apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Senin, 23 Mei 2016

PINTERAN DIKIT DONG

KALAU MAU BOHONG, PINTERAN DIKIT DONG

Jujur saya kecewa saat melihat laporan absensi peserta seminar bulan maret lalu. Mengapa? Karena ternyata banyak orang yang bayar dengan harga mahasiswa bahkan kurang dari itu. Kecewa dengan teman-teman karena rasanya seperti dibohongi. Didaftar peserta tercatat dari instansi pekerjaan tetapi kenapa uang yang dibayarkan seharga instansi pendidikan alias harga mahasiswa? Mendaftar memakai gelar, tetapi administrasi mahasiswa. Kalau pun mau bohong, yang agak pinteran sedikit donk. Yang membuat orang lain tidak mengetahuinya. Misalnya jika ingin memakai harga mahasiswa, yah saat mendaftar membawa nama kampus dan tidak memakai gelar. Jika saat mendaftar membawa nama instansi pekerjaan kemudian memakai gelar lalu membayar seharga mahasiswa, sepertinya tanda tanya juga yah? Orang yang gak ngerti juga sepertinya akan bingung dan mungkin juga akan menimbulkan tanda tanya.

Jangan juga mentang-mentang kita selaku pemegang uang, berapa pun yang dibayarkan kita terima saja yang penting kuota tercukupi. Mending jika yang dibayarkan itu lebih, namun jika kurang emang si penerima uang mau gitu nambahin alias nombok? Belum tentu juga kan? Makanya itu kalau mau bohong pinteran dikit lah. Walaupun misalnya bukan mahasiswa, tetapi ingin memdaftar harga mahasiswa yah jangan pakai instansi pekerjaan dan gelar. Itulah yang beberapa kali juga saya lakukan hehe. Toh walaupun dalam pemberitahuannya yang mendaftar atas nama kampus akan dilihat kartu mahasiswanya namun pada kenyataan tidak demikian. Maka dari itu, menurut saya sebaiknya harga seminar tak perlu dibedakan mahasiswa atau bukan karena kemungkinan didalamnya pun ada kebohongan hahaha. Kalau bisa membawa orang banyak untuk seminar kemudian mendapat hadiah, ya itu sih bonus hehehe. Toh hal seperti itu kayak semacam bisnis juga kali yah hehe.




Perlu diketahui yang sudah ditetapkan adalah harga mahasiswa sebesar 120.000 dan harga umum adalah 150.000 serta seharusnya tidak ada harga pembayaran sebesar 100.000

TIDAK SELESAI

TIDAK SELESAI

Banyak yang bertanya tentang perkuliahan yang aku jalani, karena terlihat belum selesai juga? Padahal yang lain, yang kuliahnya belakangan sudah hampir akan selesai. Saya hanya bisa menjawab “iyah” saja. Karena malas menjelaskan kepada mereka apa yang terjadi. Kuliah yang saya lakukan itu selama tiga semester yang berarti satu setengah tahun. Namun untuk skripsi karena dipisah sendiri setelah tiga semester itu menjadikan perkuliahan yang saya jalani adalah dua tahun. Semoga saja tahun ini lulus dan wisuda strata. Mengingat ada kekhawatiran sendiri, karena banyak teman-teman yang proposal skripsi saja belum selesai. Bukan karena tidak dikerjakan namun karena sang dosen pembimbing belum juga acc untuk disidangkan. Mungkin juga dikerjakan namun tidak dengan baik.

Jika ada yang masih penasaran dengan perkuliahan saya yang belum juga selesai, saja jawab saja “skripsi gak acc terus”. Dosen kampus saya pasti berbeda dengan kampus mereka. Dosen pembimbing saya tak mudah untuk mengacc semua proposal yang dikonsulkan. Karena hal tersebut selain banyak revisi bahkan ada juga beberapa teman yang harus mengganti judul dan mengulang sidang. Karena saat sidang pertama judul yang ia ajukan terpaksa harus diganti mengingat menurut sang penguji judulnya tersebut tak berkorelasi.


Bukan hanya itu, sang dosen tak mau main asal acc begitu saja proposal skripsi karena nantinya akan diupload dan jika itu salah atau asal-asalan bagaimana dengan nanti yang membaca dan kemudian dijadikan contoh? Itulah mengapa sang dosen benar-benar memeriksa proposal yang dikonsultasikan oleh sang mahasiswa. Sehingga sampai saat ini dari total seluruh mahasiswa yang ada mungkin hanya ada beberapa orang saja yang sudah sidang proposal itupun masih banyak revisi yang harus dilakukan. Sudah acc revisi pun masih bingung saat turun ke lapangan untuk memulai penelitian hehehe.

BIAYA SENDIRI

BIAYA SENDIRI

Sekolah, belajar atau kuliah dengan biaya sendiri pastinya akan terasa berbeda dengan biaya yang dikeluarkan oleh orang lain sekalipun itu orang tua sendiri. Itulah yang saya rasakan. Terasa sekali bayar uang kuliah dengan biaya sendiri uang hasil bekerja. Yang biasanya uang itu dipakai untuk belanja tetapi karena sedang kuliah mau tak mau harus disisihkan untuk membayar biaya selama perkuliahan. Bersyukurnya uang kuliah tersebut bisa dicicil setiap bulannya.

Karena hal tersebut rasanya sangat sayang sekali jika tak mengikuti perkuliahan walaupun hanya satu kali. Sudah bayar kemudian tidak mengikuti perkuliahan. Rugi sekali rasanya. Lalu apa yang kita dapatkan dari apa yang sudah dibayar? Kalau soal lulus atau ijazah saya rasa pasti akan mendapatkannya diakhir nanti. Tapi cukupkah hanya itu saja yang kita dapat? Apa bedanya kita dengan membeli ijazah? Walaupun mungkin sekarang ini masih ada praktik pembelian ijazah namun apa artinya jika isinya tak ada? Dalam arti tak pernah kuliah tahu-tahu punya ijazah bergelar. Diragukan sekali rasanya.

Bukan hanya itu, saat sedang proses skripsi dan membutuhkan banyak referensi beberapa buku yang harus dibeli. Terasa sekali saat harus membeli buku memakai uang sendiri. Yang membuat saya harus memilah milih buku mana yang memang benar-benar dibutuhkan. Tidak seperti saat kuliah diploma dahulu, tanpa berpikir apakah isi buku tersebut akan dipakai atau tidak? Langsung saja saya beli buku tersebut, tanpa berpikir pula berapa biaya harga buku itu. Karena saat itu yang bayar adalah orang tua. Bayangkan seingat saya dahulu saat menyusun tugas akhir sewaktu kuliah diploma, rasanya hampir setiap minggu saya pergi ke toko buku untuk mencari sumber referensi yang dibutuhkan dengan biaya yang dikeluarkan sekitar lima ratus ribu. Bayangkan saja jika setiap minggu biaya untuk membeli buku sebesar itu, bagaimana biaya dalam satu bulan? Mengingat hal tersebut, saya jadi kasihan dengan orang tua sendiri terutama jika seandainya saya gagal dalam perkuliahan. Walaupun biaya tersebut sudah disiapkan oleh orang tua, tetapi saya berpikir dari mana uang tersebut? Apakah memang sudah sengaja dikumpulkan untuk persiapan saya membeli buku? Karena jumlah biaya tersebut dalam sebulan bisa saja hampir sebagian atau pun satu bulan gaji.


Maka dari itu, saat ini saya merasa malu jika harus meminta juga untuk biaya perkuliahan strata satu. Sudah tidak bisa memberi, minimal tidak meminta juga. Punya atau tidaknya uang, usahakan tak meminta terutama kepada orang tua. Yang pasti biaya perkuliahan dengan biaya sendiri itu lebih terasa nikmatnya maka dari itu jika mau berbuat macam-macam pun seperti bolos, saya jadi pikir-pikir berulang kali walaupun hanya sekali.