apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Kamis, 19 November 2015

protection


PROTEKSI ITU PERLU

Apa yang ada diotak saat mendengar kata proteksi? Proteksi berarti perlindungan. Perlindungan dalam hal apapun. Mungkin yang sering didengar adalah proteksi pada bidang kesehatan yang biasa disebut dengan jaminan kesehatan atau lebih kerennya dikenal dengan istilah asuransi. Tetapi bukan hanya itu soal proteksi. Jika dilihat lebih luas lagi maka istilah ini sebenarnya tidak hanya terbatas pada kesehatan atau jaminan asuransi semata. Proteksi bisa juga untuk yang lain dan tidak hanya kesehatan, seperti pendidikan, jaminan hari tua yang walaupun semuanya itu memang ada pada suatu asuransi. Namun yang terpenting lagi adalah proteksi berupa ilmu. Mengapa? Dengan ilmu maka semua yang diinginkan Insya Allah bisa didapat dengan ijinNya yang pasti.

Apa maksud proteksi dengan ilmu? Dengan ilmu yang kita miliki maka kita dapat melindungi diri kita sendiri khususnya dan juga orang lain. Ilmu apapun bisa menjadi proteksi. Sebagai contoh, ilmu keperawatan yang notabenenya berkecimpung di dunia kesehatan. Seperti diketahui dibidang kesehatan banyak sekali macam-macam penyakit yang bermunculan yang pasti semua itu ada sebabnya dan jikalau penyakit itu diketahui sebabnya apa maka kemungkinan diri ini sebisa mungkin menghindari penyebab dari datangnya suatu penyakit itu. Nah itu yang dimaksud dengan proteksi dengan ilmu. Walaupun secara sekilas hal tersebut mungkin mirip dengan pencegahan. Namun karena istilah pencegahan itu lebih sering dikaitkan dengan suatu penyakit yaitu lebih baik mencegah daripada mengobati, maka dari itu dipakailah istilah proteksi yang menurut saya lebih umum.

Contoh lain soal proteksi selain asuransi dan ilmu keperawatan yaitu ilmu beladiri. Ingat ilmu beladiri jenis apapun jika ditanya mengapa mengikuti suatu kegiatan beladiri maka kemungkinan jawaban yang akan keluar dari mulut sang penjawab salah satunya adalah untuk menjaga diri disamping jawaban-jawaban lain yang mendukung. Nah hal ini sama artinya juga dengan proteksi yaitu melindungi diri dari serangan orang-orang jahat yang iseng yang mungkin saja ditemui sewaktu-waktu tanpa mengenal tempat. Minimal dapat melindungi diri sendiri baru kemudian akan lebih bermanfaat jika bisa juga untuk melindungi orang lain.

Contoh lain akan lebih banyak. Ilmu apapun dapat dijadikan suatu proteksi baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Karena ilmu yang dimiliki itu banyak sekali manfaatnya. Maka dari itu banyak istilah tentang suatu ilmu tersebut. Ilmu itu perlu bahkan sangat diperlukan. Karena jika tak ada ilmu apa yang bisa dilakukan? Semua tindakan yang dilakukan pasti butuh ilmu sekalipun tindakan tersebut mungkin dianggap sangat ringan.

Proteksi itu perlu dan sangat amat diperlukan. Baik dalam hal jaminan kesehatan, hari tua ataupun pendidikan dan juga proteksi berupa ilmu. Bayangkan jika proteksi itu tak ada? Misalkan saja proteksi kesehatan, saat sakit pasti bingung, bingung bukan karena tak mau untuk menjalani pengobatan tetapi bingung karena bayar pengobatan memakai apa sedang rupiah tak dimiliki. Oleh karena itu dalam hal ini proteksi itu amat sangat penting. Walaupun kadang hal ini tak disadari oleh semua orang yang sehat, saat diberi penyakit barulah ia sadar. Maka wajar saja jika banyak penawaran tentang jaminan kesehatan baik dari pihak swasta maupun pemerintah. Pikir positifnya saja mereka itu peduli dengan orang lain terutama dalam hal kesehatan agar saat kita sakit maka tak perlu pusing dan bingung menjalani pengobatan. Terkadang mereka lebih sayang mengeluarkan beberapa rupiah untuk membayar sebuah jaminan kesehatan dan berpikir “untuk apa membayar toh saya tidak sakit”. Yang sering terjadi mereka membayar saat pertama kali saja yaitu saat membutuhkan suatu jaminan tersebut karena saat itu ia diberi penyakit dan bingung dengan penagihan pembayaran kesehatan karena tak punya uang maka diberi solusilah oleh suatu pihak. Setelah sembuh maka ia lupa bahkan sengaja dilupakan dengan kewajiban membayar suatu jaminan, namun saat ia diberi sakit lagi barulah ia kaget bahwa jaminan kesehatan yang ia punya sudah tak berlaku karena ia sendiri pun tak melakukan kewajibannya yaitu membayar jaminan tersebut pada kurun waktu tertentu.

Proteksi itu perlu dan penting dalam hal apapun. Maka jangan sepelekan hal tersebut. Dianggap sepele bisa jadi akan menjadi masalah dikemudian hari.

Sabtu, 14 November 2015

sempurnah


SEMPURNA

Sempurna, satu kata yang sering didengar. Satu kata yang menunjukkan bahwa sesuatu hal lengkap, utuh, tak ada cacat sedikit pun. Satu kata pula yang mungkin diinginkan setiap orang dalam segala hal. Bolehkah manusia berharap sempurna atau menginginkan hal yang sempurna? Sedangkan seperti yang kita ketahui tak ada manusia yang sempurna dan setiap segala sesuatu hal baik manusia atau lainnya pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Lalu pantaskah kita sebagai manusia menginginkan kesempurnaan? Apalagi kita menginginkan kesempurnaan itu berasal dari diri orang lain tanpa mengukur diri sendiri, apakah kita sempurna sehingga menginginkan yang sempurna?

Contoh simpel yang menurut saya adalah dalam memilih pasangan. Awalnya saya pikir orang yang sudah berumur namun belum juga menikah itu hanya ada dalam dongeng atau pun televisi saja. Walaupun apa yang ada di televisi itu ada kalanya sebuah kenyataan. Namun bedanya terkadang apa yang ada di televisi belum tentu ada di lingkungan sekitar atau bahkan sangat dekat dengan kita. Itulah awal yang saya pikir terutama tentang jodoh. Jujur saya cukup kaget saat mengetahui bahwa ada beberapa teman saya yang mungkin jika dilihat dari usia seharusnya sudah berumah tangga dan bahkan ada yang bilang “seharusnya sudah punya anak dua tuh”. Walaupun jujur saya sendiri belum menikah. Namun yaitu saya cukup kaget juga dengan apa yang saya temui dan ketahui. Seseorang yang saya pikir sudah menikah atau sekalipun belum menikah usianya tak jauh dari usia saya. Namun ternyata tidak. Pantas saat mengenalnya ada sesuatu yang aneh yang saya rasa. Karena biasanya jika saya mengajak seseorang yang sudah berumah tangga dan punya anak, pastinya ada kesan terburu-buru ingin cepat selesai jika sedang bersama saya, saya pahami hal ini. Karena pastinya bersama dengan suami dan anak adalah lebih penting ketimbang bersama saya. Inilah yang terkadang membuat saya sedih saat ditinggal menikah oleh teman-teman sebaya saya yang berarti terkadang saya harus mencari teman yang masih sama-sama belum menikah. Karena pasti ruang lingkup dan tanggung jawabnya pun akan berbeda.

Jujur terkadang ada hal penasaran mengapa sampai usia itu belum juga berumah tangga? Apakah ada masalah? Walaupun seandainya ada pertanyaan itu terlontar kepada saya mungkin saya hanya akan bisa menjawab dengan jawaban “belum waktunya” atau “belum bertemu dengan jodohnya”. Namun itu bukan sebuah jawaban yang memuaskan untuk saya saat saya sedang penasaran dengan mengapa ia belum juga menikah? Ya saya tahu jika Allah SWT belum berkehendak maka apapun yang kita rencanakan maka tak akan berhasil. Namun rasa penasaran itu belum terobati juga. Akhirnya saya beranikan diri untuk bertanya langsung kepada narasumbernya hehehe. Dan jawaban yang saya dapat yaitu “belum ada yang sreg ajah” dengan santainya ia mengatakan seperti itu. Ada juga jawaban dari teman-temannya yang menurut pandangan mereka adalah “dia mah pilih-pilih” dan “dia mah nyari yang sempurna”. Untuk jawaban yang “pilih-pilih” baiklah saya setuju dengan hal ini karena memang bukankah kita harus selektif dalam memilih apapun itu terutama juga pasangan, namun baiknya dalam memilih tersebut tetapkan kriteria yang akan menjadi sebuah prioritas dalam pilihan nantinya. Namun dengan jawaban “sempurna” itu membuat saya berpikir “pantaskah mencari yang sempurna sedangkan kita sendiri tak sempurna? bukankah Allah SWT memberi sesuai dengan hambaNya? Dalam arti wanita baik-baik untuk laki-laki baik-baik dan begitu juga sebaliknya? Dan yang pasti yang Allah SWT berikan itu adalah yang terbaik, karena Allah SWT memberi yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan? Lagi pula menikah itu bukankah untuk menggenapkan setengah agama, yang berarti jika diibaratkan yang satu punya setengah dan yang satu lagi juga punya setengah kemudian disatukan dalam pernikahan maka bukankah yang sama-sama setengah itu akan menjadi satu? Satu yang berarti sempurna. Yang berarti sempurna karena pernikahana, sempurna melalui proses pernikahan. Tetapi jika sebelum menikah sudah mencari dan menginginkan yang sempurna lebih dahulu bagaimana?”. Jujur saya tak habis pikir dengan kriteria “sempurna” itu. Yang ada lagi di otak saya adalah jika seseorang itu memilih pendekatan dengan lawan jenis melalui proses yang tidak dianjurkan oleh Agama Islam semisal pacaran, maka setiap dia punya pacar dan kemudian tidak sreg dengan lawan jenisnya itu lalu putus kemudian dapat lagi yang baru dan tidak sreg juga, maka saya pikir akan berapa banyak mantan pacarnya nanti yah? Hehehe. Kalau dari awal memang sudah tidak sreg, lalu mengapa diteruskan dengan proses yang tak baik?

Sempurna, berusaha menjadi diri sendiri yang sempurna dalam hal positif mungkin itu baik. Tetapi jangan dibuat-buat, apa adanya saja. Namun apakah pantas juga menuntut sebuah kesempurnaan dari orang lain?

Rabu, 04 November 2015

rsu


17desember2014
RSUD KABUPATEN TANGERANG

Inget rsu inget masa kecil, inget masa lalu. Kenapa begitu? Tidak disangka dan tidak pernah di duga jika diingat-ingat ternyata saya lahir di tempat dimana saya bekerja sekarang. Yah diingat saya lahir di rsu 22 tahun yang lalu dengan berat yang saya lupa yang pasti di atas 2,5 kg dan di bawah 3 kg hehehe.
Next, Bapak di rawat di rsu kurang lebih hampir sebulan bahkan lebih karena hemoroid atau wasir saat usia saya kurang lebih mungkin 3 tahun karena saya ingat saat itu saya belum sekolah SD dan ingat lagi saya masuk sekolah SD saat saya berusia 4 tahun 3 bulan hehehe (sudah saya jelaskan di tulisan saya sebelumnya yah hehehe). Dan saat bapak di rawat tersebut saya menginap di rs selama itu pula hehehe.
Next, adik saya yang pertama pun lahir di rsu dan saat itu saya pun ke rsu hehehe (antara penting dan tidak penting sih).
Next, ibu di rawat di rsu karena harus menjalani operasi apendiktomi tanpa sepengetahuan saya saat saya masih kuliah akper semester 2 rasa-rasanya.
Next, bapak di rawat di rsu lagi karena harus menjalani operasi herniatomi saat saya kuliah akper semester 4 kalo gak salah hehehe.
Intinya saat kuliah saya PKL di  rsu dan sekarang saya pun bekerja di rsu.
Dan jika saya tidak salah mengingat rasanya ibu saya pun saat di lahirkan oleh nenek di rawat di rsu karena yang saya dengar ibu saat bayi harus masuk inkubator karena prematur. Entah prematur yang seperti apa saya pun tak tau. Yang pasti kalo harus sampai masuk inkubator pastinya di rsu kan???? Hehehe.
Jadi, bisa disimpulkan sendiri lah hehehe.