apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Jumat, 20 Juni 2014

BAYI DIBUANG, POLISI, POLRES = REMPONG

BAYI DIBUANG, POLISI, POLRES = REMPONG


Dinas malam gue yang kedua tgl 9 juni 2014 (dan lagi-lagi kejadiannya selalu saat dinas malam) datanglah bayi dari IGD (by. D dengan jenis kelamin perempuan berat badan 3000 gram diagnosa NCB SMK, asfiksia sedang, Susp MAS, susp trauma capitis, dan sepsis neonatorum dengan hasil lab pun hancur dan saya hanya hapal hemoglobinnya 9,1 dan CRP 10) pukul 22.00 wib dengan di antar oleh dokter IGD (dr. M. F) dan POS serta siswa tanpa keluarga satupun (bayi itu di buang dan ada di IGD sejak tgl 8 juni 2014, karena tempat di ruangan perinatologi atas saat itu penuh karena bayi berjumlah di atas 30 maka si bayi baru bisa masuk ruangan pada tanggal 9 juni 2014 karena hari itu jumlah bayi sekitar 23). bayi itu datang dengan terpasang ETT (alat bantu napas) mikir deh nafasnya ajjah harus dibantu dan tak ada keluarga satu pun kebayang deh rempongnya kaya gimana dan kami harus terus membaging bayi tersebut karena bayi tersebut terpasang ETT yang seharusnya terhubung ke ventilator namun karena ventilator hanya ada di ruangan NICU dan ruang NICU saat itu masih penuh maka kami pun harus membaging bayi tersebut secara manual agar bayi tersebut tetap hidup dan saturasi stabil huffft. Tak lama kami (perawat) menelepon dokter jaga untuk melapor bayi baru dari IGD.

Pukul 22.30 dokter jaga (dr. I. F) datang dan sekitar pukul 23.00 dokter tersebut melapor hasil AGD kepada dokter spesialis anak (dr. N. A. D. F) dan dari hasil AGD tersebut bayi itu harus mendapat bicnat sebanyak 10 meq. Yeaaaah karena harus mendapat bicnat seperti biasa harus ada persetujuan tertulis dari pihak keluarga atau yang bertanggung jawab atas pasien tersebut. Maka kami mencari keluarga bayi tersebut yang katanya ada di ruang nifas dan memang ibu bayi itu ada di ruang nifas dan kami meminta kepada orang di ruangan ibunya itu agar keluarganya datang ke ruangan bayi. Sampai pukul 00.00 keluarga bayi tak datang juga sedangkan bicnat harus masuk dengan persetujuan keluarga maka kami menelepon kembali ruangan si ibu bayi dan mereka mengatakan bahwa keluarga bayi telah menuju perinatologi namun kami tunggu sampai jam 01.00 tetap tak muncul juga keluarga bayi itu. Maka kami pun menelepon ruangan ibu bayi lagi dan meminta nomor keluarganya namun tak ada yang ada hanya nomor hp polisi. Polisi? Ya polisi. Si ibu bayi terkena kasus pembuangan bayi dan saat itu menjadi tersangka maka ibu bayi itu di jaga ketat oleh polisi. Karena tak menemukan keluarga atau nomor telepon pihak keluarga maka kami meminta nomor telepon polisi itu. Maka pukul 01.30 kami pun menelepon polisi dan ternyata nomor telepon itu adalah nomor telepon polisi yang kemarin menjaga si ibu bayi dan kami pun disarankan untuk menelepon polres dan memberikan nomor telepon polres. Langsunglah kami menelepon polres saat itu juga dan menanyakan siapa polisi yang menjaga ibunya malam ini dan meminta nomor teleponnya setelah mendapat nomor telepon polisi lagi langsung kami menelepon ke nomor 085781188xxx atas nama Tn. Y (seperti biasa kami / saya menelepon memakai hp pribadi karena tak mungkin rasanya menelepon melalui operator saat jam-jam segitu, dini hari). Setelah menelepon Tn. Y dan menjelaskan kondisi bayi serta harus mendapat bicnat maka tak lama Tn. Y itu pun langsung datang ke ruangan bayi sekitar pukul 02.00 dan atas konfirmasi ibu bayi (karena biar bagaimana pun bayi tersebut masih mempunyai ibu ya walau status bayi tersebut adalah bayi dibuang dan status ibu bayi adalah tersangka) maka Tn. Y itu menandatangani persetujuan pemberian bicnat sebanyak 10 meq dan langsunglah obat tersebut kami berikan melalui cairan infus. Yeaaaaah masalah bicnat selesai untuk saat itu. Yaaaah karena ada masalah baru setelah itu.

Tn. Y

Sekitar pukul 02.00 bayi di NICU ada yang meninggal. Yaaah inilah yang disebut masalah baru. Kenapa? Karena tak mungkin bayi terpasang ETT dan harus terus-menerus dibaging ada di ruangan perinatologi sedangkan di ruangan NICU ada yang meninggal ini berarti ruangan NICU kosong satu dan kemungkinan bayi di ruangan perinatologi bisa pindah ke ruangan NICU. Namun hal ini pun masalah. Kenapa? Masalah dokter untuk memindahkan bayi ke NICU dan masalah keluarga mengenai NICU serta biaya. Jadilah dilema malam itu. Kebetulan saat itu ada dokter jaga (dr. I. F) datang karena bayi NICU ada yang meninggal dan dia harus tandatangan Surat Kematian dan kebetulan pula di ruangan perinatologi ada bayi baru 3 datang jam 00.30 dan 1 datang jam 01.30. Dokter jaga akhirnya bingung apakah bayi tersebut harus pindah NICU atau tidak. Bingung? Ya bingung karena bayi itu tak ada keluarga, biaya serta yang bertanggung jawab.

Tn. D

Pukul 02.30 Tn. Y datang kembali ke ruangan perinatologi dengan seorang teman Tn.H yang adalah operannya yaaah mereka akan aplusan. Maka kami pun meminta nomor hp Tn.H itu karena takut kalau-kalau terjadi sesuatu dengan bayi tersebut karena si Tn.Y akan kembali ke kantor. Dan diberilah nomor hp Tn.D 081296639xxx dan Tn.H 0813896638xx yang saat itu bertugas gantian jaga. Karena saat itu dokter jaga bingung maka dia pun mengusulkan untuk menelepon PJ malam itu yaitu Zr.O perawat ICU, setelah menelepon PJ dan menjelaskan kondisinya maka sekitar pukul 03.00 PJ pun menyetujui bayi tersebut untuk pindah NICU (maka bayi tersebut pindah NICU atas acc PJ karena tak mungkin menelepon dokter spesialis anak saat jam segitu, pukul 03.00 buuuuuu). Kebetulan saat itu juga Tn.D datang dan saat melihat serta mengetahui kondisi bayi langsunglah Tn.D itu setuju serta bertanggung jawab untuk NICU. Pukul 03.30 pindahlah bayi tersebut ke ruangan NICU atas acc PJ dan polisi tanpa keluarga satupun. Selesailah bayi tersebut di ruangan perinatologi.

Sumpah baru kali itu ada kejadian seperti itu. Bayi dibuang. Sebelumnya memang ada kasus bayi dibuang namun bayi tersebut bagus beda kasus dengan bayi yang ini yang kondisinya buruk karena nafas pun harus dibantu. Gue ga tau persis gimana jalan ceritanya ampe bayi itu ada di IGD. Yang gue tau dari sumber-sumber yang entah bisa di percaya atau ga. Katanya bayi itu lahir di kamar mandi dan setelah lahir ibu bayi membuangnya ke kamar mandi tetangga setelah itu tetangga menemukannya mungkin langsung di bawa ke IGD RSU tangerang kali yaaaaa. Gue gak tau itu cerita bener atau gak? Karena waktu gue baca tulisan di IGD bayi itu di bawa oleh polsek neglasari dengan kondisi tali pusat masih utuh alias belum di potong dan terdapat jejas di kepala dan bayi tersebut di temukan di lingkungan warga neglasari sepertinya. Dan mengenai ibunya mungkin karena ibunya perdarahan karena melahirkaan di kamar mandi maka mungkin ibu tersebut di bawa ke RSU tangerang dan polisi menemukan tersangka pembuang bayi tersebut akhirnya. Itu mungkin yaaaaa. Karena sekali lagi gue gak tau persis gimana ceritanya itu bayi bisa ampe IGD. Yang gue bisa ceritain secara jelas adalah bayi tersebut datang ke ruangan perinalotogi pukul 22.00 tanggal 9 juni 2014 dan pindah NICU pukul 03.30 tanggal 10 juni 2014 karena saat itu gue dinas malam kedua buuuuuuuuuuuuuuuu.

Miss X
Bayi yang pernah di buang juga dan bagus. Ditemukan di sekitar puspemkot atau masjid al azhom dan di bawa oleh polsek tangerang ke RSU tangerang.


Ada satu hal lagi yang mengejutkan menurut gue. Mengejutkan? Yaaah kenapa mengejutkan? Karena saat gue tanpa sengaja atau tidak, menonton tayangan berita di trans tv tepatnya reportase sore dan ada berita tentang kasus bayi dibuang yang saya jelaskan di atas dan di beritakan pada reportase itu bahwa “kondisi bayi kian membaik”. Sedangkan pada cerita diatas bisa disimpulkan kondisi bayi seperti apa? Dan saya punya video berita yang ditayangkan oleh reportase sore itu. Dan endingnya bayi itu meninggal entah pada hari apa? Antara tanggal 13 juni 2014 atau 14 juni 2014 karena pada tanggal 13 juni 2014 saya mendengar kabar bahwa saturasi bayi tersebut di NICU menurun namun kembali naik setelah pemberian adrenalin.

DONOR DARAH

DONOR DARAH

yaaaah tepat tanggal 14 mei 2014 RSU tangerang mengadakan acara donor darah entah untuk keberapa kalinya karena sering mungkin setahun bisa 2 kali diadakan.
Kebetulan hari itu saya ikut acara donor darah tersebut yang entah untuk keberapa kalinya karena saya sudah beberapa kali berdonor darah dari sejak kuliah.

Dan sepertinya donor darah pada hari itu dalam rangka HUT RSU ke 49 karena sudah 2 kali donor darah di RSU saya mendapat handuk bertuliskan seperti di atas.
Yaaah setelah acara donor darah tgl 14 mei 2014 di RSU beres, saat ke universitas muhammadiyah tangerang (UMT) untuk menghadiri seminar, saat itu saya melihat ada brosur di atas di tempel di dinding yang isinya tentang acara donor darah tanggal 25 mei 2014. saya tertarik sekali dengan acara itu, kenapa? Karena saya mungkin hanya bisa memberi darah tidak lebih disamping itu donor darah juga mempunyai manfaat.
Karena manfaat itulah saya jadi terpacu untuk mendonorkan darah. Tapi sempet mikir-mikir juga sih karena tgl 14 mei 2014 saya baru saja mendonorkan darah saya dan rencananya tgl 25 mei 2014 akan mendonorkan darah lagi. Apakah boleh jarak donor darah ke donor darah selanjutnya hanya berjarak kurang lebih 10 hari. Maka dari itu saya mencoba mencari tau dengan bertanya kepada dokter lewat whatsapp dan bertanya kepada PMI tangsel lewat facebook dan inilah jawabannya.





Yaaaah itulah jawaban dari orang yang mungkin bisa dibilang ahli. Namun bukannya saya tidak percaya, tapi saya penasaran dan untuk menjawab rasa pensaran itu maka tepat tanggal 25 mei 2014 saya datang ke gor tangerang dengan niat untuk donor darah dan inilah hasilnya.

Dan akhirnya saya tidak bisa donor darah karena hemoglobin saya turun hehehehehe.


Jadi walaupun donor darah itu bermanfaat tapi pikir-pikir juga jika jarak donor darahnya terlalu cepat yang ada malah kita yang mendonorkan darah yang kenapa-kenapa. Yang ada malah nanti ikutan tranfusi juga. Saat itu saya berpikir bahwa sebenarnya orang yang telah mendonorkan darahnya, setelah donor darah maka hemoglobinnya akan turun, yang padahal saat donor darah hemoglobinnya bagus. Lalu jika mau donor darah lalu donor darah lagi maka jaraknya harus kurang lebih 75-120 hari. Kenapa? Baca penjelasan gambar diatas aja y. Biar jangan seperti saya hehehehehe karena penasaran akhirnya tetap ajjah ga bisa donor darah hahaha.

11JUNI2014

Selasa, 10 Juni 2014

NEC (NECROTIZING ENTEROCOLITIS)

NEC (NECROTIZING ENTEROCOLITIS)



Proverawati, Atikah dan Rahmawati, Eni. 2010. Kapita selekta ASI & MENYUSUI. Nuha Medika. Yogyakarta

manfaat ASI yaitu menurunkan angka infeksi saluran pernapasan bawah, otitis media (otitis pada telinga tengah), meningitis bakteri (radang selaput otak), infeksi saluran kemih, diare, necrotizing enterocolitis.

Mengenai necrotizing enterocolitis, saya jadi teringat sesuatu yaitu ada seorang bayi yang di vonis susp nec diakibatkan perut si bayi tersebut yang selalu kembung, padahal awalnya bayi tersebut minum ya memang sih minum susu formula. Oh ya bayi tersebut kembar. Tapi saya kurang tau kondisi bayi kembarannya karena kembarannya tidak dirawat sepertinya. Karena bayi tersebut kembung terus-terusan maka dilakukanlah pemeriksaan foto polos abdomen namun hasilnya saya tidak ketahui karena si bayi tersebut keburu tiada. Oh ya bayi tersebut juga bblr dengan berat badan yang saya lupa hehehe. Dan maaf data-data mengenai bayi tersebut saya tidak dapatkan karena itu tadi bayinya keburu meninggal hehehe.

Mengulas sedikit mengenai NEC
Necrotizing enterocolitis (NEC) adalah Masalah usus yang berpotensi berbahaya,biasanya terjadi dua sampai tiga minggu setelah lahir. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan makan, komplikasi perut bengkak dan lainnya. Bayi dengan NEC diobati dengan antibiotik dan diberi makan secara intravena (melalui pembuluh darah) sambil menyembuhkan usus. Dalam beberapa kasus, operasi diperlukan untuk menghilangkan bagian-bagian yang rusak dari usus

Necrotizing enterocolitis (NEC) merupakan salah satu kegawatdaruratan gastrointestinal yang tersering pada bayi baru lahir, terutama pada bayi prematur. NEC didefinisikan sebagai suatu peradangan akut pada saluran pencernaan dengan kerusakan yang bervariasi mulai dari kerusakan mukosa ringan sampai pada nekrosis dan perforasi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan NEC adalah prematuritas, kolonisasi bakteri yang abnormal, pengaruh makanan, serta iskemia dan hipoksia saluran pencernaan. Oleh karena manifestasi klinis NEC tidak spesifik, ahli radiologi memegang peran penting dalam diagnosis, pemantauan perkembangan penyakit, dan deteksi komplikasi. Tanda-tanda radiologi dapat mendahului tanda klinis sehingga ahli radiologi tidak saja berada dalam posisi yang pertama kali untuk mendiagnosis NEC, namun merupakan yang pertama kali juga dalam memprediksi atau mendeteksi komplikasi yang memerlukan tindakan pembedahan. Sampai saat ini pemeriksaan foto polos abdomen masih menjadi andalan untuk menilai NEC. Pada foto polos abdomen gambaran NEC yang dapat dinilai adalah pola distribusi udara dalam usus, pneumatosis intestinalis, gambaran udara di dalam vena porta, dan pneumoperitoneum. Ultrasonografi (USG) juga berperan pada diagnosis NEC. Keuntungan utama dari USG untuk pemeriksaan NEC adalah USG bersifat real-time, dapat dilakukan di samping tempat tidur pasien, non-invasif, dan tanpa radiasi. USG dapat memperlihatkan pneumatosis intestinalis, tebal dinding usus, ekogenisitas, dan kemampuan peristaltis usus, serta koleksi cairan.


Diatas telah dijelaskan mengenai apa itu NEC. Jadi saya rasa tak perlu mengulas penjelasan diatas karena sudah benar-benar mengenai apa itu NEC? Yang intinya adalah kelainan pencernaan pada bayi BBLR.

31MEI2014

ASI

ASI

okeh saya akan menulis mengenai ASI kembali yang sebelumnya telah saya tulis. Namun kali ini saya menulis tentang ASI dari buku yang berbeda dengan sebelumnya. Isinya memang hampir sama. Dan inilah bukunya

Sibagariang, eva ellya. Pusmaika, rangga. Rismalinda. 2010.Kesehatan Reproduksi Wanita. Trans Info Media. Jakarta.
Ibu dengan hepatitis B aktif tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya dan bayi tersebut harus diberi hepatitis B imunoglobulin. (inget loh hepatitis B aktif dan ini sama dengan tulisan saya sebelumnya mengenai ASI). Ibu yang terinfeksi CMV dapat menularkannya melalui ASI maka untuk mencegah penularan laktasi dihentikan.(kemungkinan asi mengandung virus tersebut memang ada namun ASI CMV tersebut mengandung zat antibodi yang melindungi infeksi CMV, maka dari tulisan saya sebelumnya mengenai ASI, ibu dengan CMV tetap dianjurkan menyusui bayinya).
ibu yang menderita pre eklampsia atau eklampsia dan mendapat pengobatan diuretik, antihipertensi, dan sedativa sebaiknya bayi jangan diberi ASI namun jika pengobatan tersebut dihentikan ibu dianjurkan menyusui bayinya. Ibu penderita TBC boleh menyusui bayinya. Namun jika TBC payudara tidak dianjurkan menyusui bayinya (ini sesuai dengan tulisan ASI sebelumnya).
Ibu berpenyakit seperti lepra, diare, diabetes melitus, dan hypertyroidisme boleh menyusui bayinya. Tetap dengan syarat pengobatan ibu terlebih dahulu. (ditulisan sebelumnya tentang ASI terdapat bahwa ibu yang menderita sakit tetap menyusui bayinya).


Sekian tulisan ASI yang kedua. Lebih sedikit bukan? Dan inti dari kedua tulisan tersebut rasanya sudah bisa dipastikan bahkan sudah bisa disimpulkan. Kesimpulannya tak jauh dari tulisan ASI sebelumnya bahwa ASI TETAPLAH YANG TERBAIK.

31MEI2014

ASI & MENYUSUI

ASI & MENYUSUI

Yeah akhirnya saya belajar menulis lagi. Sempat tertunda beberapa waktu. Dan kali ini saya ingin menulis mengenai ASI. Kenapa? Karena ada beberapa hal yang saya bingung mengenai ASI. Apa aja yang saya bingungkan? Lebih baik langsung aja kita bahas hehehe. Tapi sebelumnya saya akan menampilkan gambar-gambar yang saya dapatkan serta mengulasnya supaya lebih jelas. Okeh lets go. Inilah judul buku yang saya baca.
Yah KAPITA SELEKTA ASI & MENYUSUI yang akan saya ulas mengenai isinya yang menurut saya menarik hehehe.

pada gambar di atas tertera bahwa ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol berlebihan, mempunyai penyakit HIV / AIDS, berpenyakit TBC aktif dan tidak diobati, berpenyakit varisela (cacar) serta herpes aktif tidak diperkenankan menyusui.
Namun jika terinfeksi cytomegalovirus (CMV) dapat menyusui dengan alasan ASI tersebut mengandung antibodi dan ibu berpenyakit hepatitis B dapat menyusui dengan syarat bayi telah diberikan imunoglobulin hepatitis B atau vaksin hepatitis B tetapi jika hepatitis B si ibu sedang aktif maka menyusui sebaiknya tidak dilakukan.


Dan sekarang saya akan mengulas mengenai MENYUSUI berdasarkan gambar diatas. Menyusui dapat menurunkan berat badan ibu, mengurangi resiko hipertensi bagi ibu, meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan anak, menurunkan angka kejadian kanker indung telur dan kanker payudara, mengurangi angka kejadian osteoporosis dan patah tulang panggul, menurunkan kejadian obesitas, memperlambat ovulasi setelah melahirkan maka menyusui dapat sebagai KB alamiah.
Dan ini adalah manfaat ASI yaitu menurunkan angka infeksi saluran pernapasan bawah, otitis media (otitis pada telinga tengah), meningitis bakteri (radang selaput otak), infeksi saluran kemih, diare, necrotizing enterocolitis. (next penjelasan mengenai NEC)
Sedangkan pada bayi yang kekurangan ASI dapat mudah terkena infeksi seperti infeksi telinga, infeksi saluran pencernaan, anemia, penyakit kulit, alergi dan pengembangan karies gigi.

Mengulas penjelasan sebelumnya tertera bahwa ibu berpenyakit HIV / AIDS tidak diperkenankan menyusui, namun pada gambar diatas dijelaskan bahwa ibu yang positiff HIV menyusui secara eksklusif bayinya selama 6 bulan maka akan menurunkan resiko penularan terhadap bayinya dan ASI HIV dapat di pasteurisasi karena virus HIV dapat dinonaktifkan dengan memanaskan ASI pada suhu derajat yang tinggi. Tapi gak tau ye berapa suhunya? Hehehe. Nah ini pertama yang saya bingung. Padahal masih dalam satu buku. Yang menjadi pertanyaan saya adalah “apakah ibu dengan HIV / AIDS boleh menyusui bayinya?” karena dalam satu buku pun terdapat dua jawaban yang berbeda.

Dan hal ini pun sama terjadi, pada penjelasan sebelumnya tertera ibu berpenyakit TBC aktif dan tidak diobati tidak diperkenankan menyusui namun gambar tersebut menjelaskan bahwa resiko penularan TBC melalui ASI hampir tidak ada, kecuali infeksi TBC tersebut pada payudara dan ibu yang TBC batuk atau bernafas di muka bayinya maka beresiko penularan TBC. Itu sih ibunya yang salah hehehe. Jadi pertanyaan saya hampir sama seperti diatas yaitu “apakah ibu TBC boleh menyusui bayinya? Jika tidak, dengan alasan apa tidak dibolehkan menyusui? sedangkan penularan tidak melalui ASI kecuali jika dikhawatirkan si ibu batuk atau bernafas di muka bayi”.

Cytomegalovirus (CMV) yaaah untuk yang satu ini penjelasan sebelumnya dengan penjelasan gambar di atas adalah sama yaitu ibu berpenyakit CMV dianjuurkan untuk terus menyusui bayinya karena ASI mengandung zat antibodi yang melindungi penyakit CMV walaupun ada kemungkinan ASI mengandung virus CMV namun resiko penularannya kecil. Okeh untuk yang ini gak jadi masalah dan tidak membingungkan saya. Siiip deh hehehe.

Mengapa bayi tidak dapat menyusu?

Mengapa ibu tidak dapat menyusui bayinya?
Silakan baca ajjah yah tulisan yang ada digambar karena saya rasa tak perlu ada yang diulas hehehe.

Diatas tertera mengenai ibu yang disarankan tidak menyusui bayinya karena masalah kesehatan dan salah satunya tertera HIV dan TBC aktif. Sedangkan pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai ibu berpenyakit HIV dan TBC aktif. Jadi saya rasa tidak perlu dijelaskan ulang. Karena kesimpulan dan jawaban pasti pun belum jelas. Jadi terserah anda sajalah hehehe.

Obat-obatan selama menyusui

kontrasepsi selama menyusui

nifas

mastitis



faktanya bayi kurang dari 6 bulan yang menyusu ASI eksklusif jika diare tidak perlu diberi cairan lain karena ASI mengandung air 90%. jika diare berat rujuk. Tapi koq bisa diare y? Kalo ASI mengandung 90% air? Apa ada yang salah? Bisa ajah hehehe.


Faktanya ASI pada hari pertama setelah melahirkan adalah kolostrum sebanyak 1 sendok makan yang sudah mencukupi kebutuhan bayi baru lahir dan semakin sering ibu menyusui bayinya makan semakin banyak ASI yang dikeluarkan.



Penjelasan diatas sebenarnya adalah jawaban atas penasaran saya selama ini. Koq penasaran? Bukan pertanyaan? Ya karena pada kenyataannya saya tidak pernah menanyakan hal ini. Tapi penasaran ya. Kenapa di tempat saya kerja bayi-bayinya minum menggunakan gelas atau cawan? Saya hanya pikir supaya lebih cepat karena bayinya banyak dan jika meminumkan bayinya menggunakan sendok atau botol dot itu akan lebih lama karena bayi yang minum memakai botol dot si bayi tersebut minum menurut kemauannya jadi lama buuuuu. Dan akhirnya saya menemukan jawabannya yaitu jika bayi terpaksa diberi susu formula, gunakan cangkir / gelas jangan diberikan dengan botol dan dot karena dalam botol dan dot seting tertinggal sisa susu bayi dan sisa susu tersebut menjadi tempat yang subur bagi tumbuhnya kuman sehingga membuat bayi diare, batuk dan demam lagipula bagian dalam botol dan dot sangat sulit di bersihkan serta bayi yang terlalu kecil atau bayi sakit ASI yang telah diperah diberikan dengan cangkir atau gelas bersih. Itulah jawabannyaaaaaaa.


Ibu yang menderita sakit, tetap melanjutkan menyusui karena menyusui dapat membantu mempercepat penyembuhan penyakit ibu dan bayi yang sakit / diare tetapi diberi ASI karena ASI merupakan cairan hidup yang mengandung zat-zat anti infeksi yang berguna bagi bayi.

Relaktasi




Daaaaan sekianlah ulasan saya mengenai ASI waaaah banyak banget yaaaaa. Tapi ini mungkin part 1 (hah part 1????) karena masih ada ulasan mengenai ASI dari buku lain walau gak selengkap buku ini. Namun sepertinya bisa untuk dijadikan perbandingan hehehe. Dan kesimpulannya menurut saya adalah BIAR BAGAIMANAPUN ASI TETAPLAH YANG TERBAIK KARENA KANDUNGAN ASI SANGAT DIBUTUHKAN DAN BERMANFAAT BAGI BAYI SERTA TIDAK ADA SUSU FORMULA YANG DAPAT MENANDINGI ASI YANG DIBERIKAN GRATIS OLEH ALLAH SWT. Sekian dan terima kasiih.


Proverawati, Atikah dan Rahmawati, Eni. 2010. Kapita selekta ASI & MENYUSUI. Nuha Medika. Yogyakarta 

31MEI2014