apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Selasa, 29 Desember 2015

tanding dan latihan


LATIHAN VS TANDING
240315
Latihan vs tanding??? Pernah ada dan mungkin sering ada yang bilang “buat apa latihan kalo gak pernah tanding???”. Jujur saya adalah orang tersebut. Orang yang mungkin masih dibilang masih latihan karate namun saya tak pernah mengikuti satu pun event pertandingan. Kalo ada yang tanya kenapa? Jawaban saya selalu adalah waktu. Entah itu hanya alasan saja atau apa? yah memang waktu yang tak pernah pas yang selalu menjadi alasan saya jika ada yang bertanya “koq ga ikut tanding kak?”. Yah alasan saya selalu saja “waktu” yang tak pernah pas. Karena event pertandingan biasanya selalu bentrok dengan jadwal kerja saya. Yah waktu saya belum kerja event pertandingan bentrok dengan kuliah saya. Waktu saya belum kuliah saat itu saya masih sabuk muda masih sekolah belum waktunya untuk turun pertandingan mungkin. Entah apa penyebabnya? Memang tak jarang saya di tawari soal pertandingan.
Tetapi jika saya bertanya kepada diri saya dan jika ditelaah lebih dalam lagi “kenapa saya tak pernah ikut tanding?” yah jawaban yang mungkin sangat pribadi untuk saya adalah back to basic kembali ke tujuan awal kenapa saya mengikuti latihan karate. Jujur saat awal saya mengikuti latihan karate memang tak pernah ada pikiran untuk mengikuti event pertandingan dan menjadi atlet. Tidak dan bukan itu. Tujuan utama saya dalam karate adalah kegiatan. Yah kegiatan. Mungkin ini sudah ada ditulisan saya sebelumnya yang berjudul “awal mula ikut kegiatan karate”. Karena saat itu saya bosan dengan kegiatan yang itu itu saja yaitu rumah dan sekolah maka saya pun mencari kegiatan lain dan bertemu lah saya dengan “karate”. Maka dari itu jika ada yang tanya kenapa saya mengikuti latihan karate yah jawaban saya adalah “kegiatan” selain dari pada olahraga. Yah alasan kedua mungkin adalah “olahraga”. Lalu kenapa mesti olahraga beladiri “karate”? karena hanya itu yang saat itu ada dan saya bisa. Jujur saya tak suka dengan olahraga yang memakai bola apapun jenis olahraga itu baik futsal, sepakbola, basket dan apapun yang olahraganya memakai bola saya tak suka. Beda yah bola dengan cock. Karena olahraga yang menggunakan cock itu saya masih suka dan masih mengejarnya hahaha. Kenapa ga suka olahraga bola? Yah karena saya berpikir satu bola koq direbutin rame-rame hehehe yah selain itu memang ada alasan lain yang menyebabkan saya tak menyukai itu dan lebih kepada pengalaman saya soal bola. Yah intinya saya tak suka olahraga yang identik dengan bola terutama satu bola untuk rame-rame huft. Kalo satu bola satu orang mungkin masih wajar kali yah.
Yah selain alasan “kegiatan” dan “olahraga” yang merupakan tujuan saya mengikuti latihan karate dan juga alasan saya mengapa tak pernah mengikuti pertandingan?. Namun ada hal lain yang membuat saya lebih tak mau mengikuti pertandingan karate. Entah lah ini picik atau bagaimana? Saya tak mau jika saya mengikuti pertandingan lalu kalah atau pun menang dan saya tak latihan karate lagi karena kekalahan yang membuat saya mungkin akan down dan malu sehingga tak mau latihan lagi ataupun kemenangan yang membuat saya menjadi besar kepala dan akhirnya malas latihan bahkan lebih dari itu yaitu meninggalkan karate. Jujur saya tak mau itu. Maka dari itu mungkin saya tak mau mengikuti event pertandingan karate. Yah terserah jika ada yang berpikir “takut” atau “mental lemah” atau apa lah itu silakan saja. Tapi saya tak mau seperti pengalaman yang sudah-sudah yang saya amati yaitu “hilang setelah tanding” begitu kata pelatih saya istilahnya seperti ikan lele. Kalo pas mau ada ujian tingkat sabuk dan mendekati event pertandingan baru deh pada banyak yang latihan hahaha.
Yah menurut saya semua kembali kepada back to basic. Apa tujuan mu mengikuti kegiatan karate? Buat saya jika seseorang mengikuti kegiatan karate dengan tujuan menjadi atlet atau prestasi atau ingin mendapat beasiswa atau semacam itu, yah wajar saja sih jika semua itu telah tercapai dalam beberapa waktu maka lama-lama orang itu akan meninggalkan karate. Karena memang keinginan atau tujuannya telah tercapai lalu mau apa lagi. Istilahnya kacang lupa kulit kali yah hehehe. Yah walaupun alasan mereka tidak latihan karate lagi yang akhirnya mereka tinggalkan memang beragama. Ada yang alasan kuliah, kerja, rumah tangga dan lainnya. Yah memang saya akui dan saya alami serta rasakan, saat sudah kuliah dan kerja memang susah cari waktu untuk latihan. Mengingat karate yang saya ikuti memang merupakan kegiatan ekskul dari sekolah saat saya SMA. Tetapi yah itu dia lagi back to basic. Masa sih dari waktu 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, serta 30 hari dalam sebulan tak ada satu hari pun yang membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam untuk datang latihan karate. Yah mengingat latihan karate kurang lebih 2 jam setiap latihan. Terserah pagi atau sore yah rata-rata porsinya segitu.
Jujur saya mengikuti kegiatan karate dari kelas 2 SMA hingga sekarang kurang lebih sudah hampir 9 tahun kali yah dan entah sampai kapan. Walaupun sekarang-sekarang ini saya masih latihan namun dengan intensitas yang jarang tapi setidak-tidaknya disempatkan dalam satu bulan itu saya harus ada waktu untuk karate. Terserah latihan dimanapun entah itu sekolah atau pusat latihannya. Yang penting saya harus ada waktu olahraga salah satunya karate. Karena bukan hanya karate saat ini yang saya kejar sebagai olahragaa rutin saya yang minimal sekali saya lakukan sebulan sekali. Yah itu lah jika tujuan dari kegiatan karate adalah olahraga akan berbeda dengan tujuan kegiatan karate untuk menjadi atlet atau apapun itu. Terserah mau berpikir pernyataan saya seperti apa. tapi itulah saya. Karena buat saya jika tujuan saya mengikuti kegiatan karate adalah olahraga maka rasanya tak ada sebab atau pun alasan untuk tidak latihan bahkan sampai meninggalkan kegiatan tersebut.
Yah walaupun saya sendiri tak tahu sampai kapan mengikuti kegiatan karate. Kenapa begitu? Yah sempat beberapa waktu lalu dan sudah sangat lama rasanya bapak menanyakan itu kepada saya saat saya sudah lulus sekolah dan masih saja latihan karate bahkan saat saya sudah kerja sekalipun yang saya ingat adalah “mau sampai kapan latihan karate?” yah saya tak pernah menjawab itu. Karena saya ingin tak ada batasan waktu saya untuk karate. Dengan kata lain saya tetap ingin latihan karate mungkin sampai saya mati jika memungkinkan dan jika Allah mengijinkan. Jujur saya tak ada pikiran untuk tidak mengikuti atau berhenti dari kegiatan karate saat ini. Saat ini? Yah karena memang sebelum-sebelum godaan selalu datang yang intinya “duh males latihan capek dan bla bla bla”. Tapi saat pikiran itu datang saya berpikir lagi kalo mau berhenti mah dari dulu-dulu saat masih sabuk putih.
Mengingat sekarang saya sabuk coklat yang mungkin suatu saat bisa mengikuti ujian kenaikan sabuk hitam tapi saya tak mau sabuk hitam. Bukan apa-apa saya takut jika saya menyandang karateka sabuk hitam dan saya tak intens latihan serta tak punya murid untuk dilatih lalu untuk apa? dan saya pun tak tau kesananya seperti apa? akankah saya masih bisa latihan sesuai harapan saya diatas tadi atau bagaimana? Bagaimana jika saya menikah dan ternyata pasangan saya tak mengijinkan saya untuk karate lagi? Itulah yang saya takutkan dan saya pikirkan sehingga bisa dibilang stak dulu deh di sabuk coklat. Karena sebelumnya ada senior saya yang sudah menikah dan seperti itu rasanya pasti wajib mengurus rumah tangga yaitu suami dan anak sehingga selain tak diijinkan mungkin juga tak ada waktu tapi itu mungkin dan entahlah itu kan hanya prediksi saya saja. Karena sesungguhnya pun karateka sabuk coklat diharuskan mempunyai murid untuk dilatih dan menjadi salah satu syarat jika ingin mengikuti ujian sabuk hitam kalau tak salah seperti itu.
Yah kalau mau berhenti dari kegiatan karate sebaiknya memang dari dulu saat saya masih sabuk putih. Kalau sekarang-sekarang yah sayang kemana dan bagaimana pengorbanan saya selama ini terutama saat mengikuti ujian kenaikan sabuk yang pasti panas-panasan kaki sampai melepuh karena harus lari di bawah terik matahari jam 12 siang serta capek mungkin. Yah “capek” dan “bosan” adalah dua kata yang selalu pelatih saya sebutkan saat latihan. Kalau gak mau capek yah gak usah latihan karate. Begitu katanya. Dan memang itu lah nyatanya. Entah memang sudah terlalu cinta dengan kegiatan karate atau bagaimana? Setiap ada godaan seperti itu tetap saja tak bisa membuat saya untuk tidak latihan karate. Bahkan jika saya lama tak latihan yang ada rasa kangen terhadap karate melanda yang membuat saya akhirnya latihan lagi.
Sempat ingat ada teman saya yang saat SMA sama-sama mengikuti kegiatan karate namun dia sudah tak latihan lagi yah seperti yang saya bilang meninggalkan karate. Dia bertanya kepada saya “masih latihan karate?” yah saya jawab saja seadanya “masih tapi jarang”. Dia bilang “kan gue yang ngajak lo, kenapa jadi lo yang nerus yah? hahaha”. Yah begitulah kiranya yang terjadi adanya hehehe.
Yah itu lah saya. Intinya saya mengikuti karate untuk olahraga bukan untuk menjadi atlet maka dari itu saya tak pernah sekalipun mengikuti event pertandingan hehehe. Terserah menurut anda ada yang salah atau tidak dalam hal ini. Tapi itu adalah tujuan dan prinsip saya hehehe. Trima kasih.....

Senin, 21 Desember 2015

UJIAN???


UJIAN ATAU TIDAK?

Kamis siang 5 november 2015 saya mendapat kabar tentang ujian kenaikan sabuk hitam yaitu ujian DAN (sebutan untuk karateka penyandang sabuk hitam). Mengingat penawaran ujian tersebut diperuntukan untuk karateka penyandang sabuk cokelat tua. Mengingat saya adalah salah satunya dan entah sudah berapa tahun saya berada pada tingkatan sabuk itu. Ada info seperti itu menjadi pengingat tersendiri untuk saya. Namun ketika mengetahui mengenai waktu pelaksanaan ujian DAN tersebut, ternyata adalah sabtu dan minggu tanggal 19 & 20 desember 2015 mendatang dan kebetulan pada hari tersebut sudah dijadwalkan akan diadakan uas di kampus tempat saya kuliah saat ini. Sejujurnya saya tak begitu tertarik akan ujian DAN tersebut. Mengapa? Karena ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan saya sehingga saya enggan untuk mengikutinya.

Pertama, jujur sejak awal saya mengikuti kegiatan karate yaitu sejak SMA kelas 2, saya tak berambisi untuk menjadi seorang karateka penyandang sabuk hitam karena saat itu tujuan saya mengikuti karate adalah untuk suatu kegiatan yang bermanfaat yaitu olahraga, rasanya menjadi karateka penyandang sabuk cokelat saja sudah cukup bagi saya untuk saat ini.

Kedua adalah tanggung jawab. Tanggung jawab sebagai seorang karateka maupun sebagai penyandang sabuk hitam nantinya seandainya saya mengikuti ujian DAN tersebut walaupun belum pasti lulus. Karena setahu saya karateka penyandang sabuk cokelat apalagi hitam sudah selayaknya dan seharusnya mempunyai murid untuk dilatih dan membuka tempat latihan sendiri baik itu sebagai ekskul di suatu sekolah ataupun di tempat lain dalam arti lain bertanggung jawab mengembangkan ilmu bela diri karate, “harus bisa menjadi pelatih jangan hanya dilatih dan sebaliknya jangan hanya mau melatih tapi tak mau dilatih, keduanya harus seimbang” itulah kata-kata yang pernah diucapkan oleh pelatih saya. Namun hal itu tidak atau belum dapat saya lakukan. Mengingat pekerjaan saya yang memakai sistem tiga shift dan khawatir waktu latihan bentrok dengan kegiatan lain sehingga dapat menjadikan saya tidak konsisten dengan waktu latihan seandainya saya membuka latihan karate di suatu tempat dan khawatir juga tak ada teman yang dapat menggantikan saat saya berhalangan, intinya adalah saya belum dapat melakukan hal itu dan khawatir dengan tanggung jawab tersebut.

Selain itu, sebagai karateka penyandang sabuk cokelat tua, saya merasa banyak sekali kekurangan. Terutama kurang waktu latihan. Jujur semenjak saya bekerja apalagi ditambah dengan kuliah, waktu saya untuk latihan amat sangat jarang. Sangat bisa dihitung berapa kali saya latihan. Sebulan sekali mungkin ada. Karena memang saya menjadwalkan untuk latihan karate seminimalnya dalam sebulan itu saya ada waktu untuk latihan. Syukur-syukur bisa lebih. Namun kalau tak bisa ya apa mau dikata. Jangan memaksakan diri juga. Karena memang selayaknya dan seharusnya latihan karate itu baiknya seminggu minimal dua kali atau lebih bahkan jika sudah menyandang tingkatan sabuk yang tinggi seperti cokelat salah satunya kalau bisa malah latihan seminggu enam kali begitu yang pernah pelatih saya katakan dan ia lakukan juga hal tersebut. Namun pada kenyataannya saya amat sangat jauh dari yang seharusnya dilakukan.

Satu hal juga yang saya khawatirkan yaitu mengenai pasangan hidup. Jujur saya khawatir seandainya mendapatkan pasangan hidup yang tidak mendukung saya dalam kegiatan karate. Saya memang ingin sekali tetap bisa latihan sampai batas waktu yang tak ditentukan karena sayang rasanya jika saya meninggalkan karate begitu saja, kalau pun mau berhenti dari kegiatan karate mengapa tidak sejak dahulu saat masih SMA dan saat masih baru. Saya berharap minimal pasangan saya kelak masih memberi ijin kepada saya untuk tetap bisa latihan sebagai olahraga walaupun dengan syarat atau konsekuensi yang diberikan. Syukur-syukur seandainya dia juga seorang karateka yang mungkin juga akan mendukung bahkan membantu maka kemungkinan hal diatas pun akan berubah. Namun itu bukanlah salah satu kriteria. Apa yang Allah SWT berikan untuk saya nanti pasti yang terbaik untuk saya termasuk soal pasangan.

Pertimbangan ketiga adalah waktu dan biaya. Waktu sudah jelas bentrok dengan jadwal uas tadi. Biaya yang lumayan karena seharga gaji saya sebulan. Biaya yang tercantum di info tentang ujian belum termasuk biaya akomodasi lainnya, jadi hanya biaya ujian saja. Memang sih tempat ujian kali ini tak seperti tahun sebelumnya yang biasanya diadakan di tempat yang jauh, tapi ujian kali ini diadakan di OSO SPORT CENTER BEKASI dimana tempat itu adalah PUSAT KKI (Kushin Ryu M Karate-Do Indonesia) salah satu perguruan karate yang berada dibawah naungan FORKI (Federasi Olah Raga Karate Indonesia) dan setiap karateka khususnya dari KKI pasti ingin kesana. Mengingat tahun sebelumnya ujian diadakan di daerah lampung (jika saya tak salah ingat) dan harus menyebrang pulau bagi yang berasal dari daerah pulau jawa dan pulau lainnya karena biasanya saat ujian DAN dari berbagai daerah akan datang dan berkumpullah di suatu tempat yang bisa juga dijadikan sebagai ajang silaturahmi antar karateka dari berbagai daerah. Inilah salah satu hal positif yang membuat saya enggan meninggalkan karate walaupun tak berambisi untuk hal lain dibidang ini.

Itulah beberapa pertimbangan saya soal ikut ujian atau tidak? Dan pada akhirnya saya memilih untuk tidak mengikutinya karena waktu yang bentrok dengan UAS. Walaupun mungkin teman-teman saya yang lain ada beberapa yang akan mengikuti ujian DAN tersebut. Ya silakan saja, itu kan hak setiap karateka.

Senin, 14 Desember 2015

menulis

TAK HANYA MENULIS

Jika dikatakan menulis itu mudah, tak salah juga pernyataan seperti itu. Tetapi jika dikatakan menulis itu tidak mudah, tak salah juga jika ada yang mengatakan seperti itu. Mudah dan tidaknya tergantung yang menjalaninya.

Untuk saya pribadi, jika hanya sekedar menulis masih dapat dikatakan mudah. Tetapi yang sulit dan mempunyai tantangan tersendiri adalah mengaplikasikan sebuah tulisan dengan kehidupan pribadi sang penulis. Apalagi jika tulisan yang sering dibuat adalah tentang hal-hal kebaikan atau anjuran-anjuran maka mau tak mau suka tak suka ia pun harus mengaplikasikan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-harinya. Seperti misalnya sebuah judul tulisan “jangan malas” maka sang penulis pun harus mengaplikasikan judul tulisan itu dalam hidupnya yaitu sang penulis tak boleh malas dalam hal apapun. Itulah yang menurut saya agak sulit namun mempunyai tantangan tersendiri.

Jangan sampai hanya menulis saja, tetapi apa yang dituliskan itu adalah kosong. Maksudnya adalah tidak mengamalkan apa yang telah ditulisnya itu.

Sebuah tulisan tentang apapun akan menjadi pengingat tersendiri bagi pembaca atau pun penulisnya. Seperti judul tulisan “jangan malas” tadi dapat menjadi alarm tersendiri ketika seseorang sedang mengalami kemalasan. Bagi penulis saat ia malas mungkin ia akan ingat dengan tulisan yang pernah ia tulis dan ia harus mengamalkan tulisan itu jadilah ia yang tadinya sedang malas berubah menjadi mau mengerjakan sesuatu. Agar juga sang penulis tak hanya bisa menulis saja atau dengan kata lain jangan hanya bisa ngomong doank tetapi kenyataannya tak ada. Bagi pembaca bisa juga hal tersebut menjadi pengingat dalam hidupnya karena isi tulisan-tulisan tersebut yang pernah dibacanya membuat ia ingat tatkala ia sedang malas mengerjakan sesuatu hal akhirnya ia pun membuang rasa malas itu. Nah kalau sudah begini berarti sebuah tulisan tak hanya bermanfaat bagi penulis itu sendiri saja, tetapi juga bermanfaat bagi pembaca dan bahkan dapat menebar manfaat dan kebaikan melalui sebuah tulisan yang bermanfaat.

Maka salah satu cara menebar kebaikan dan manfaat adalah dengan cara menulis yaitu menulis tentang kebaikan atau menulis tentang suatu hal yang bermanfaat. Karena seperti kita ketahui “sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain” bukankah begitu?

Minggu, 06 Desember 2015

ngampusssss


KE KAMPUS

Jum'at 04 desember 2015, saat ke kampus politeknik untuk menemani teman untuk legalisir ijazah dan transkrip untuk suatu keperluan. Saat ke sana ada hal yang membuat lucu dan mengingat masa lalu. Saat seorang ibu bagian administrasi untuk legalisir menanyakan suatu hal yaitu “kamu dulu bukannya mantan si A?”. Dalam hati “aduh kenapa malah itu yang diingat oleh si ibu”. Ya karena memang itu adalah sebuah kenyataan dan sebuah kesalahan tersendiri untuk saya maka saya jawab saja “iya itu dulu” dan teman saya menambahkan “sekarang mah mantannya udah nikah dan udah punya anak malah”. Aduh itu temen memperjelas lagi dan teman saya malah ketawa-tawa saat sang ibu itu menanyakan hal tersebut. “kenapa itu yang diingat sama si ibu, kan yang lain lagi banyak. Satpam saja kenal sama gue karena gue sering keluar sendirian untuk latihan karate” curhatku kepada teman saat itu dan teman hanya asyik saja ketawa-tawa. Huft............

Dulu saat lulus dan ke kampus yang sering ditanya adalah “sudah bekerja atau belum?”. Jika jawabannya adalah “sudah”. Maka biasanya ia akan bertanya lagi “kerja dimana”. Terus deh itu pertanyaan. Sesungguhnya saya bosan dengan pertanyaan itu.

Setelah beberapa tahun tak ke kampus dan tiba-tiba ke kampus lagi untuk suatu keperluan karena mungkin seorang alumnus suatu perguruan tinggi tak mungkin ke kampus lagi tanpa adanya suatu keperluan tertentu. Kembali lagi pertanyaan yang sama selalu di lontarkan yang menurut saya pertanyaan itu sudah biasa dan monoton. Pertanyaan itu adalah “kerja dimana sekarang?” dan jika pertanyaan itu telah di jawab maka pertanyaan selanjutnya adalah “sudah nikah atau belum?” hahaha lagi-lagi pertanyaan itu yang menurut saya monoton. Ya karena ditanya maka saya jawabnya dengan sesungguhnya.

Setelah saya pikir-pikir mengapa orang-orang kampus juga menanyakan hal yang menurut saya monoton. Walaupun bukan dosen langsung yang menanyakan hal tersebut. Namun apakah memang tak ada pertanyaan yang lain. Semisalnya pertanyaan seperti itu “kerja dimana?” tak apalah itu pertanyaan sebagai pembuka, kemudian mungkin bisa dilanjut dengan pertanyaan “sebagai apa? Pelaksana atau pegawai? Masih saja jadi pegawai? Mau sampai kapan jadi pegawai?” atau mungkin bisa juga dengan pertanyaan yang berhubungan dengan akademis, misalnya “sekarang kuliah lagi gak?”. Jujur sesungguhnya saya menginginkan suatu pertanyaan yang tidak biasa saja dan juga tidak terkesan monoton. Pertanyaan tentang pernikahan dan bekerja itu merupakan suatu pertanyaan yang monoton kecuali jika setelah itu ada pertanyaan lagi yang tidak monoton dan pertanyaan itu sesuatu semisalnya seperti tadi pertanyaan tentang pendidikan lanjutan atau pun tentang karir lanjutan.

Selasa, 01 Desember 2015

galau


GALAU KAH SAYA?
230315

Entah lah ada apa lagi dengan saya? Jujur sebenarnya saat ini saya tak mau memikirkan hal itu karena saya ingin mengejar yang mungkin harus saya kejar mengenai potensi apa yang ada dalam diri saya. Tapi karena yang telah berbicara adalah ibu yah jadi nya gimana gitu????? Mungkin akan berbeda jika yang berbicara bukan lah ibu.

Berawal dari keinginan saya untuk mengikuti kursus menulis online angkatan ke 5 yang hanya akan diambil 15 orang. Yah awalnya saya daftar saja dan ternyata di respon serta harus menginvestasikan sejumlah uang jika memang benar-benar fix ikut kursus karena jika tidak maka akan digantikan oleh orang lain. Karena harus transfer sejumlah uang dan kebetulan kondisi keuangan saya saat ini sedang tidak stabil maka saya pun memikirkan beberapa pertimbangan yang terutama dipikirkan adalah ijin orangtua terutama ibu. Karena saya rasa orangtua terutama ibu perlu tahu apa yang saya lakukan yah intinya saya ingin minta doa restu dari keduanya karena jujur ada rasa takut dalam diri saya yaitu takut gagal dan kecewa. Barangkali saja dengan saya berbicara kepada orangtua saya semua urusan dan hajat saya dilancarkan amiiin.

Entah hal apa yang membuat saya berkeinginan untuk mengikuti kursus menulis online itu? Yah memang sudah satu atau dua tahun ini saya suka menulis. Karena rasanya memang beda. Akan berbeda jika kita hanya berbicara karena dengan menulis kita juga akan ingat apa yang pernah kita tulis mungkin. Yah karena saya berpikir apakah tulisan saya selama ini hanya sampai tahap blog saja kah? Karena tulisan yang telah saya tulis biasanya saya publikasikan sendiri dalam blog saya jika memang menurut saya itu layak di publikasi. Maka dari itu saat melihat media sosial facebook salah seorang penulis best seller yang sudah terkenal membuka kembali kursus menulis online hingga terbit maka saya pun mencoba mencari tahu tentang hal itu. Tanya sana dan tanya sini. Karena saya merasa saya memerlukan bimbingan atau pun saran dalam menulis. Namun saya juga tak mau asal makanya saya sendiri cari info dan kebetulan saya mendapat beberapa info dari peserta kursus menulis online angkatan sebelumnya. Bukan hanya itu saat saya iseng menulis dan telah selesai saya pernah memberi tulisan saya kepada teman kuliah via email entah judul tulisan apa yang saya kirim saya lupa dan setelah dia membacanya responnya adalah “bagus, kenapa tidak jadi penulis saja?”. Yah kata-katanya itulah salah satu yang menjadi pendorong saya untuk mengikuti kursus menulis online itu. Yah jujur saya sebenarnya saya juga kurang pede dengan tulisan saya sendiri. Maka dari itu saya berkeinginan mengikuti kursus menulis online karena saya merasa kurang pede, takut, butuh bimbingan dan mungkin saran agar tulisan saya bagus dan mungkin juga patut dibaca hehehe.

Disaat saya membicarakan keinginan saya untuk kursus menulis online, respon kedua orangtua saya adalah “terserah”. Terserah yang mungkin merupakan satu kata beribu makna. Yah makin galau deh hahaha. Jawaban yang mungkin hampir sama dari keduanya adalah “satu-satu dulu lah kuliah s1 dulu ajah beresin habis itu terserah, kalo ngambil banyak takutnya keteteran belum nanti tugas kuliah belum ini belum itu, tapi ya terserah kalo mau tetap ikut. Ini mah hanya saran dan pandangan saja”. Namun ujung dari semua respon orangtua adalah “terserah”. Yah saya juga menjelaskan tentang kursus menulis online itu gimana dari info yang saya dapatkan dari peserta sebelumnya serta dari info yang telah tertera di web. Yah karena jawaban orangtua adalah “terserah” maka akhirnya saya pun berani mengambil kursus menulis online ini tentunya dengan tanya sana dan sini terlebih dahulu. Yah jujur saya bukanlah orang yang percaya hanya padaa satu sumber karena rasanya gak akan objektif atau kurang lah jika hanya mendapatkan info pada satu sumber hehehe. Saya pun bercerita tentang niat saya kursus menulis online ini kepada teman saya yang pernah saya kirimi tulisan saya itu dan juga konsul kepada paman saya. Namun tak ada respon dari paman, ya sudahlah. Dan sebelum saya menceritakan niat saya ikut kursus menulis online kepada orangtua, saya telah bercerita kepada teman saya dan sarannya adalah bicarakan dengan orangtua saya. Setelah saya bicarakan dengan ibu dan bapak serta respon keduanya adalah “terserah” maka saya pun kembali menceritakan hal itu kepada teman saya dan responnya adalah “yah itu karena orang tua tau sifat anaknya seperti apa”. Jujur saja saya bukan lah tipe orang yang suka di larang namun jika memang pelarangan itu kuat maka biasanya saya pun mengalah. Dan seandainya saat saya bicarakan itu kepada orangtua respon mereka adalah “tidak” mungkin saya pun tidak akan mengikuti kursus itu. Yah pada akhirnya semua keputusan kembali kepada saya dan akhirnya saya mengikuti hati kecil saya untuk tetap mengikuti kursus menulis online itu. Beres deh galau yang satu? Loh memang ada galau yang lain? Yaaaah gitu deh.

Oh iya saya membicarakan tentang kursus menulis online itu secara terpisah, saya bicara kepada ibu dulu baru kepada bapak, karena setelah bicara dengan ibu saya disuruh tanya lagi dengan bapak. Ya sudah saya lakukan saja. Saat bicara hal itu kepada ibu, tiba-tiba saja ibu menanyakan saya soal pasangan. Ini lah yang membuat saya galau. Galau? Yah galau karena yang bicara adalah ibu. Dan ibu pun mengatakan berani bertanya kaya gitu jika tak ada bapak dan adik-adik saya. Yah inti pembicaraan ibu mungkin sudah ada dalam tulisan saya sebelumnya yaitu “ibu sih ga mau buru-buru tapi kalo bisa sebelum 25”. Hadeuh jadi pusing dan kepikiran saya soal itu. Ga buru-buru tapi kalo bisa gak lebih dari 25 hufft. Jujur saat ini saya sudah pasrah dengan hal itu makanya saya ingin mengikuti kursus menulis online karena memang tak mau memikirkan hal itu biarlah saja mengalir apa adanya. Karena rasanya percuma kalo hanya dipikirkan jika tidak diperbuat mungkin. Yah entah secara langsung atau tidak itu rasanya seperti patokan atau target untuk saya dari ibu. Jujur saya tak ingin ada patokan atau target untuk hal itu. Yah kalo Allah menghendaki saya menikah sebelum 25 tahun yah alhamdulilah tapi kalo Allah berkehendak lain saya mau bilang apa? toh semua yang Allah berikan kepada hambanya pasti yang terbaik. Yah sebulan lagi usia saya 23 tahun kalo mengikuti keinginan ibu berarti satu atau dua tahun lagi donk hadeuuuh tepok jidat dah.......

Ibu juga kepoin saya hehehe “ada yang deket?” yah saya jawab jujur saja “tidak ada” toh memang nyatanya begitu. Yang deket sih ga ada tapi kalo yang disuka ada sih tapi belum tentu orang itu suka dengan saya, lagi pula rasanya dia sudah ada calon. Ya sudah lah hahaha. “yah kalo ada yang deketin juga hati-hati jangan asal, orang juga akan mikir kalo akan deketin riri karena riri itu........................” begitu kata ibu (sengaja saya titik-titik karena yang ibu bilang itu adalah sifat saya, biarlah orang lain saja yang menilai). Yah begitulah kiranya pertanyaan dan pesen ibu huft.....

Yah karena sempat kepikiran dan pusing dengan hal itu karena serasa dikejar-kejar sesuatu maka saya pun menceritakan apa yang saya pikirkan kepada teman kerja saya yang tentunya sudah menikah. Karena jika bicara hal ini kepada teman yang belum menikah yah saya rasa sama saja donk hehehe. Yah jawaban teman saya adalah “wajar orangtua nanya kaya gitu apalagi ibu” ya sudah lah. Eh nanya lagi dengan pertanyaan yang sama dengan ibu “ada yang deket?” yah saya menggeleng karena memang seperti itu. Akhirnya saya cerita sempat beberapa waktu lalu saya dikenalin dengan teman SMA teman kerja saya (yang ini teman kerja saya belum nikah yah) yah walau memang sebelumnya dia minta ijin dulu mau atau tidak saya dikenalin dengan teman SMA nya temanan dan kenalan ajah koq ya sudah saya mau saja tapi sebelumnya saya bilang kepada teman kerja saya sebelum saya dikenalin dengan temannya dan sebelum pin bb nya diberikan kepada temannya itu “maaf-maaf kalo nanti dia komplen saya jutek karena memang kaya gitu saya kalo belum kenal bgtz apalagi ke cowok kadang suka sengaja”. Yah setelah saya ceritakan seperti itu kepada teman kerja saya yang telah menikah jawabannya adalah “jangan jutek-jutek sama cowo nanti mikir lagi kalo mau ngedeketin”. Saya jawab saya kaya gitu sengaja pengen tau sesabar apa si cowo dan semental apa dia kalo baru gitu ajah mundur yah gimana coba. Memang sih saat saya bbm sama cowo yang dikenalin teman saya itu, dia pernah bilang “kamu jutek dan judes yah” saya jawab ajah “iyah kalo emang belum kenal kaya gitu”. Yah saya bilang juga sama temen saya yang sudah menikah lagi pula dia juga minta saya ganti dp foto saya tapi dia sendiri dp nya juga ga jelas yah intinya sih ga ada yang ngalah eh tau-tau nya di delcon sama itu cowo ya sudah lah. Yah intinya saran dari teman kerja saya yang telah menikah itu adalah “jangan jutek-jutek sama cowo” huft tapi entahlah. Entah jutek juga kah saya dengan cowo yang saya suka atau saya begitu hanya dengan cowo yang tidak sreg di hati saya? Entahlah hehehe. Saya bingung, jalani sajalah......

Kamis, 19 November 2015

protection


PROTEKSI ITU PERLU

Apa yang ada diotak saat mendengar kata proteksi? Proteksi berarti perlindungan. Perlindungan dalam hal apapun. Mungkin yang sering didengar adalah proteksi pada bidang kesehatan yang biasa disebut dengan jaminan kesehatan atau lebih kerennya dikenal dengan istilah asuransi. Tetapi bukan hanya itu soal proteksi. Jika dilihat lebih luas lagi maka istilah ini sebenarnya tidak hanya terbatas pada kesehatan atau jaminan asuransi semata. Proteksi bisa juga untuk yang lain dan tidak hanya kesehatan, seperti pendidikan, jaminan hari tua yang walaupun semuanya itu memang ada pada suatu asuransi. Namun yang terpenting lagi adalah proteksi berupa ilmu. Mengapa? Dengan ilmu maka semua yang diinginkan Insya Allah bisa didapat dengan ijinNya yang pasti.

Apa maksud proteksi dengan ilmu? Dengan ilmu yang kita miliki maka kita dapat melindungi diri kita sendiri khususnya dan juga orang lain. Ilmu apapun bisa menjadi proteksi. Sebagai contoh, ilmu keperawatan yang notabenenya berkecimpung di dunia kesehatan. Seperti diketahui dibidang kesehatan banyak sekali macam-macam penyakit yang bermunculan yang pasti semua itu ada sebabnya dan jikalau penyakit itu diketahui sebabnya apa maka kemungkinan diri ini sebisa mungkin menghindari penyebab dari datangnya suatu penyakit itu. Nah itu yang dimaksud dengan proteksi dengan ilmu. Walaupun secara sekilas hal tersebut mungkin mirip dengan pencegahan. Namun karena istilah pencegahan itu lebih sering dikaitkan dengan suatu penyakit yaitu lebih baik mencegah daripada mengobati, maka dari itu dipakailah istilah proteksi yang menurut saya lebih umum.

Contoh lain soal proteksi selain asuransi dan ilmu keperawatan yaitu ilmu beladiri. Ingat ilmu beladiri jenis apapun jika ditanya mengapa mengikuti suatu kegiatan beladiri maka kemungkinan jawaban yang akan keluar dari mulut sang penjawab salah satunya adalah untuk menjaga diri disamping jawaban-jawaban lain yang mendukung. Nah hal ini sama artinya juga dengan proteksi yaitu melindungi diri dari serangan orang-orang jahat yang iseng yang mungkin saja ditemui sewaktu-waktu tanpa mengenal tempat. Minimal dapat melindungi diri sendiri baru kemudian akan lebih bermanfaat jika bisa juga untuk melindungi orang lain.

Contoh lain akan lebih banyak. Ilmu apapun dapat dijadikan suatu proteksi baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Karena ilmu yang dimiliki itu banyak sekali manfaatnya. Maka dari itu banyak istilah tentang suatu ilmu tersebut. Ilmu itu perlu bahkan sangat diperlukan. Karena jika tak ada ilmu apa yang bisa dilakukan? Semua tindakan yang dilakukan pasti butuh ilmu sekalipun tindakan tersebut mungkin dianggap sangat ringan.

Proteksi itu perlu dan sangat amat diperlukan. Baik dalam hal jaminan kesehatan, hari tua ataupun pendidikan dan juga proteksi berupa ilmu. Bayangkan jika proteksi itu tak ada? Misalkan saja proteksi kesehatan, saat sakit pasti bingung, bingung bukan karena tak mau untuk menjalani pengobatan tetapi bingung karena bayar pengobatan memakai apa sedang rupiah tak dimiliki. Oleh karena itu dalam hal ini proteksi itu amat sangat penting. Walaupun kadang hal ini tak disadari oleh semua orang yang sehat, saat diberi penyakit barulah ia sadar. Maka wajar saja jika banyak penawaran tentang jaminan kesehatan baik dari pihak swasta maupun pemerintah. Pikir positifnya saja mereka itu peduli dengan orang lain terutama dalam hal kesehatan agar saat kita sakit maka tak perlu pusing dan bingung menjalani pengobatan. Terkadang mereka lebih sayang mengeluarkan beberapa rupiah untuk membayar sebuah jaminan kesehatan dan berpikir “untuk apa membayar toh saya tidak sakit”. Yang sering terjadi mereka membayar saat pertama kali saja yaitu saat membutuhkan suatu jaminan tersebut karena saat itu ia diberi penyakit dan bingung dengan penagihan pembayaran kesehatan karena tak punya uang maka diberi solusilah oleh suatu pihak. Setelah sembuh maka ia lupa bahkan sengaja dilupakan dengan kewajiban membayar suatu jaminan, namun saat ia diberi sakit lagi barulah ia kaget bahwa jaminan kesehatan yang ia punya sudah tak berlaku karena ia sendiri pun tak melakukan kewajibannya yaitu membayar jaminan tersebut pada kurun waktu tertentu.

Proteksi itu perlu dan penting dalam hal apapun. Maka jangan sepelekan hal tersebut. Dianggap sepele bisa jadi akan menjadi masalah dikemudian hari.

Sabtu, 14 November 2015

sempurnah


SEMPURNA

Sempurna, satu kata yang sering didengar. Satu kata yang menunjukkan bahwa sesuatu hal lengkap, utuh, tak ada cacat sedikit pun. Satu kata pula yang mungkin diinginkan setiap orang dalam segala hal. Bolehkah manusia berharap sempurna atau menginginkan hal yang sempurna? Sedangkan seperti yang kita ketahui tak ada manusia yang sempurna dan setiap segala sesuatu hal baik manusia atau lainnya pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Lalu pantaskah kita sebagai manusia menginginkan kesempurnaan? Apalagi kita menginginkan kesempurnaan itu berasal dari diri orang lain tanpa mengukur diri sendiri, apakah kita sempurna sehingga menginginkan yang sempurna?

Contoh simpel yang menurut saya adalah dalam memilih pasangan. Awalnya saya pikir orang yang sudah berumur namun belum juga menikah itu hanya ada dalam dongeng atau pun televisi saja. Walaupun apa yang ada di televisi itu ada kalanya sebuah kenyataan. Namun bedanya terkadang apa yang ada di televisi belum tentu ada di lingkungan sekitar atau bahkan sangat dekat dengan kita. Itulah awal yang saya pikir terutama tentang jodoh. Jujur saya cukup kaget saat mengetahui bahwa ada beberapa teman saya yang mungkin jika dilihat dari usia seharusnya sudah berumah tangga dan bahkan ada yang bilang “seharusnya sudah punya anak dua tuh”. Walaupun jujur saya sendiri belum menikah. Namun yaitu saya cukup kaget juga dengan apa yang saya temui dan ketahui. Seseorang yang saya pikir sudah menikah atau sekalipun belum menikah usianya tak jauh dari usia saya. Namun ternyata tidak. Pantas saat mengenalnya ada sesuatu yang aneh yang saya rasa. Karena biasanya jika saya mengajak seseorang yang sudah berumah tangga dan punya anak, pastinya ada kesan terburu-buru ingin cepat selesai jika sedang bersama saya, saya pahami hal ini. Karena pastinya bersama dengan suami dan anak adalah lebih penting ketimbang bersama saya. Inilah yang terkadang membuat saya sedih saat ditinggal menikah oleh teman-teman sebaya saya yang berarti terkadang saya harus mencari teman yang masih sama-sama belum menikah. Karena pasti ruang lingkup dan tanggung jawabnya pun akan berbeda.

Jujur terkadang ada hal penasaran mengapa sampai usia itu belum juga berumah tangga? Apakah ada masalah? Walaupun seandainya ada pertanyaan itu terlontar kepada saya mungkin saya hanya akan bisa menjawab dengan jawaban “belum waktunya” atau “belum bertemu dengan jodohnya”. Namun itu bukan sebuah jawaban yang memuaskan untuk saya saat saya sedang penasaran dengan mengapa ia belum juga menikah? Ya saya tahu jika Allah SWT belum berkehendak maka apapun yang kita rencanakan maka tak akan berhasil. Namun rasa penasaran itu belum terobati juga. Akhirnya saya beranikan diri untuk bertanya langsung kepada narasumbernya hehehe. Dan jawaban yang saya dapat yaitu “belum ada yang sreg ajah” dengan santainya ia mengatakan seperti itu. Ada juga jawaban dari teman-temannya yang menurut pandangan mereka adalah “dia mah pilih-pilih” dan “dia mah nyari yang sempurna”. Untuk jawaban yang “pilih-pilih” baiklah saya setuju dengan hal ini karena memang bukankah kita harus selektif dalam memilih apapun itu terutama juga pasangan, namun baiknya dalam memilih tersebut tetapkan kriteria yang akan menjadi sebuah prioritas dalam pilihan nantinya. Namun dengan jawaban “sempurna” itu membuat saya berpikir “pantaskah mencari yang sempurna sedangkan kita sendiri tak sempurna? bukankah Allah SWT memberi sesuai dengan hambaNya? Dalam arti wanita baik-baik untuk laki-laki baik-baik dan begitu juga sebaliknya? Dan yang pasti yang Allah SWT berikan itu adalah yang terbaik, karena Allah SWT memberi yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan? Lagi pula menikah itu bukankah untuk menggenapkan setengah agama, yang berarti jika diibaratkan yang satu punya setengah dan yang satu lagi juga punya setengah kemudian disatukan dalam pernikahan maka bukankah yang sama-sama setengah itu akan menjadi satu? Satu yang berarti sempurna. Yang berarti sempurna karena pernikahana, sempurna melalui proses pernikahan. Tetapi jika sebelum menikah sudah mencari dan menginginkan yang sempurna lebih dahulu bagaimana?”. Jujur saya tak habis pikir dengan kriteria “sempurna” itu. Yang ada lagi di otak saya adalah jika seseorang itu memilih pendekatan dengan lawan jenis melalui proses yang tidak dianjurkan oleh Agama Islam semisal pacaran, maka setiap dia punya pacar dan kemudian tidak sreg dengan lawan jenisnya itu lalu putus kemudian dapat lagi yang baru dan tidak sreg juga, maka saya pikir akan berapa banyak mantan pacarnya nanti yah? Hehehe. Kalau dari awal memang sudah tidak sreg, lalu mengapa diteruskan dengan proses yang tak baik?

Sempurna, berusaha menjadi diri sendiri yang sempurna dalam hal positif mungkin itu baik. Tetapi jangan dibuat-buat, apa adanya saja. Namun apakah pantas juga menuntut sebuah kesempurnaan dari orang lain?

Rabu, 04 November 2015

rsu


17desember2014
RSUD KABUPATEN TANGERANG

Inget rsu inget masa kecil, inget masa lalu. Kenapa begitu? Tidak disangka dan tidak pernah di duga jika diingat-ingat ternyata saya lahir di tempat dimana saya bekerja sekarang. Yah diingat saya lahir di rsu 22 tahun yang lalu dengan berat yang saya lupa yang pasti di atas 2,5 kg dan di bawah 3 kg hehehe.
Next, Bapak di rawat di rsu kurang lebih hampir sebulan bahkan lebih karena hemoroid atau wasir saat usia saya kurang lebih mungkin 3 tahun karena saya ingat saat itu saya belum sekolah SD dan ingat lagi saya masuk sekolah SD saat saya berusia 4 tahun 3 bulan hehehe (sudah saya jelaskan di tulisan saya sebelumnya yah hehehe). Dan saat bapak di rawat tersebut saya menginap di rs selama itu pula hehehe.
Next, adik saya yang pertama pun lahir di rsu dan saat itu saya pun ke rsu hehehe (antara penting dan tidak penting sih).
Next, ibu di rawat di rsu karena harus menjalani operasi apendiktomi tanpa sepengetahuan saya saat saya masih kuliah akper semester 2 rasa-rasanya.
Next, bapak di rawat di rsu lagi karena harus menjalani operasi herniatomi saat saya kuliah akper semester 4 kalo gak salah hehehe.
Intinya saat kuliah saya PKL di  rsu dan sekarang saya pun bekerja di rsu.
Dan jika saya tidak salah mengingat rasanya ibu saya pun saat di lahirkan oleh nenek di rawat di rsu karena yang saya dengar ibu saat bayi harus masuk inkubator karena prematur. Entah prematur yang seperti apa saya pun tak tau. Yang pasti kalo harus sampai masuk inkubator pastinya di rsu kan???? Hehehe.
Jadi, bisa disimpulkan sendiri lah hehehe.

Sabtu, 31 Oktober 2015

salahkah single?


SINGLE

Jika dengan sendiri anda merasa lebih bahagia. Lalu mengapa harus buru-buru mencari yang belum tentu membuat anda bahagia? Apa yang salah dengan usia yang sudah matang dan seharusnya tak single? Salahkah dengan usia yang bisa dibilang cukup dewasa lalu masih single? Salahlah dengan single? Adakah peraturan negara dan agama yang melarang seseorang tak boleh single pada usia tertentu? Tak ada bukan?

Lalu mengapa terkadang orang mempersoalkan hal seperti itu? Aturan dari manakah hal seperti itu? Terkadang lingkungan sosial yang sering mempermasalah kita masih single pada usia tertentu. Mengapa begitu? Entahlah. Mungkin ini yang disebut hidup kita yang menjalani tetapi orang lain yang mengomentari. Lalu pentingkah komentar-komentar mereka? Bereskah komentar mereka seandainya status single kita telah berakhir dan berganti dengan status baru? Saya rasa tidak. Karena dalam hidup ini akan selalu ada saja orang-orang yang komentar walaupun tanpa diminta. Mau apapun yang kita lakukan. Entah itu baik bahkan apalagi buruk yang namanya komentar saya rasa pasti ada saja. Baik diminta maupun tidak. Entah disadari atau tidak terkadang mungkin orang yang memberi komentar mungkin tak merasa ia telah mengomentari orang lain dan mungkin secara tak langsung sudah mencampuri urusan orang lain walaupun tanpa disengaja. Ya mungkin inilah yang sering terjadi.

Single pada usia sekian tahun yang mungkin menurut orang-orang di lingkungan sekitar seharusnya sudah tak single lagi. Lalu akhirnya banyaklah orang-orang yang mungkin akan membicarakan orang tersebut. Kadang mungkin bukan saja hanya sampai disitu. Tetapi bisa juga lebih jauh lagi. Misalnya menjodoh-jodohkan orang tersebut lah atau menjadi mak comblang atau apalah gitu. Yang mungkin secara tak langsung dan tanpa disadari juga telah mencampuri urusan orang lain dan mungkin pula telah mendahului kehendak Sang Kuasa. Mengapa begitu? Karena mungkin ia single karena memang belum waktunya ia mengakhiri status single. Karena semua akan ada waktunya di saat yang tepat. Dan semuanya pasti sudah Allah SWT atur. Menjodoh-jodohkan itu kan hanya usaha? Kan kita hidup juga harus usaha? Iya memang hidup harus berusaha. Tetapi apakah itu cara kita berusaha untuk membuat orang lain tak lagi single? Dan apakah itu juga yang harus dilakukan oleh sang single? Cukup hanya memperbaiki diri agar hidup kita menjadi lebih baik lagi. Itulah usaha yang seharusnya dilakukan.

Jangan memaksakan sesuatu hanya agar status single kita berakhir. Apa sih akhir dari single? Menikah bukan? Apa sih tujuan orang menikah? Agar bahagia bukan? Agar menjadi keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah bukan? Lalu apa yang disebut dengan keluarga sakinah mawadah wa rahmah? Bagaimana agar menjadi sakinah mawadah wa rahmah? Seandainya kita menikah lalu kemudian kita merasa tak bahagia dengan pernikahan tersebut dan dengan alasan apapun. Apapun alasannya intinya adalah kita tak merasa bahagia dengan pernikahan tersebut. Lalu apakah itu yang disebut dengan keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah? Akan kita dapat membangun keluarga sakinah mawadah wa rahmah jika kita sendiri tak merasa bahagia dengan sebuah pernikahan itu? Inilah yang saya maksud bahwa jika single lebih baik dan lebih bahagia mengapa harus buru-buru mengakhiri status single tersebut. Pikirkan baik-baik dalam setiap melangkah. Harus selektif dalam memilih tetapi bukan berarti harus banyak kriteria pada pilihan tersebut. Karena tak ada manusia yang sempurna. Dan kita pun mencari seseorang agar membuat diri kita menjadi sempurna. Sempurna dengan berdua dan bukan dengan single.

Akhirnya wajar ada lagu yang berjudul “single happy” yang dinyanyikan oleh dua penyanyi dengan lirik yang berbeda yaitu Ayu Ting Ting dan Oppie Andaresta. I am single I am happy. I am single I am very happy. Pertahankan saja dahulu apa yang membuat hidupmu bahagia. Tinggalkan yang membuat hidupmu tak bahagia. Karena walaupun bahagia itu mudah dan gampang tetapi kebahagiaan itu mahal harganya. 

Senin, 26 Oktober 2015

kehadiran? pentingkah?


PENTINGKAH KEHADIRAN?

Jika suatu kehadiran di dalam suatu kegiatan memang dianggap suatu hal yang penting maka layaknya seseorang akan berusaha untuk menghadiri suatu kegiatan tersebut. Begitu pula dengan suatu undangan selayaknya individu tersebut memenuhi kehadiran yang mengundang. Entah kehadiran tersebut penting dalam hal apapun. Seperti misalnya memang kehadiran dirinya dibutuhkan dan ditunggu-tunggu pada kegiatan tersebut. Maka mungkin sesungguhnya suatu kehadiran dirinya penting pada kegiatan tersebut walaupun mungkin bagi dirinya belum tentu begitu penting. Atau dapat berlaku keduanya yang berarti dirinya harus menghadiri kegiatan tersebut karena dirinya menganggap kegiatan itu penting dan juga dalam kegiatan tersebut pun dirinya memang dibutuhkan atau pun kehadirannya penting. Namun pada kenyataannya tak semua individu dapat menghadiri suatu kegiatan yang mungkin dianggap penting oleh individu tersebut atau tak semua individu dapat menghadiri suatu acara untuk memenuhi undangan yang mempunyai hajat. Dalam hal ini maka pentingkah suatu kehadiran? Suatu kehadiran mungkin bisa penting bahkan sangat penting tergantung dari kegiatan apa yang harus dihadiri oleh individu tersebut. Namun sekalipun kegiatan itu penting dan apa akhirnya individu tersebut tidak dapat memenuhi kehadiran tersebut dengan berbagai sebab maka kehadiran tetaplah penting walaupun pada akhirnya tak hadir.

Misalnya saja kehadiran seorang mahasiswa dan dosen dalam suatu kegiatan perkuliahan. Rasanya suatu kegiatan perkuliahan tak akan berjalan tanpa adanya kehadiran kedua hal tersebut yaitu dosen dan mahasiswa. Maka dalam hal ini kehadiran adanya dosen dan mahasiswa dianggap penting dan tak bisa terpisahkan satu per satu. Tak bisa hanya ada dosen saja tanpa mahasiswa karena siapa yang akan diberikan materi oleh dosen tersebut. Begitu juga sebaliknya tak akan bisa juga mahasiswa tanpa dosen karena siapa yang akan mengajar atau pun membimbing mahasiswa tersebut. Maka akhirnya kedua hal tersebut tak dapat dipisahkan. Walaupun mungkin sang dosen pada akhirnya harus mengajar satu mahasiswa karena mungkin pada kenyataannya hanya ada satu mahasiswa yang bersedia atau pun bisa hadir dalam sebuah perkuliahan itu. Sedang yang lainnya mungkin saja tak bisa menghadiri perkuliahan karena ada halangan lain atau entah dengan sebab apapun yang akhirnya membuat seseorang tak bisa hadir dalam suatu kegiatan. Teringat ucapan guru saya sewaktu sekolah yaitu “jika kamu tak hadir atau tak masuk sekolah coba bayangkan kerugian yang kamu dapat, seandainya dalam satu hari ada tiga mata pelajaran dan kamu tak masuk sekolah selama tiga hari maka berapa mata pelajaran yang tidak kamu dapat? Itulah kerugianmu. Jadi usahakanlah selalu hadir jika memang masih bisa diusahakan dan tak ada halangan yang berarti seperti sakit parah misalnya”. Itulah yang saya ingat dari ucapan guru saya sehingga kehadiran dalam suatu perkuliahan atau sekolah itu penting untuk saya.

Begitu pula dengan hal lain. Salah satu contohnya lagi adalah kegiatan seminar. Tak akan berjalan sebuah seminar tanpa kehadiran pembicara dan peserta seminar. Tak akan berjalan seminar jika hanya ada panitia saja. Karena siapa yang akan memberi materi dan diberikan materi. Panitia biasanya hanya mengatur saja agar suatu seminar tersebut berlangsung dengan baik. Maka dalam hal ini pun kedua hal tersebut saling berkaitan dan tak bisa dipisahkan. Walaupun mungkin diri ini tak bisa menghadiri kegiatan seminar tersebut bukan berarti pula acara seminar tersebut tak akan berlangsung karena masih ada banyak peserta lain yang bisa menghadiri seminar tersebut. Dengan kata lain satu individu tak hadir bisa saja tak begitu mempengaruhi suatu kegiatan jika masih banyak individu lain yang menghadiri acara tersebut. Begitu pun dengan undangan suatu acara lainnya. Yang belum tentu setiap undangan individu dapat memenuhi keinginan yang mengundang untuk hadir pada acaranya. Tetapi bukan berarti pula acara tersebut tak akan berlangsung hanya karena satu undangan tak hadir. Contohnya adalah undangan resepsi pernikahan. Karena tak mungkin batal menikah hanya karena satu undangan saja yang tak bisa hadir pada acara tersebut. Dan banyak contoh lainnya.

Tetapi perlu diingat jangan pernah mengaku hadir dalam suatu kegiatan jika memang pada kenyataannya diri ini tak menghadiri kegiatan tersebut. Karena kehadiran tetaplah kehadiran dan tak hadir tetaplah tak hadir. Tak mungkin tak hadir akan menjadi hadir atau ada sekalipun ya itu bukan tak hadir tetapi belum hadir. Sekalipun diri ini tak hadir hanya sesekali dalam suatu kegiatan tersebut maka itu tetaplah tak hadir. Sehingga jangan pula menilai diri ini selalu hadir yang berarti orang lain akan menganggap bahwa dirinya tak pernah alpa. Jangan pula diri ini meninggalkan jejak agar hanya dianggap diri ini hadir oleh orang lain dalam suatu kegiatan. 

Sabtu, 24 Oktober 2015

kematian


KEMATIAN
280315

Siapa orang yang tak akan mengalami mati? Tak ada. Siapa orang yang akan mati? Ya semua orang akan mengalami kematian atau mati. Adakah orang yang akan tau kapan dia akan mati? Tak ada yang tau seorang pun kapan dia atau orang lain akan mati.

Kematian merupakan mutlak rahasia Allah SWT. Tak seorang manusia pun yang mengetahuinya kapan dia akan mati. Kematian bisa dadakan atau pun tidak. Apa maksudnya? Ada orang yang mati melalui proses sakit. Entah sakit berat, sedang atau ringan. Entah waktu sakitnya lama atau baru-baru ini. Namun ada juga orang yang mati tanpa proses sakit yaitu tiba-tiba kita mendengar kabar bahwa dia telah tiada. Entah benar tanpa proses sakit? Atau sakitnya yang tak diketahui? Baik oleh orang lain maupun diri sendiri yang mati.

Terkadang kita mendengar kematian seseorang sebagai hal yang mendadak dan mungkin membuat terkejut. Namun apakah itu semua benar? Saat awal mendengar berita itu mungkin rasanya wajar jika kita kaget atau terkejut mendengarnya dan bahkan terkesan dadakan mungkin. Namun apakah “dadakan” tersebut benar? Rasanya tak ada yang dadakan menurut Allah SWT mungkin. Karena ingat semuanya telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Kapan seseorang akan dilahirkan, akan menikah dengan siapa bahkan sampai kapan seseorang akan meninggal. Ingat semuanya sudah tertuliskan di lauhul mahfudz.

Terkadang kita mendengar seseorang meninggal terkesan “dadakan” padahal kita tau sebelumnya orang tersebut memang menderita suatu penyakit. Namun kadang kesan “dadakan” tersebut tetap saja ada dari orang yang mendengarnya. Padahal jika kita pikir, orang itu menderita suatu penyakit maka wajarlah jika suatu saat kita mendengar orang itu meninggal. Dan mungkin harusnya kesan “dadakan” atau terkejut mendengar berita buruk tentang orang itu tak ada lagi.

Mungkin akan berbeda jika kita tak pernah mendengar orang tersebut sakit hingga mengharuskan perawatan medis atau pun menderita penyakit tertentu. Dan tiba-tiba mendengar kabar tentang orang itu telah tiada. Pastinya kita yang mendengar hal itu akan sangat kaget dan berpikir “dadakan”. Mungkin akan berpikir juga “baru beberapa hari yang lalu saya ketemu dia terlihat sehat-sehat saja tapi kenapa sekarang saya mendengar kabar dia telah tiada” atau saat lama kita tak bertemu dan sekalinya mendapat kabar adalah bahwa dia telah tiada maka kita mungkin akan berpikir “kapan terakhir kali saya bertemu dengannya yah koq tau-tau sekarang saya dengar dia telah tiada, apakah dia sakit? Saya tak mendengar kabar tentang sakitnya dia?”. Mungkin jika kasusnya seperti itu bisa saja kesan “dadakan” dan keterkejutan menjadi wajar.

Namun seharusnya kesan “dadakan” mungkin tak harusnya ada karena semua sudah ditentukan oleh Allah SWT sejak manusia masih dalam kandungan. Bukan kah begitu? Karena jika kesan “dadakan” itu ada maka semua orang yang meninggal pastilah semuanya dadakan. Kaget saat mendengar berita seseorang meninggal mungkin rasanya wajar saat pertama kali mendengarnya. Ingat loh saat awal mendengarnya saja. Tidak sampai seterusnya. Yang harus ada dipikiran kita seterusnya adalah ingat semua itu sudah takdir Allah SWT yang mutlak tak bisa dirubah dan tak bisa ditawar maka ambil lah hikmah dari setiap kejadian yang kita amati, alami dan menimpa kita sendiri. Baik hal itu kita yang alami sendiri atau pun orang lain.

Tak hanya kematian melalui proses suatu penyakit atau tidak. Namun kematian di usia yang terbilang masih muda pun akan terkesan “dadakan” “tiba-tiba” kaget atau terkejut rasanya sudah pasti. Dan yang mungkin ada dipikiran kita adalah “umurnya masih muda sudah meninggal, pendek sekali umurnya”. Namun itulah takdir yang sudah Allah SWT tetapkan. Ingat kematian tak memandang usia mau muda atau pun tua sekali pun. Ingat juga mungkin kata-kata “umur di tangan Tuhan” yah maksudnya Allah SWT yang sudah menentukan sampai usia berapa orang itu akan hidup. Tak beda halnya dengan jodoh. Jika Allah SWT sudah menentukan jodohnya adalah dia dan akan menikah pada waktu yang telah ditentukan oleh Allaw SWT lalu manusia mana yang bisa mengubah semua itu. Tak ada yang bisa mengubah apa yang telah Allah SWT tentukan. Terutama mengenai kelahiran, jodoh dan kematian.

Tak hanya melalui penyakit atau tidak dan usia. Kematian pun akan menjemput siapa saja. Entah orang tersebut baik atau buruk. Namun bedanya adalah jika yang meninggal adalah orang baik maka pasti yang merasa kehilangan akan sangat banyak dan pastinya juga banyak orang yang berbondong-bondong ingin mengantar jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhirnya sebagai tanda suatu penghormatan terhadap jenazah tersebut. Dan pastinya akan banjir air mata karena menangisi kepergian orang baik dari dunia.  Akan berbeda pula jika yang meninggal adalah orang yang buruk atau jahat, jangankan yang mengantar ke pemakaman yang menangisi kematiannya saja pun rasanya mungkin bisa saja tak ada. Yang ada malah mungkin sebaliknya yaitu mungkin orang akan berkata “syukur deh dia meninggal”.

Kematian baik melalui proses suatu penyakit, usia yang masih muda atau sudah tua, yang meninggal adalah orang baik ataupun buruk. Ingat semuanya adalah takdir Allah SWT untuk orang tersebut. Kasarnya kalau emang waktunya meninggal mah yah meninggal ajah gak pandang orang itu masih muda atau gak, baik atau tidak, berpangkat atau tidak, kaya atau tidak. Tidak akan berpengaruh dengan kematian semua itu.

Satu hal lagi yang perlu diingat. Saat kita mendengar kematian seseorang terutama orang yang sangat baik dan sangat penting bagi kita pasti air mata akan selalu menetes. Menangisi kepergian orang tersebut. Yah terkadang wajar adanya isak tangis mengiringi kepergian orang yang meninggal. Namun ingat lagi yang dibutuhkan oleh jenazah adalah bukan suatu isak tangis kesedihan. Tetapi yang amat sangat dibutuhkan oleh jenazah adalah DOA. Yah doa terutama doa dari orang-orang soleh dan bertakwa. Bukan air mata yang akan mengering jika sudah habis. Karena tak henti-hentinya menangis bahkan yang lebih parah lagi jika ada yang meratapi kepergian seseorang dengan berlebihan. Apa maksudnya? Terkadang sampai ada orang yang karena sedih telah ditinggal seseorang yang penting untuk hidupnya sampai dia meratapi hingga berteriak-teriak seolah-olah tak bisa menerima takdir atau pun menyalahkan Allah SWT atas kematian orang tersebut. Astaghfirullah al azhim. Jangan lah sampai seperti itu. Tak baik seperti itu yang ada malah akan memberatkan kepergian jenazah tersebut jika sikap kita seperti itu. Begitu bukan?

Ingat dalam kematian yang dibutuhkan jenazah adalah DOA bukanlah tangisan. Air mata lama-kelamaan akan habis dengan sendirinya karena mengering. Tapi tak begitu dengan DOA. Doa akan terus mengalir untuk si mayat tersebut. Terutama doa-doa dari orang-orang soleh dan bertakwa. Selain berdoa, baiknya juga disertai dengan tawakal dan ikhlas sehingga insya Allah orang yang meninggal dan yang ditinggalkan akan tenang.
Dalam beberapa hari ini secara berurutan saya mendengar berita duka entah dari orang jauh sampai orang terdekat atau keluarga sendiri. Yaitu berita duka tentang meninggalnya frans tumbuan, yani trio libels, olga syahputra yah yang semuanya adalah artis. Hingga kabar yang mengejutkan saat saya sedang kuliah tiba-tiba ibu menelepon dan mengabarkan berita duka bahwa uwa saya di subang telah tiada. Kaget, syok dan terkejut bahkan terkesan dadakan ada di dalam pikiran saya. Dalam benak saya pula “Kapan terakhir kali saya bertemu dengannya? Sakit apa yang dideritanya? Kenapa mengabarkan dadakan? Kenapa jika kematiannya melalui proses sakit mengapa tak dikabarkan saat kritis? Kenapa keluarga saya ikut mengalaminya? Kenapa dan kenapa?”. Itulah yang ada dipikiran saya yang membuat saya termenung setelah menerima telepon dari ibu. Namun jika kita ingat kembali bahwa kematian adalah rahasia Allah SWT maka kita pun akan yakin bahwa itu semua adalah takdir dari Allah SWT dan mungkin itu yang terbaik atau sebaiknya memang begitu. Ingat kembali Allah SWT maha mengetahui segala sesuatu yang terbaik untuk hambanya. Walau terkadang terkesan menyakitkan hingga membuat kita sedih. Tapi itulah yang terbaik dari Allah SWT.

Kamis, 22 Oktober 2015

sepotong diam




SEPOTONG DIAM

Awal pertama membeli bukan karena judul novel tersebut. Tetapi karena potongan harga yang diberikan waktu itu dan juga novel tersebut merupakan novel juara dua AGP. Saya adalah salah satu penyuka buku-buku yang best seller atau pun juara. Karena kemungkinan isi buku tersebut pasti bagus karena bisa sampai best seller ataupun juara. Dan juga buku yang kemungkinan tak mudah ditemukan di toko buku bahkan harus ke penerbit langsung untuk memperolehnya.

Jujur saat membaca judul novel tersebut saya memang tak begitu berminat. Sepotong diam? Apa maksudnya? Saat buku itu sampai ditangan saya, tak langsung saya antusias untuk membacanya. Sampai buku itu tergeletak saja di meja  beberapa hari. Sampai akhirnya saya penasaran juga dengan isi novel tersebut.

Awal membaca saya tak begitu tertarik. Tetapi mulai tertarik saat di potongan pertama dan selanjutnya yang ada penjelasan tentang ta’aruf. Jujur dalam novel tersebut seolah saya menemukan jawaban atas pertanyaan saya selama ini yaitu tentang ta’aruf. Seperti apa dan bagaimana proses yang seharusnya dilakukan? Apa yang boleh dan tidak boleh? Lama-lama saya penasaran dengan novel tersebut lebih penasaran dengan proses ta’aruf yang diceritakan dalam novel itu. Rasa penasaran itu membuat saya selalu kepikiran disaat novel itu sedang tak bersama saya. Karena saat saya di luar rumah maka novel itu saya tinggal di dalam kamar.

Mengikuti alur ceritanya membuat seolah saya masuk ke dalamnya hingga akhir. Akhirnya seperti judul novel tersebut yang bisa saya lakukan “sepotong diam”. Diam menerima ending dari novel itu. Diam menerima segala takdir yang tak bisa ditolak. Kalimat tentang “belajarlah pada malam semakin larut semakin gelap dan pekat itulah cahaya akan segera datang” menjadi kalimat tersendiri yang mempunyai energi didalamnya. Energi untuk hidup. Energi untuk tak menyerah.

Namun yang disayangkan dan membuat agak sedikit kecewa adalah “bagaimana akhirnya khalid dan dhisya mendapatkan restu itu? Dan bagaimana hingga akhirnya dhisya meninggal?”. Hal itu membuat saya penasaran hingga saya hanya bisa menerka-nerka saja seperti apa cerita itu namun tak bisa tetap saja rasa penasaran itu ada dan membuat kepikiran. Ada rasa tak puas disini rasanya.

Melihat profil penulis saya simpulkan bahwa novel ini kemungkinan sebuah kisah pribadi yang terjadi pada kehidupan penulis. Walaupun mungkin tak semua kisah itu dituangkan. Tapi jujur saya lebih suka akan hal ini. Saya lebih suka jika sang penulis menuliskan kisah atau pengalaman pribadinya. Bukan pengalaman atau kisah orang lain ataupun kisah dunia khayal. Karena hal itu lebih asli dan bukan dibuat-buat. Sehingga kesan inspiratif lebih ada didalamnya dan lebih mengena.

Harapanku semoga novel ini tak difilmkan karena buatku jika sebuah novel sudah difilmkan maka kemungkinan keaslian dari novel itu sudah tak terjaga lagi. Karena biasanya beberapa yang ku dapatkan seperti itu. Apa yang aku baca dan aku tonton tak semuanya sama.  Ada beberapa alur yang terkadang dihilangkan atau bisa juga dilebih-lebihkan. Lagipula jika sebuah novel sudah difilmkan membuat orang yang malas membaca akan semakin malas membaca. Karena kemungkinan mereka akan lebih memilih menonton dibanding membaca. Waktu yang dibutuhkan untuk keduanya juga berbeda. Jika menonton mungkin hanya butuh waktu dua sampai tiga jam. Tetapi jika membaca tak semua memiliki waktu yang sama untuk menghabiskan satu novel saja. Bisa ada yang hanya butuh beberapa jam saja tetapi bisa juga membutuhkan waktu beberapa hari.

Senin, 05 Oktober 2015

nenek


SUBHANALLAH NENEK

Sekali lagi bahwa kematian sungguh sangat rahasia Allah SWT. Tak akan ada yang tahu kapan manusia akan meninggal. Sekalipun mungkin ada beberapa manusia yang kadang mengetahui tanda-tanda orang akan meninggal. Jika dalam medis ini yang disebut dengan pasien terminal. Namun tetap waktu dan tempat tepatnya seseorang meninggal adalah mutlak rahasia Allah SWT. Begitu pun yang terjadi di bulan ramadhan 1436 hijriah ini tepat dihari ke 6 bulan ramadhan ba’da adzan isya nenek saya berpulang ke rahmatullah tepatnya 23 juni 2015 malam.

Sore di hari selasa dikabarkan melalui sebuah sms dari tetangga rumah nenek bahwa nenek engap-engapan. Spontan saya yang sedang tidur karena memang baru pulang kerja pagi hari sehabis kerja malam kaget dan panik. Ya gimana ga panik kalo ada yang bilang “engap-engapan” duh pikiran macam-macam deh. Tetapi saya tak langsung ke rumah nenek karena instruksi ibu. Akhirnya ibu dan yang lain berangkat lebih dahulu ke rumah nenek. Maka tinggallah saya di rumah sendiri. Namun saya tak tinggal diam saja. Saya kontak teman saya yang ada di rumah sakit untuk booking kamar terlebih dahulu takut-takut mau dibawa ke rumah sakit dan khawatir terjadi hospital tour yaitu ke rumah sakit satu dan lainnya penuh akhirnya jalan-jalan deh karena tak dapat kamar kosong. Menghindari hal tersebut saya pun booking kamar walaupun waktu pembookingan hanya berlaku selama 6 jam. Ya sudah saya oke kan saja. Jadi tidaknya urusan belakangan yang penting jika mau ke rumah sakit ada kamar kosong. Sehabis ashar saya dijemput bapak untuk ke rumah nenek. Saya berdoa dan berharap Allah SWT memberi nenek umur lebih panjang lagi dan bisa menyaksikan cucu-cucunya berumah tangga. Karena saat itu pikiran macam-macam menghantui saya karena mungkin panik tadi.

Sampai di rumah nenek tepat ba’da ashar saya langsung menemui nenek yang sedang makan bubur di kamar disuapi oleh uwa dan paman saya yang bungsu. Saya pun memegang tangannya. Terlihat sekali nafas nenek sesak dari pergerakan dadanya. Nadi cepat. Ya memang jika nafas cepat nadi pun akan cepat dan sebaliknya. Saya belum tau apakah nenek akan dibawa ke rumah sakit atau tidak. Karena menunggu paman pertama saya sampai rumah nenek. Setelah sampai dan melihat kondisi nenek yang sesak sebenarnya kami mau ikhtiar untuk ke rumah sakit namun nenek menolak. Karena nenek menolak untuk ke rumah sakit maka kami pun mengalah dan menuruti kemauan nenek. Kami semua yang ada di dalam rumah itu membacakan surat Al-Qur’an di dalam kamar nenek. Jujur saya memang tak begitu mengerti apa yang ucap oleh nenek. Namun yang saya dengar adalah “kumaha bae” atau “bagaimana saja”. Dan jujur saya pun tak mengerti apa arti kata tersebut. Karena setelah menemui nenek pikiran macam-macam saya hilang seketika. Terutama saat kami berbuka puasa dan nenek sendiri di dalam kamar saya masih melihat dengan jelas nenek mengambil gelas dan meminum air sendiri tanpa bantuan siapa pun. Setelah magrib beberapa orang pergi dahulu untuk pulang ke rumah termasuk ibu dan bapak serta adik-adik saya. Akhirnya tinggallah saya dan paman saya yang bungsu serta uwa dan lainnya di rumah nenek. Karena nenek ingin buang air besar dan tetangga menyarankan untuk buang air besar di tempat itu maka paman saya yang pertama beserta istri keluar untuk membeli pampers dan tisu basah. Saat adzan isya entahlah saya tak ingat persis waktunya saya pegang tangan dan kaki nenek dingin atau akralnya dingin. Saya lihat nafas nenek dangkal tak secepat sore tadi. Maka saya pun menelepon ibu yang baru sampai rumah untuk segera kembali ke rumah nenek. Baru saya membaca surah Yasin sambil melihat pergerakan dada nenek. Baru beberapa ayat saya baca surah Yasin tak lama saya melihat dada nenek tak bergerak. Saya pun menggoyang-goyangkan nenek berusaha meraba nadi namun tak teraba. Karena tak yakin maka saya pun meminta paman saya untuk merabanya. Uwa saya yang sedari tadi di dalam kamar pun histeris. Tak lama paman saya yang pertama datang setelah membeli pampers disusul oleh paman saya yang kedua. Setelah paman saya yang pertama mengatakan sudah tiada barulah saya yakin bahwa nenek sudah berpulang ke rahmatullah setelah meraba nadi yang ada ditangan dan nadi yang ada di leher. Maka saya pun menelepon ibu saya dan mengatakan bahwa nenek telah meninggal.
Saya masih ingat bagaimana nenek menghembuskan nafas terakhir. Kasarnya nenek seperti meninggal di tangan saya. Namun hal ini jangan dikonotasikan negatif yah. Saya baru tau bahwa nenek memang ingin ketemu saya. Karena kemarin-kemarin memang saya belum bisa menemui nenek karena harus kerja dan kuliah juga. Subhanallah nenek meninggal di usia yang memang terbilang tua yang berarti Allah SWT sudah memberi nenek umur panjang dan di bulan yang suci penuh berkah dan maghfiroh yaitu bulan ramadhan. Semoga nenek di bebaskan dari siksa kubur dan siksa api neraka amiiin. Subhanallah lagi nenek meninggal di saat saya libur dari pekerjaan. Subhanallah juga nenek meninggal di saat semua anak-anaknya kumpul. Di saat semua keinginan nenek hampir terpenuhi. Subhanallah ini yang terbaik dari Allah SWT untuk nenek. Allah SWT sayang nenek.

Setelah itu barulah kami mengabarkan saudara kami yang berada di luar kota dan sekitarnya bahwa nenek telah meninggal ba’da isya. Nenek tak langsung dimakamkan malam itu. Namun esok paginya baru dimakamkan. Dan setelah nenek meninggal barulah saya mengerti mengapa nenek tak mau ke dibawa ke rumah sakit dan ingin bertemu saya. Saya pikir nenek ingin bertemu saya adalah hal biasa seorang nenek yang ingin ketemu cucunya. Saat sebelumnya yaitu hari minggu malam ibu saya menginap saya pun berpikiran tumben ibu nginap di rumah nenek tapi saya pikir lagi wajarlah ibu nginap di rumah nenek karena nenek lagi sakit. Dan tak ada pikiran macam-macam saat itu.

Paginya sebelum dilakukan pemakaman seperti biasa mayat dimandikan dan dikafani kemudian dishalatkan dan setelah itu barulah jenazah diantar ke pemakaman dengan mobil jenazah. Subhanallah saat mobil jenazah nenek lewat hampir semua kendaraan disekitarnya berhenti ataupun melambatkan pengemudiannya seolah-olah memberi penghormatan kepada nenek. Saya yang ada di belakang mengikuti mobil jenazah dengan sebuah motor hanya bisa termenung dan sesekali menahan tangis.

Tak ada lagi suara khas nenek yang saya dengar jika nenek ke rumah dengan tiba-tiba dan buru-buru. Tak jarang nenek mengunjungi anak-anaknya jika anaknya lama tak mengunjunginya. Tak jarang pula ke rumah saya hanya untuk minta diteleponkan kepada paman saya karena kangen dan khawatir ada apa-apa karena tak mengabari nenek. Tak ada lagi obrolan nenek. Tak ada lagi masakan nenek yang enak. Itu hanya sedikit hal-hal yang akan membuat rasa kangen kepada nenek. Nenek rajin berpuasa bahkan saat menjelang ajal pun ia masih ingin berpuasa namun dilarang oleh kami. Bahkan sebelum berpulang pun nenek masih sempat shalat tarawih di mushola pada malam minggunya itu menurut tetangga di sekitar rumah nenek. Saya jadi berpikir nenek saya saja yang sudah uzur dan sebenarnya diperbolehkan tidak berpuasa namun tetap berpuasa, lalu bagaimana kita yang masih muda dan seharusnya mampu menahan makan dan minum saja banyak yang tak berpuasa. Kasarnya saja masa kalah sama nenek. Terkadang saya agak gimana gitu jika ada yang tak berpuasa di bulan ramadhan karena berhalangan lalu tak menggantinya dengan puasa pula di hari lain namun menggantinya dengan hal lain seperti fidyah misalnya padahal menurut saya seharusnya dia mampu untuk berpuasa tetapi beralasan gak kuat atau pun tak mampu. Yang saya tanyakan adalah benar-benar tak mampu atau memang tak niat? Mengapa karena kasarnya saja yang tua saja mampu lalu mengapa yang muda mengatakan tidak mampu. Yah puasa wajib di bulan ramadhan saja terkadang masih banyak yang tak melakukannya bagaimana dengan puasa-puasa sunah di hari lain. Semoga hal ini menjadi motivasi bagi saya pribadi amiiiin.

Walaupun nenek berpulang pada malam hari ba’da adzan isya dan dimakamkan pada esok harinya yang berarti proses pemandian dan dikafani pun pada pagi harinya tetapi tak tercium pun bau busuk dari jenazah nenek yang ada malah malam harinya tercium wangi daun pandan. Saat dimandikan pun jenazah nenek bersih putih senyum sejuk teduh seperti orang tidur, tak kaku walaupun sudah diinapkan hampir 12 jam, tak ada biru-biru yang biasa ada pada jenazah pada umumnya. Subhanallah sekali. Terima kasih ya Allah Engkau telah mengambil nenek diwaktu yang tepat dan tempat yang tepat. Mengapa? Selain nenek berpulang di bulan suci penuh berkah ramadhan ini, nenek juga berpulang di saat dimana saya bebas dari pekerjaan dan begitu juga dengan ibu bapak saya serta paman saya yang sedang mengambil cuti beberapa hari. Terima kasih ya Allah Engkau telah memberi nenek umur yang panjang. Terima kasih ya Allah Engkau telah memberi nenek yang terbaik, anak-anak nenek yang terbaik bahkan bukan hanya anak-anak nenek saja menantu-menantu dan cucu-cucu yang terbaik yang semua sayang sama nenek yang semua peduli sama nenek yang selalu bisa memenuhi keinginan nenek.

Subhanallah saat saya menginap dihari kedua setelah kepergian nenek yaitu hari kamis malam jumat saya memang shalat dan tidur di kamar nenek dan setiap kali masuk ke kamar nenek saya selalu mencium wangi entah itu wangi apa saya pun bingung wangi parfum kah? Atau memangnya wangi? Kalo wangi parfum? Siapa yang menyemprotkan parfum? Dan kalo wangi parfum koq ga hilang-hilang yah? Karena bingung dan awalnya niat bertanya namun niat itu terurungkan karena khawatir membuat orang lain takut karena ada beberapa orang yang tak berani tidur di kamar nenek. Akhirnya saat saya lupa akan pertanyaan wangi itu, eh ibu saya malah bilang duluan. Tidur di kamar nenek wangi yah? Deg saya pun kaget dan barulah pertanyaan yang memang ingin saya tanyakan terjawab dengan sendirinya. Yah berarti wangi yang saya cium di kamar nenek itu memang bukan parfum dan juga bukan perasaan saya saja. Karena jujur saking bingungnya dengan wangi tersebut yang sering hilang timbul saat saya berada di kamar itu sampai-sampai saya sering mengendus-endus hidung saya. Dan akhirnya semuanya sudah terjawab. Setiap saya di kamar nenek apalagi sendirian selalu teringat detik-detik terakhir saat nenek masih bernafas.