apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Rabu, 24 Februari 2016

gak mau



TAK MAU PINDAH

Aku sudah berada di ruang perinatologi sejak november 2012. Sempat sebelumnya di pindah-pindah ke berbagai ruangan karena waktu itu masih masa orientasi sekitar pertengahan 2012. Saat SK (surat keputusan) penempatan itu turun dan aku ditempatkan di ruang perinatologi yaitu ruang untuk bayi yang baru lahir tetapi mengalami masalah, aku kaget dan bingung. Kaget karena saat orientasi tak pernah di ruangan itu. Bingung karena mau apa aku disana? Mengingat saat itu keterampilan aku untuk merawat bayi tak ada dan saat kuliah pun praktek tentang hal itu sangat minim. Ya sudah akhirnya aku ikuti saja.

Akhirnya aku di ruang perina tersebut. Awal aku hanya melihat-lihat saja sesekali membantu teman-teman disana. Seminggu berada disana ada teman yang bertanya “gimana ri di peri? Udah bisa apa aja?” aku jawab saja “ga gimana-gimana koq teh, bisa noh ngelap-ngelap inkubator hehehe” dibalasnya “yaudah ntar juga bisa”. Berakhirlah percakapan itu. Memang seminggu disana aku tak berani banyak melakukan tindakan, saat itu aku hanya baru berani melakukan tindakan pengambilan darah dan memberi minum bayi itu pun belum begitu bisa karena masih kadang gagal. Hingga seminggu disana seorang teman menyuruhku untuk menginfus bayi yang berat badannya sangat rendah yaitu hanya satu kilogram saja. Aku sanggupi saja tetapi dengan pendampingan tentunya, karena aku sendiri pun tak yakin akan tindakan tersebut, tetapi kalau gak gitu kapan aku akan bisa infus bayi? Karena bisa menginfus bayi, belum tentu bisa menginfus anak begitu pun dewasa. Mungkin jika saat ini aku di suruh untuk menginfus orang dewasa, maka akan kaku tindakan yang aku lakukan tersebut, karena sudah cukup lama aku tak pernah menginfus orang dewasa.

Namun setelah beberapa tahun di ruang perina itu, rasanya aku tak mau pindah ke ruangan lain. Ya memang mungkin hanya akan tahu soal bayi saja. Tetapi aku punya alasan tertentu yang membuat aku tak mau pindah. Karena di ruang itu rata-rata pasien adalah bayi yang baru lahir, yang masih bersih dan suci. Selain itu tak pernah ada perawat laki-laki di ruang bayi, yang ada hanya perawat perempuan semua bahkan bisa saja di ruangan itu semuanya perempuan. Sekalipun ada laki-laki itu hanya cleaning service yang tidak setiap saat ada di ruang tersebut. Hal tersebut lebih membuatku nyaman karena tak bertemu dengan lawan jenis yang bukan muhrim, sehingga kemungkinan timbul fitnah pun kecil mengingat juga fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan. Pengunjung pasien pun rata-rata adalah orang tua bayi dan itu pun tak bisa setiap saat hanya pada jam-jam tertentu yaitu saat jam berkunjung, saat menyusui bagi ibunya, dan saat praktek metode kanguru serta saat keadaan gawat. Berada di lingkungan yang rata-rata adalah wanita membuat aku lebih nyaman dan aman dalam melakukan tindakan. Walaupun beban pekerjaan tetaplah ada. Tetapi bukankah semua pekerjaan mempunyai resiko? Begitu pun pekerjaan yang aku lakukan ini.

Setiap ada minat penempatan ruangan, aku pun selalu menuliskan ruangan perina itu. Karena memang tak mau pindah ke ruang lain. Sekalipun harus pindah kalau bisa ruangan tersebut mayoritas perempuan. Karena pekerjaan aku bershift dan ada shift malam, maka jika saat shift malam ada laki-laki rasanya risih karena tak ada ruangan khusus untuk laki-laki dan perempuan di ruang tersebut. Yang ada hanyalah RUANG PERAWAT baik laki-laki maupun perempuan. Aku bersyukur Allah SWT memberikan penempatan kerja di ruang tersebut walaupun awalnya kaget dan bingung karena tak bisa apa-apa. Walaupun sekarang masih banyak kekurangan dalam pekerjaan yang aku lakoni itu. Seandainya ada ruangan perawatan khusus laki-laki dengan perawat dan dokter serta staff lainnya adalah laki-laki semua dan begitupun sebaliknya dengan perempuan maka mungkin itu akan lebih nyaman dan aman.

klb



GARA-GARA KLB

Belum lama terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di suatu ruangan perawatan di sebuah rumah sakit pemerintah. Entah apa penyebab dari KLB tersebut belum diketahui pasti. Yang jelas dengan adanya KLB itu banyak hal yang berubah. Mulai dari orang yang akan datang ke ruangan itu, alat-alat medis dan alat lainnya yang biasanya tak mudah didapat atau diminta. Namun dengan adanya KLB banyak alat baru yang diberikan. Walaupun tak semuanya baru karena ada juga yang diberikan tetapi bekas dipakai ruangan lain. Karena sesuatu hal maka diberikanlah barang itu.

Mungkin itulah hikmah terjadinya KLB. Walaupun bukanlah sesuatu yang membanggakan dengan adanya KLB tersebut. Karena penyebab KLB tersebut adalah banyaknya kasus GE di sebuah ruangan perawatan. Tetapi dengan adanya hal tersebut banyak orang-orang yang lebih memperhatikan. Biasanya mereka hanya sekedar tahu saja tanpa memberi solusi apapun. Namun karena dampak dengan adanya KLB tersebut sudah ada beberapa pasien yang nyawanya tidak tertolong. Selain alat yang biasanya sulit didapat menjadi mudah, perubahan lainnya juga adalah petugas ruangan harus lebih ekstra memperhatikan dan memonitor pasien-pasien tersebut.

Semoga KLB tersebut cepat berlalu dan pengadaan barang tak sulit untuk diminta serta diperoleh, dibuat kebijakan baru yang tidak merugikan pihak manapun.