang lalu. Karena tak mungkin tiba-tiba seperti ini tanpa ada asal sebabnya.

Buat saya, yang namanya mantan tetaplah mantan. Mau itu dulu atau tidak? Mau itu sudah berlalu dan menjadi masa lalu atau tidak? Mau itu hanya tinggal kenangan atau tidak? Entah itu kenangan baik atau pun buruk? Buatku, mantan tetaplah mantan. Jika bukan mantan, berarti masih. Entah masih ada perasaan atau masih menjadi hak milik seseorang. Entah dulu hanya pernah suka saja atau tidak, tetap buatku itu berarti ia pernah menyukai walaupun dahulu. Karena bukan hal yang tak mungkin jika masa lalu terulang kembali. Bukan hal yang tak mungkin pula jika perasaan yang dahulu hilang kini bisa tumbuh kembali dengan sebab tertentu. Itulah yang berkecamuk di benak saya. Jika sudah seperti itu baiknya bagaimana? Jujur pertanyaan yang saya lontarkan kepada diri sendiri saya jawab sendiri pula.

Seandainya itu benar-benar terjadi, saya hanya bisa meminta syarat kepada orang tersebut yaitu hapus semua kontak yang berhubungan dengan masa lalunya sehingga tak ada celah diantara keduanya untuk berkomunikasi baik sekedar menyapa atau pun tidak. Malah dari sekedar menyapa itulah yang akhirnya dapat menjerumuskan seseorang kepada masa lalu lagi hingga lama-lama timbullah CLBK (cinta lama belum kelar hahaha) walaupun status keduanya bisa saja sudah tak single.


Begitupun yang saya lakukan. Saya tak punya kontak sedikitpun dengan seseorang di masa lalu. Apalagi yang menorehkan sejarah tak baik dalam hidup saya. Lebih baik cukup disimpan didalam otak saja dan tak perlu dibongkar lagi dengan komunikasi ataupun pertemanan di media sosial. Terserah saya mau dibilang jahat atau tidak. Tetapi saya berusaha untuk menghindarkan fitnah. Apalagi jika sudah ada sebutan “mantan”, kemudian bertemu entah sengaja atau tidak. Hati-hati saja terbawa perasaan masa lalu yang sebutan sekarang dengan istilah “BAPER”. Baper lama-lama bikin laper hahahha.

berita miris

BERITA MIRIS

Baru-baru ini sedang ramai berita tentang Y yang meninggal akibat ulah 14 remaja laki-laki. Ulah seksual yang mereka lakukan terhadap Y sehingga membuat nyawanya melayang. Mereka diberitakan remaja tingkat SMP. Beberapa kali saya tanpa sengaja melihat berita itu secara langsung, saya baru sadar tentang display picture seorang teman beberapa waktu lalu di bbm tentang “saya bersama Y” dan “nyala untuk Y”. jika saya tak salah seperti itu bunyinya.

Miris sekali rasanya mendengar berita tersebut. Sampai akhirnya KPAI dan lembaga lainnya ikut turun dalam kasus ini. Terakhir yang saya dengar bahwa tersangka 14 remaja tersebut akan dihukum maksimal 10 tahun jika tak salah. Namun pihak keluarga Y tak setuju akan hal tersebut dan menuntun hukuman tersebut dengan seumur hidup atau hukuman mati.

Yang sangat disayangkan adalah akhlak para remaja tersebut yang saya sendiri hanya bisa menggeleng kepala. Apa penyebabnya ini? Membuat saya berpikir sangat jauh. Apa yang telah diberikan orang tua ke 14 remaja tersebut kepada anaknya sehingga seperti itu? Entah ini ada hubungannya atau tidak, mungkin sedari kecil bahkan saat masih kandungan sang anak seharusnya sudah diperkenalkan dengan hal yang berbau agama misalnya diperdengarkan ayat-ayat al-qur’an selama kehamilan sampai kelahiran dan seterusnya. Mungkin saja dengan begitu sang anak sudah terbiasa dengan hal yang berbau agama sehingga ia akan takut jika berbuat suatu hal yang sudah jelas sangat dilarang. Mungkin juga itu adalah salah satu cara mendidik akhlak yang mudah. Walaupun saya sendiri belum tahu apakah hal tersebut terbukti atau belum? Namun apa salahnya jika mencoba.

Jangan sampai semasa didalam kandungan sang janin sering sekali mendengar suara-suara yang seharusnya tak ia dengar seperti suara pertengkaran kedua orang tuanya atau suara lagu-lagu keras yang menurut saya tak seharusnya ia dengar dan suara lainnya. Saya lebih dan sangat setuju jika ibu hamil sebaiknya lebih sering mendengarkan murottal al-qur’an dari pada mendengarkan lagu lain baik itu pop, dangdut, klasik ataupun jazz dan lainnya. Karena apa yang pernah dialami sang anak semasa kecil disadari atau tidak, akan mempengaruhinya dimasa yang akan datang dari segi apapun.

laporan

DIKEJAR LAPORAN

Setelah seminar yang menjadi salah satu mata kuliah selesai dilakukan maret 2016 lalu, kemudian dibuatlah laporan dari kegiatan tersebut pada bulan yang sama. Memang sudah dibuat laporan tersebut, tetapi ternyata belum diserahkan kepada ketua jurusan. Saya pikir setelah selesai dibuat kemudian sang ketua acara langsung mencetak dan kemudian menyerahkannya, tetapi ternyata tidak. Mungkin karena tak ada kabar dari laporan kegiatan tersebut akhirnya sang ketua jurusan yang juga merupakan pembimbing skripsi saya menanyakan hal tersebut. Saya pun bingung saat beliau menanyakannya, karena saya mengira urusan soal acara kegiatan seminar tersebut telah selesai dengan sudah dibagikannya uang sisa hasil kegiatan tersebut. Tetapi ternyata laporan tersebut belum diserahkan setelah saya konfirmasi kepada sang ketua acara tersebut. Menyebalkan dan mengesalkan tentunya.


Selain sang ketua jurusan menagih saat saya datang ke kampus, tak lama beliau pun mengirim pesan kepada saya soal laporan tersebut. Saya pun mencari-cari data file laporan tersebut di flashdisk yang terpisah-pisah. Juga segera memberitahu sang ketua bahwa laporan tersebut sudah ditagih. Sempat lupa dengan hal tersebut, akhirnya saat saya menghadiri sidang orang lain di hari kamis yang kebetulan juga sang ketua jurusan sebagai salah satu pengujinya mengingatkan saya kembali akan hal tersebut yaitu soal laporan kegiatan. Kebetulan saat itu sang ketua acara pun datang walaupun sangat terlambat sekali karena ia datang ketika acara sidang hampir usai. Saya pikir laporan tersebut sudah selesai dan hanya tinggal memberikannya saja kepada sang ketua jurusan. Namun tidak demikian, karena ternyata laporan tersebut masih dalam cetakan yang berantakan dan juga belum dijilid serta lampiran yang diperlukan pada laporan itu entah kemana? Sang ketua acara malah menanyakan kepada saya, karena ia mengira ada pada saya. Memang awalnya saya pegang beberapa file, namun kemudian dipinjam bendahara untuk merekap keuangan.  Akh saya pun kesal karena saya pikir semua sudah selesai karena uang pun sudah dibagikan tetapi tertanya tidak demikian. Menyebalkan sekali karena pasti ujung-ujungnya adalah saya yang mengerjakan dan mungkin juga menyerahkannya. Akh ya sudah lah.

Selasa, 03 Mei 2016

sidang

SIDANG

Kamis lalu tepatnya 28 april 2016, akhirnya sidang gelombang kedua dilaksanakan dengan empat orang penguji dan lima orang peserta sidang. Sebelumnya sidang tersebut sempat tertunda entah apa penyebabnya. Saat itu sidang baru dimulai jam 9 pagi tepat sekali saat saya datang hehe.

Suasana sidang awalnya biasa saja karena masih sesi presentasi. Namun saat sesi tanya jawablah mulai agak menegangkan. Sang penguji banyak bertanya soal penelitian yang akan dilakukan. Sesuatu banget deh pokoknya. Sudah sidang selalu diundur dan saat sidang seperti dikejar pertanyaan oleh sang penguji dan penambahan penguji pula.


Walaupun saya sudah sidang, tetapi tetap menjadi keharusan jika memungkinkan untuk datang menghadiri sidang orang lain yaitu sebagai oponen. Apa manfaatnya? Banyak pastinya. Saya jadi tahu judul skripsi orang lain hehehe. Karakteristik sang penguji seperti apa? Kesalahan pada penelitian orang lain yang sedang sidang dan lain sebagainya. Maka dari itu sebenarnya menghadiri sidang orang lain sangat dianjurkan dan disarankan oleh sang dosen. Karena saat perkuliahan dan saat bimbingan skripsi tak selalu sempurna. Bisa saja saat bimbingan sudah baik tetapi ternyata saat sidang masih saja ada yang kurang dan akhirnya menimbulkan pertanyaan. Entah sengaja untuk menjadi bahan pertanyaan atau memang benar-benar lupa sang dosen tersebut. Tetapi yang pasti semua dapat dijadikan sebagai pelajaran. Tak ada ruginya melihat sidang orang lain. Maka dari itu saya sempatkan waktu untuk datang walaupun tak sampai selesai karena saya harus bekerja di siang harinya.