PEJABAT
Sabtu lalu tepatnya tanggal 12 maret
2016 pagi itu kebetulan saya masih di rumah dan agak sedikit santai sehingga
sempat melihat berita di salah satu stasiun televisi swasta yang sedang memberitakan
tentang pejabat yang marah-marah. Dalam berita tersebut ada tiga pejabat yang
diberitakan marah-marah kepada bawahannya dengan kesalahan yang berbeda dan
entah apa kesalahan yang telah dilakukan?
Akhirnya topik berita itu membahas
tentang pejabat yang marah-marah. Apa perlu marah-marah itu? Sekalipun mau
marah-marah seharusnya di tempat yang sepantasnya dan tidak di depan umum juga.
Begitulah kiranya yang saya simpulkan dari pernyataan beberapa orang dalam
berita tersebut.
Anehnya pejabat seperti itu telah
dipilih oleh masyarakat untuk menjadi pemimpin. Apa tak ada yang salah yah? Memimpin
diri sendiri saja tidak bisa bagaimana memimpin orang lain? Memimpin diri
sendiri saja menurut saya belum sukses yang telah di buktikan dengan
marah-marah tadi yang berarti dia sendiri saja tak bisa mengendalikan emosi
dalam jiwanya, lalu bagaimana memimpin orang banyak?
Tak lama berita tentang pejabat yang marah-marah
merebak, muncul kembali berita tentang pejabat yang memakai narkoba. Entahlah yang
pasti saya jadi bingung, sejauh mana syarat untuk menjadi pejabat atau
pemimpin? Seketat apa memang seleksinya? Ditambah pula sayangnya masyarakat
mudah tergiur dengan hal-hal yang kecil tanpa melihat sejauh mana layaknya
seseorang itu dapat dijadikan sebagai pemimpin? Yang pasti soal pejabat yang
marah-marah dan memakai narkoba, dapatkah memungkinkan timbul ketidakpercayaan
pada masyarakat tentang seorang pejabat pemerintahan? Entahlah mungkin juga itu
hanya dua hal tentang pejabat karena saya yakin masih banyak mengenai hal
lainnya yang mungkin juga dapat memberikan citra buruk terhadap pejabat itu
sendiri jika hal itu diketahui hehehe.