apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Senin, 28 September 2015

memahami bayi (baby baby bala bala)

MEMAHAMI BAYI
290415

Apa yang kita rasakan atau apa yang akan kita lakukan jika keluarga, anak atau bahkan diri sendiri diperlakukan sesuatu hal yang notabenenya adalah “negatif”? Misalnya saat pasien bayi menangis di tengah malam yang sudah jelas kita tahu bahwa bayi itu menangis karena haus dan pastinya membutuhkan minum namun kita hanya tidur dan membiarkannya. Pikirkan jika bayi itu adalah anak kita. Tegakah kita seperti itu padanya? Membiarkannya kehausan. Mungkin akan berbeda halnya jika pasien bayi tersebut memang puasa dan menangis karena mungkin dia kesakitan. Karena sesungguhnya suara tangis bayi yang kehausan dengan suara tangis bayi yang kesakitan atau mengalami nyeri pasti rasanya tak akan sama. Seandainya bayi itu adalah anak kita. Apa yang akan kita lakukan? Tak mungkin rasanya jika seorang ibu yang normal dalam artian waras akan membiarkan anaknya mengalami hal seperti itu tadi. Kecuali jika ada sesuatu dengan ibu tersebut bisa saja dia membiarkannya. Anggaplah bayi itu adalah anak kita. Tegakah kita berbuat seperti itu? Dimana kepedulian kita? Walaupun mungkin terkadang orang tua kandungnya sendiri belum tentu memedulikannya. Bahkan bisa saja kehadirannya sangat tidak diinginkan. Namun bisakah kita cuek begitu saja? Jujur sesungguhnya saya pun belum sepenuhnya dengan “kepedulian”. Namun saat mendengar bayi menangis sangat kencang dan tak ada yang memedulikannya maka yang ada dipikiran saya adalah seandainya itu anak saya, tegakah saya seperti itu? Yang mungkin bayi itu hanya butuh minum beberapa menit bahkan hanya dalam hitungan detik bisa saja susu yang kita buat langsung dilahapnya.

Entah kepedulian tersebut hanya milik seseorang yang telah memiliki anak atau tidak. Karena memang notabenenya jika dia belum memiliki anak mungkin akan cuek dengan hal diatas. Namun bisa dimaklum kah hal tersebut? Rasanya tidak bisa sepenuhnya dimaklumkan. Karena pikirkan jika itu terjadi pada anak kita sendiri atau jika itu terjadi pada diri kita sendiri. Rela kah kita dibiarkan begitu saja? Maaf bukan saya menyalahkan, wajar saja rasanya jika ada orang yang ingin memiliki anak namun belum diberi juga oleh Tuhan karena yang saya perhatikan adalah saat bayi tersebut menangis dia sendiri pun cuek. Kasarnya bagaimana Tuhan akan memberinya keturunan yaitu seorang anak jika dia saja terhadap anak orang lain cuek? Maaf bukan saya menjudge namun cobalah berpikir dengan logika dan realistis serta ambil hikmah positifnya mengapa begini dan mengapa begitu?


Karena jujur saja saya pun dahulu seperti itu. Sangat tak suka dengan anak kecil. Yang ada malah saya stres duluan menghadapi anak kecil. Walaupun sekarang juga belum tentu saya tidak stres sendiri menghadapinya. Namun entah mungkin ini yang terbaik untuk saya atau tidak ketika saya ditempatkan di ruangan bayi yang saya sendiri pun bingung mau berbuat apa di ruang tersebut? Apa yang saya mengerti tentang bayi? Namun seiring berjalannya waktu lama-lama saya sedikit mengerti tentang mereka. Ingat loh hanya sedikit dan itu pun baru sedikit mengerti. Bukan memahami. Karena akan berbeda mengerti dengan memahami. Dan rasanya saya pun harus banyak belajar lagi tentang mereka terutama dari sumber terpercaya dan juga dari pengalaman.  Yaitu pengalaman mereka yang telah mempunyai anak yang mungkin dengan ikhlas mengsharenya kepada orang lain. Karena akan terasa sempurna rasanya jika teori, praktik dan pengalaman dijadikan satu. Dan ingat pula anggaplah mereka yaitu bayi sebagai anakmu sendiri. Tegakah jika anakmu diperlakukan seperti itu?