apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Selasa, 01 Desember 2015

galau


GALAU KAH SAYA?
230315

Entah lah ada apa lagi dengan saya? Jujur sebenarnya saat ini saya tak mau memikirkan hal itu karena saya ingin mengejar yang mungkin harus saya kejar mengenai potensi apa yang ada dalam diri saya. Tapi karena yang telah berbicara adalah ibu yah jadi nya gimana gitu????? Mungkin akan berbeda jika yang berbicara bukan lah ibu.

Berawal dari keinginan saya untuk mengikuti kursus menulis online angkatan ke 5 yang hanya akan diambil 15 orang. Yah awalnya saya daftar saja dan ternyata di respon serta harus menginvestasikan sejumlah uang jika memang benar-benar fix ikut kursus karena jika tidak maka akan digantikan oleh orang lain. Karena harus transfer sejumlah uang dan kebetulan kondisi keuangan saya saat ini sedang tidak stabil maka saya pun memikirkan beberapa pertimbangan yang terutama dipikirkan adalah ijin orangtua terutama ibu. Karena saya rasa orangtua terutama ibu perlu tahu apa yang saya lakukan yah intinya saya ingin minta doa restu dari keduanya karena jujur ada rasa takut dalam diri saya yaitu takut gagal dan kecewa. Barangkali saja dengan saya berbicara kepada orangtua saya semua urusan dan hajat saya dilancarkan amiiin.

Entah hal apa yang membuat saya berkeinginan untuk mengikuti kursus menulis online itu? Yah memang sudah satu atau dua tahun ini saya suka menulis. Karena rasanya memang beda. Akan berbeda jika kita hanya berbicara karena dengan menulis kita juga akan ingat apa yang pernah kita tulis mungkin. Yah karena saya berpikir apakah tulisan saya selama ini hanya sampai tahap blog saja kah? Karena tulisan yang telah saya tulis biasanya saya publikasikan sendiri dalam blog saya jika memang menurut saya itu layak di publikasi. Maka dari itu saat melihat media sosial facebook salah seorang penulis best seller yang sudah terkenal membuka kembali kursus menulis online hingga terbit maka saya pun mencoba mencari tahu tentang hal itu. Tanya sana dan tanya sini. Karena saya merasa saya memerlukan bimbingan atau pun saran dalam menulis. Namun saya juga tak mau asal makanya saya sendiri cari info dan kebetulan saya mendapat beberapa info dari peserta kursus menulis online angkatan sebelumnya. Bukan hanya itu saat saya iseng menulis dan telah selesai saya pernah memberi tulisan saya kepada teman kuliah via email entah judul tulisan apa yang saya kirim saya lupa dan setelah dia membacanya responnya adalah “bagus, kenapa tidak jadi penulis saja?”. Yah kata-katanya itulah salah satu yang menjadi pendorong saya untuk mengikuti kursus menulis online itu. Yah jujur saya sebenarnya saya juga kurang pede dengan tulisan saya sendiri. Maka dari itu saya berkeinginan mengikuti kursus menulis online karena saya merasa kurang pede, takut, butuh bimbingan dan mungkin saran agar tulisan saya bagus dan mungkin juga patut dibaca hehehe.

Disaat saya membicarakan keinginan saya untuk kursus menulis online, respon kedua orangtua saya adalah “terserah”. Terserah yang mungkin merupakan satu kata beribu makna. Yah makin galau deh hahaha. Jawaban yang mungkin hampir sama dari keduanya adalah “satu-satu dulu lah kuliah s1 dulu ajah beresin habis itu terserah, kalo ngambil banyak takutnya keteteran belum nanti tugas kuliah belum ini belum itu, tapi ya terserah kalo mau tetap ikut. Ini mah hanya saran dan pandangan saja”. Namun ujung dari semua respon orangtua adalah “terserah”. Yah saya juga menjelaskan tentang kursus menulis online itu gimana dari info yang saya dapatkan dari peserta sebelumnya serta dari info yang telah tertera di web. Yah karena jawaban orangtua adalah “terserah” maka akhirnya saya pun berani mengambil kursus menulis online ini tentunya dengan tanya sana dan sini terlebih dahulu. Yah jujur saya bukanlah orang yang percaya hanya padaa satu sumber karena rasanya gak akan objektif atau kurang lah jika hanya mendapatkan info pada satu sumber hehehe. Saya pun bercerita tentang niat saya kursus menulis online ini kepada teman saya yang pernah saya kirimi tulisan saya itu dan juga konsul kepada paman saya. Namun tak ada respon dari paman, ya sudahlah. Dan sebelum saya menceritakan niat saya ikut kursus menulis online kepada orangtua, saya telah bercerita kepada teman saya dan sarannya adalah bicarakan dengan orangtua saya. Setelah saya bicarakan dengan ibu dan bapak serta respon keduanya adalah “terserah” maka saya pun kembali menceritakan hal itu kepada teman saya dan responnya adalah “yah itu karena orang tua tau sifat anaknya seperti apa”. Jujur saja saya bukan lah tipe orang yang suka di larang namun jika memang pelarangan itu kuat maka biasanya saya pun mengalah. Dan seandainya saat saya bicarakan itu kepada orangtua respon mereka adalah “tidak” mungkin saya pun tidak akan mengikuti kursus itu. Yah pada akhirnya semua keputusan kembali kepada saya dan akhirnya saya mengikuti hati kecil saya untuk tetap mengikuti kursus menulis online itu. Beres deh galau yang satu? Loh memang ada galau yang lain? Yaaaah gitu deh.

Oh iya saya membicarakan tentang kursus menulis online itu secara terpisah, saya bicara kepada ibu dulu baru kepada bapak, karena setelah bicara dengan ibu saya disuruh tanya lagi dengan bapak. Ya sudah saya lakukan saja. Saat bicara hal itu kepada ibu, tiba-tiba saja ibu menanyakan saya soal pasangan. Ini lah yang membuat saya galau. Galau? Yah galau karena yang bicara adalah ibu. Dan ibu pun mengatakan berani bertanya kaya gitu jika tak ada bapak dan adik-adik saya. Yah inti pembicaraan ibu mungkin sudah ada dalam tulisan saya sebelumnya yaitu “ibu sih ga mau buru-buru tapi kalo bisa sebelum 25”. Hadeuh jadi pusing dan kepikiran saya soal itu. Ga buru-buru tapi kalo bisa gak lebih dari 25 hufft. Jujur saat ini saya sudah pasrah dengan hal itu makanya saya ingin mengikuti kursus menulis online karena memang tak mau memikirkan hal itu biarlah saja mengalir apa adanya. Karena rasanya percuma kalo hanya dipikirkan jika tidak diperbuat mungkin. Yah entah secara langsung atau tidak itu rasanya seperti patokan atau target untuk saya dari ibu. Jujur saya tak ingin ada patokan atau target untuk hal itu. Yah kalo Allah menghendaki saya menikah sebelum 25 tahun yah alhamdulilah tapi kalo Allah berkehendak lain saya mau bilang apa? toh semua yang Allah berikan kepada hambanya pasti yang terbaik. Yah sebulan lagi usia saya 23 tahun kalo mengikuti keinginan ibu berarti satu atau dua tahun lagi donk hadeuuuh tepok jidat dah.......

Ibu juga kepoin saya hehehe “ada yang deket?” yah saya jawab jujur saja “tidak ada” toh memang nyatanya begitu. Yang deket sih ga ada tapi kalo yang disuka ada sih tapi belum tentu orang itu suka dengan saya, lagi pula rasanya dia sudah ada calon. Ya sudah lah hahaha. “yah kalo ada yang deketin juga hati-hati jangan asal, orang juga akan mikir kalo akan deketin riri karena riri itu........................” begitu kata ibu (sengaja saya titik-titik karena yang ibu bilang itu adalah sifat saya, biarlah orang lain saja yang menilai). Yah begitulah kiranya pertanyaan dan pesen ibu huft.....

Yah karena sempat kepikiran dan pusing dengan hal itu karena serasa dikejar-kejar sesuatu maka saya pun menceritakan apa yang saya pikirkan kepada teman kerja saya yang tentunya sudah menikah. Karena jika bicara hal ini kepada teman yang belum menikah yah saya rasa sama saja donk hehehe. Yah jawaban teman saya adalah “wajar orangtua nanya kaya gitu apalagi ibu” ya sudah lah. Eh nanya lagi dengan pertanyaan yang sama dengan ibu “ada yang deket?” yah saya menggeleng karena memang seperti itu. Akhirnya saya cerita sempat beberapa waktu lalu saya dikenalin dengan teman SMA teman kerja saya (yang ini teman kerja saya belum nikah yah) yah walau memang sebelumnya dia minta ijin dulu mau atau tidak saya dikenalin dengan teman SMA nya temanan dan kenalan ajah koq ya sudah saya mau saja tapi sebelumnya saya bilang kepada teman kerja saya sebelum saya dikenalin dengan temannya dan sebelum pin bb nya diberikan kepada temannya itu “maaf-maaf kalo nanti dia komplen saya jutek karena memang kaya gitu saya kalo belum kenal bgtz apalagi ke cowok kadang suka sengaja”. Yah setelah saya ceritakan seperti itu kepada teman kerja saya yang telah menikah jawabannya adalah “jangan jutek-jutek sama cowo nanti mikir lagi kalo mau ngedeketin”. Saya jawab saya kaya gitu sengaja pengen tau sesabar apa si cowo dan semental apa dia kalo baru gitu ajah mundur yah gimana coba. Memang sih saat saya bbm sama cowo yang dikenalin teman saya itu, dia pernah bilang “kamu jutek dan judes yah” saya jawab ajah “iyah kalo emang belum kenal kaya gitu”. Yah saya bilang juga sama temen saya yang sudah menikah lagi pula dia juga minta saya ganti dp foto saya tapi dia sendiri dp nya juga ga jelas yah intinya sih ga ada yang ngalah eh tau-tau nya di delcon sama itu cowo ya sudah lah. Yah intinya saran dari teman kerja saya yang telah menikah itu adalah “jangan jutek-jutek sama cowo” huft tapi entahlah. Entah jutek juga kah saya dengan cowo yang saya suka atau saya begitu hanya dengan cowo yang tidak sreg di hati saya? Entahlah hehehe. Saya bingung, jalani sajalah......