MEMAHAMI BAYI
290415
Apa yang kita rasakan atau apa yang akan
kita lakukan jika keluarga, anak atau bahkan diri sendiri diperlakukan sesuatu
hal yang notabenenya adalah “negatif”? Misalnya saat pasien bayi menangis di
tengah malam yang sudah jelas kita tahu bahwa bayi itu menangis karena haus dan
pastinya membutuhkan minum namun kita hanya tidur dan membiarkannya. Pikirkan
jika bayi itu adalah anak kita. Tegakah kita seperti itu padanya? Membiarkannya
kehausan. Mungkin akan berbeda halnya jika pasien bayi tersebut memang puasa
dan menangis karena mungkin dia kesakitan. Karena sesungguhnya suara tangis
bayi yang kehausan dengan suara tangis bayi yang kesakitan atau mengalami nyeri
pasti rasanya tak akan sama. Seandainya bayi itu adalah anak kita. Apa yang akan
kita lakukan? Tak mungkin rasanya jika seorang ibu yang normal dalam artian
waras akan membiarkan anaknya mengalami hal seperti itu tadi. Kecuali jika ada
sesuatu dengan ibu tersebut bisa saja dia membiarkannya. Anggaplah bayi itu
adalah anak kita. Tegakah kita berbuat seperti itu? Dimana kepedulian kita?
Walaupun mungkin terkadang orang tua kandungnya sendiri belum tentu
memedulikannya. Bahkan bisa saja kehadirannya sangat tidak diinginkan. Namun
bisakah kita cuek begitu saja? Jujur sesungguhnya saya pun belum sepenuhnya
dengan “kepedulian”. Namun saat mendengar bayi menangis sangat kencang dan tak
ada yang memedulikannya maka yang ada dipikiran saya adalah seandainya itu anak
saya, tegakah saya seperti itu? Yang mungkin bayi itu hanya butuh minum beberapa
menit bahkan hanya dalam hitungan detik bisa saja susu yang kita buat langsung
dilahapnya.
Entah kepedulian tersebut hanya milik
seseorang yang telah memiliki anak atau tidak. Karena memang notabenenya jika
dia belum memiliki anak mungkin akan cuek dengan hal diatas. Namun bisa
dimaklum kah hal tersebut? Rasanya tidak bisa sepenuhnya dimaklumkan. Karena
pikirkan jika itu terjadi pada anak kita sendiri atau jika itu terjadi pada
diri kita sendiri. Rela kah kita dibiarkan begitu saja? Maaf bukan saya menyalahkan,
wajar saja rasanya jika ada orang yang ingin memiliki anak namun belum diberi
juga oleh Tuhan karena yang saya perhatikan adalah saat bayi tersebut menangis
dia sendiri pun cuek. Kasarnya bagaimana Tuhan akan memberinya keturunan yaitu
seorang anak jika dia saja terhadap anak orang lain cuek? Maaf bukan saya
menjudge namun cobalah berpikir dengan logika dan realistis serta ambil hikmah
positifnya mengapa begini dan mengapa begitu?
Karena jujur saja saya pun dahulu
seperti itu. Sangat tak suka dengan anak kecil. Yang ada malah saya stres
duluan menghadapi anak kecil. Walaupun sekarang juga belum tentu saya tidak
stres sendiri menghadapinya. Namun entah mungkin ini yang terbaik untuk saya
atau tidak ketika saya ditempatkan di ruangan bayi yang saya sendiri pun
bingung mau berbuat apa di ruang tersebut? Apa yang saya mengerti tentang bayi?
Namun seiring berjalannya waktu lama-lama saya sedikit mengerti tentang mereka.
Ingat loh hanya sedikit dan itu pun baru sedikit mengerti. Bukan memahami.
Karena akan berbeda mengerti dengan memahami. Dan rasanya saya pun harus banyak
belajar lagi tentang mereka terutama dari sumber terpercaya dan juga dari
pengalaman. Yaitu pengalaman mereka yang
telah mempunyai anak yang mungkin dengan ikhlas mengsharenya kepada orang lain.
Karena akan terasa sempurna rasanya jika teori, praktik dan pengalaman
dijadikan satu. Dan ingat pula anggaplah mereka yaitu bayi sebagai anakmu
sendiri. Tegakah jika anakmu diperlakukan seperti itu?