apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Minggu, 30 Oktober 2011

Kohei, sempei, sensei, renshi, shihan

Panggilan kohei adalah kelaziman untuk menyebut adik seperguruan, atau yang memiliki tingkat yang lebih rendah.
Panggilan sempei (bahasa jepang) merupakan kelaziman untuk menyebut kakak seperguruan (senioritas), atau yang memiliki tingkat yang lebih tinggi, umumnya disandang untuk kualifikasi kyu 3 sampai Dan 3.
Panggilan sensei merupakan kelaziman untuk menyebut guru, instruktur, atau umumnya yang telah memiliki tingkatan sabuk hitam, Dan 3 keatas atau pelatih kepala sampai Dan 6.
Panggilan renshi atau guru ahli utama untuk menyebutkan yudansha yang telah memiliki kualifikasi Dan 7 dan Dan 8. Panggilan shihan atau hanshi adalah maha guru atau guru besar untuk penyebutan yudansha yang telah memiliki kualifikasi Dan 9 dan Dan 10. Diantara tingkatan-tingkatan ini memiliki hirarki untuk saling menghormati dan memberikan ucapan salam penghormatan sesamanya.
Rudianto, Dody. 2010. seni beladiri karate. jakarta : golden terayon press

osh

Etika dalam bersosialisasi di segala lingkungan adalah mengucapkan salam dengan sesama karateka. Begitu pula dalam karate. Salam merupakan hal yang sangat penting, Karena disinilah letak arti filosofi terdalam, kerendahan hati, dan semangat untuk terus belajar. Dengan mengucapkan salam berarti kita telah menghormati sesama karateka. Lafal salam karate adalah “osh”, yang merupakan kependekan dari kata oshinabu yang berarti pantang menyerah. Sikap dalam mengucapkan salam adalah sikap siap sempurna dan membungkukan badan pada saat mengucapkan kata “osh”
Etika dan sikap hormat pada pasangan saat melakukan latihan kumite harus diperlihatkan selama melakukan kumite. Ketika latihan kihon (dasar) di dojo, karateka harus melangkah ke depan dengan kecepatan dan tenaga, memperlihatkan semangat tinggi. Ketika berlatih kumite di dojo, tiap karateka diwajibkan melakukan gerakan melangkah ke belakang untuk memperlihatkan sikap hormat dan terima kasih kepada pasangan yang telah membantunya dalam melakukan latihan “karate diawali dengan penghormatan dan diakhiri dengan penghormatan”.
Latihan kumite dimulai dan diakhiri oleh masing-masing pasangan dengan sikap musubi dachi adalah sikap berdiri, tumit menyentuh lantai dan ujung kaki membentuk sudut 45o, tangan terbuka dan menyentuh bagian luar paha, berhadap-hadapan dan saling memberi hormat dengan membungkukkan badan.



Rudianto, Dody. 2010. seni beladiri karate. jakarta : golden terayon press

reishiki

Pada awal dan akhir latihan karate, harus selalu dilakukan upacara tradisional karate (reishiki) yang dipimpin oleh karateka tingkat tertinggi yang mengikuti latihan pada saat itu. Para karateka membentuk sebuah barisan sesuai dengan tingkatannya. Dimulai dari yang paling tinggi di sebelah kiri hingga yang paling rendah di sebelah kanan. Sensei / instruktur yang bertugas pada saat itu berdiri di depan barisan. Ada dua versi upacara karate ini, ada yang dilakukan berdiri dan yang dilakukan dengan cara duduk. Masing-masing cara digunakan pada kondisi yang berbeda.
Upacara karate yang umumnya dilakukan oleh perguruan di Indonesia, biasanya menggunakan urutan sebagai  berikut :
-          Pembacaan sumpah karate
-          Penghormatan bendera merah putih dan panji-panji perguruan
-          Berdoa dan pemusatan konsentrasi : dimulai dengan aba-aba mokuto, lalu diikuti dengan menundukkan kepala, memejamkan mata, mengatur pernafasan, dan berdoa dalam hati. Soal aba-aba mokuto itu, ada yang menyebutnya mokuso atau makuso. Bagi orang Indonesia memang agak sulit melafalkan bahasa jepang ini, keduanya sesungguhnya punya arti, mokuso artinya menenangkan pikiran, sedangkan mokuto adalah berdoa dalam hati. Jadi sama-sama benarnya.
-          Penghormatan kepada pelatih
-          Penghormatan kepada sesame rekan karateka dan tempat latihan

Rudianto, Dody. 2010. seni beladiri karate. jakarta : golden terayon press