apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Jumat, 29 Januari 2016

SERIUS



SERIUS NIH?

29 Januari 2016 jumat malam selepas isya saya membuka ponsel mengecek pesan masuk di aplikasi whatsapp. Memang di ponsel saya itu banyak sekali pesan dan salah satunya dari seseorang yang mengabarkan bahwa saya memenangi artikel yang memang beberapa waktu lalu pernah saya kirim.

Karena saat itu saya masih bingung dengan pesan tersebut dan jujur agak tak percaya akan kabar tersebut. Langsunglah saya mengecek gmail saya dan memang ada pesan yang mengumumkan akan hal tersebut.

Setelah itu mulai agak percaya namun masih bingung karena “koq saya bisa menang yah?”. Masih sedikit tak percaya akan hal tersebut. Maka kemudian saya mengecek facebook yang memberikan pengumuman itu dan memang benar adanya.

Tetapi jujur saya masih bingung mengapa bisa memenangkan artikel tersebut. Saya mengirimkan artikel tersebut memang untuk partisipasi saja dalam kepenulisan sekaligus melatih menulis namun baru kali ini saja saya mendapat kabar soal kemenangan itu. Memang sebelumnya sudah lumayan sering saya mengikuti semacam perlombaan kepenulisan yang sekiranya saya mampu membuat tulisan tersebut. Karena jujur saya tak bisa menulis jika hal itu bukanlah suatu pengalaman ataupun tak pernah saya merasakan sebelumnya. Jujur saya tak pandai jika harus di tantang untuk menulis sebuah cerpen atau novel. Memang pernah sih mencoba membuatnya itupun tak jauh dari apa yang pernah saya alami.

Biasanya juga tulisan yang saya kirimkan hanya berespon terima kasih dan berakhir dengan kata “maaf”. Yang saya bingung juga saya pernah mengirimkan naskah ke penerbit tetapi sampai sekarang naskah itu pun tak ada kabar, jika sudah begitu biasanya kemungkinan naskah saya itu ditolak. Makanya saat menerima kabar tersebut saya bingung dan tak percaya. Apa ada yang salah yah? Entahlah.






mushola



DIMANA MUSHOLA?

Kemarin tepatnya tanggal 28 januari 2016 kamis sore saya bersama bapak berangkat menuju rumah seorang dosen untuk konsultasi skripsi. Sampai sana pas banget sudah adzan maghrib. Karena itu, kami bermaksud untuk shalat terlebih dahulu sebelum bertamu ke rumah orang. Namun sangat mengherankan disekitar komplek perumahan yang menurut saya mewah dan elit karena rata-rata pemilik rumah memiliki mobil, tak terlihat satu pun mushola atau masjid didekatnya. Saat ada seorang satpam komplek yang sedang lewat kami pun bertanya kepadanya adakah mushola disekitar tempat itu. Jawaban yang kami dapat sangat mengejutkan bahwa di komplek yang tergolong elit dan mewah tersebut tak ada satu pun mushola atau masjid. Akhirnya kami pun pergi meninggalkan komplek tersebut untuk mencari mushola dan kembali lagi setelah shalat maghrib. Dalam perjalanan menuju pencarian mushola, saya berpikir karena kebingungan dan aneh. Mengapa? Karena di perumahan mewah dan elit tak ada satupun mushola atau masjid. Sedangkan ruko dan pusat perbelanjaan dimana-mana. Saya heran saat shalat jumat, shalat berjama’ah, shalat tarawih pada bulan ramadhan, shalat id pada hari raya pergi ke masjid mana mereka? Sehingga saya berpikir apakah penghuni di komplek tersebut rata-rata non muslim? Tetapi rumah dosen yang akan saya datangi adalah seorang muslim. Ah entahlah.

Dari hal tersebut saya berpikir tentang rumah, yaitu saat kita membeli rumah atau tanah untuk mendirikan suatu bangunan mungkin rasanya penting untuk dilihat lagi letak mushola atau masjid di sekitar tempat tersebut ada atau tidak? Selain memikirkan letak sekolah, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan yang dekat dari rumah. Penting juga rasanya memikirkan dimana adanya mushola atau masjid terdekat dari rumah.