apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Selasa, 23 Oktober 2012

KEROKAN

Secara medis kerokan adalah salah satu metode memperlebar pembuluh darah tepi yang menutup (vasokontiksi) menjadi semakin lebar (vasaditilasi). “Kerokan, tidak berbahaya selama tidak menjadi kebutuhan primer,” ungkap Mulyadi, salah seorang dokter dari Klinik Mediazone. Yang berbahaya apabila budaya kerokan di lakukan secara terus menerus, karena hal tersebut bisa berakibat pecahnya pembuluh darah halus dan kecil dalam jumlah banyak.
Lain halnya jika di lakukan dengan tahap normal, kerokan bisa membuat penderita merasa nyaman karena telah melepas hormon beta endofin. “ Secara ilmiah, praktek yang sangat sederhana ini terbukti telah mampu mengobati gejala masuk angin atau sindroma dingin yang memiliki gejala nyeri otot (mialga).” Mulyadi kembali menegaskan.
Masuk angin memang bukan gejala penyakit yang berbahaya, namun jika frekuensinya sering, alangkah baiknya di lakukan pemeriksaan secara menyeluruh.
Karena ada beberapa penyakit organ lainnya yang di tandai dengan seringnya tubuh masuk angin.

Seorang Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof Didik Gunawan Tamtomo tertarik meneliti mengenai manfaat kerokan. Penelitian itu dilakukan sepanjang tahun 2003-2005.

”Kerokan adalah kearifan lokal. Pasien saya menyatakan, kalau belum kerokan, belum puas,” kata Didik, awal April di Solo.


Pada tahap awal, Didik melakukan survei kuantitatif dan kualitatif. Hasilnya, dari 390 responden berusia 40 tahun ke atas yang mengembalikan kuesioner, hampir 90 persen mengaku kerokan saat ”masuk angin”. Responden Didik adalah para pasien, tetangga, dan pedagang di pasar. Para responden meyakini manfaat kerokan untuk menyembuhkan ”masuk angin”.


Istilah ”masuk angin” sebenarnya tidak dikenal dalam dunia kedokteran. Masuk angin merujuk pada keadaan perut kembung, kepala pusing, demam ringan, dan otot nyeri.


Kerokan di Indonesia biasanya menggunakan uang logam ataupun alat pipih tumpul yang digerakkan di kulit secara berulang-ulang menggunakan minyak sebagai pelicin.


Tidak merusak


Pada tahap kedua, Didik menjadikan dirinya sebagai obyek penelitian. Ia mengerok bagian tangannya lalu dibiopsi, yaitu diambil sedikit jaringan kulit epidermisnya (kulit ari) untuk pemeriksaan mikroskopis.


”Selama ini ada anggapan, orang yang sering dikerok kulitnya akan rusak, pori-pori kulitnya membesar, atau pembuluh darahnya pecah. Namun, hasil pemeriksaan di laboratorium patologi anatomi UNS menunjukkan tidak ada kulit yang rusak ataupun pembuluh darah yang pecah, tetapi pembuluh darah hanya melebar,” kata Didik.


Melebarnya pembuluh darah membuat aliran darah lancar dan pasokan oksigen dalam darah bertambah. Kulit ari juga terlepas seperti halnya saat luluran.


Meningkatkan endorfin


Penelitian tahap akhir adalah penelitian biomolekuler, yakni pemeriksaan darah dari orang yang kerokan dan orang yang tidak kerokan. Didik mengumpulkan sejumlah orang dengan kondisi serupa, seperti berat badan, usia, dan mengalami nyeri otot sebagai salah satu ciri ”masuk angin”. Semua responden adalah perempuan karena mereka dinilai lebih suka kerokan daripada laki-laki.

Para responden dibagi dalam dua kelompok dan menjalani pemeriksaan darah. Kelompok pertama kemudian dikerok, sedangkan kelompok kedua tidak. Seluruh responden selanjutnya diperiksa lagi darahnya. Ada empat hal yang diamati, yakni perubahan kadar endorfin, prostaglandin, interleukin, serta komplemen C1 dan C3.


Hasilnya, kadar endorfin orang-orang yang dikerok naik signifikan. Peningkatan endorfin membuat mereka nyaman, rasa sakit hilang, lebih segar, dan bersemangat.


Kadar prostaglandin turun. Prostaglandin adalah senyawa asam lemak yang antara lain berfungsi menstimulasi kontraksi rahim dan otot polos lain serta mampu menurunkan tekanan darah, mengatur sekresi asam lambung, suhu tubuh, dan memengaruhi kerja sejumlah hormon. Di sisi lain, zat ini menyebabkan nyeri otot. Penurunan kadar prostaglandin membuat nyeri otot berkurang.


”Adapun perubahan komplemen C3, C1, dan interleukin yang menggambarkan adanya reaksi peradangan tidak signifikan,” kata Didik.


Ia menyarankan, kerokan sebaiknya dimulai dari atas ke bawah di sisi kanan dan kiri tulang belakang, dilanjutkan dengan garis-garis menyamping di punggung bagian kiri dan kanan. Alat pengerok dipegang 45 derajat agar saat bergesekan dengan kulit tidak terlalu sakit.


Salah satu unsur dalam kerokan yang mendukung pengobatan adalah hubungan emosional antara orang yang dikerok dan orang yang mengerok. ”Ibu yang mengerok anaknya sambil bercerita merupakan unsur biopsikososial dalam pengobatan yang kini digalakkan dalam pengobatan modern,” kata Didik.


Pada intinya, kerokan sebagai kearifan lokal bermanfaat untuk mendapatkan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri otot. Namun, seperti halnya obat, tidak baik jika berlebihan.

Dr. Handrawan Nadesul menjelaskan fungsi kerokan lebih untuk mengembangkan pembuluh darah di kulit yang semula menguncup akibat terpapar dingin atau kurang gerak. Setelah kerokan, pembuluh darah akan terbuka dan aliran darah kembali mengalir deras. Penambahan arus aliran darah ke permukaan kulit ini meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan virus dan penyakit.

Cara lain mengusir masuk angin adalah dengan pijat. Dengan dipijat, otot menjadi lemas dan pembuluh darah halus di dalamnya melebar sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisi tersedia untuk jaringan otot. Toksin yang menyebabkan pegal pun dapat segera dibawa aliran darah untuk dibuang atau dinetralkan.
Dengan kerokan, pembuluh halus (kapiler) di permukaan kulit bahkan pecah dan terlihat sebagai jejak merah di tempat yang dikerok. Para pemijat sering mengatakan tanda merah itu bukti bahwa Anda masuk angin. Padahal, orang sehat bila dikerok pun akan meninggalkan jejak merah yang sama. Tetapi tidak pernah ada orang sehat yang dikerok, 'kan?

"Tidak ada istilah masuk angin dalam ilmu kedokteran," kata dr Kartono Mohamad, mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Dunia kedokteran tak pernah mengenal istilah "masuk angin". Gejala-gejala yang ditimbulkan seperti perut kembung, nyeri otot, pusing, sakit tenggorokan, bersin-bersin, sampai batuk dan pilek merupakan gejala-gejala dari penyakit lain. Penyakit yang diderita bisa bermacam-macam tergantung gejalanya. Sahabat anehdidunia.blogspot, perut kembung secara kedokteran didiagnosa sebagai gejala maag atau adanya ganggguan lambung dan gangguan pencernaan lainnya. Sedangkan pusing, sakit tenggorokan, bersin, batuk dan pilek bisa merupakan gejala flu. Badan pegal atau nyeri otot bisa disebabkan karena orang tersebut terlalu capek dan kurang istirahat. http://anehdidunia.blogspot.com

"Jadi tak ada yang namanya masuk angin. Masuk angin hanyalah kosakata yang diciptakan oleh masyarakat kita," tegas dr Yuni Astuti.

Kebanyakan orang mendiagnosa sendiri bahwa dirinya masuk angin. Ketika masuk angin mereka memilih pengobatan dengan cara 'kerokan'. Selain lebih mudah, kerokan dianggap lebih manjur daripada harus mengonsumsi obat-obatan. dr Kartono menjelaskan bahwa sebenarnya kerokan hanyalah mengalihkan rasa sakit yang diderita pasien, tetapi tidak bisa mengobati penyakit itu. Kerokan dapat menyebabkan aliran darah ke kulit lebih lancar, sehingga badan akan merasa lebih segar.

"Kerokan prinsipnya sama dengan bekam," kata dr Yuni. Kerokan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang sudah tidak berfungsi dengan baik atau yang banyak mengandung CO2 akibat polusi. Sehingga dengan teknik kerokan, dapat mengeluarkan uap-uap polusi dalam darah dan orang akan merasa lebih enakan.
http://anehdidunia.blogspot.com

Kerokan biasanya dapat menimbulkan ketagihan atau kecanduan. Orang yang sudah terbiasa dikerok merasa belum baikan jika belum menjalani ritual itu. Tapi menurut dr Yuni, terlalu sering melakukan kerokan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang masih berfungsi dengan baik, dan hal ini bisa membahayakan kesehatan. dr Yuni menyarankan, sebaiknya orang yang mendiagnosa dirinya masuk angin berkonsultasi dengan dokter, agar tidak terjadi kesalahan diagnosa dan akhirnya malah memperparah penyakit yang dideritanya.

Kerokan ini pun dipercaya sebagai bukti nyata dalam perwujutan ilmu Einstein (E=MC2) yang menerangkan bahwa energi muncul karena pergesekan dua benda. Jika permukaan tubuh kita digosok-gosokan dengan tangan atau benda tumpul dengan cepat, maka suhu panas dalan tubuh akan meningkat. Karena meningkatnya panas dalam tubuh, maka akan terjadilah perlebaran pembuluh darah sehingga oksigenasi menjadi lebih baik karena peredaran darah kembali lancar dan rasa sakit ditubuhpun mereda.

Saat kita mengerok punggung kita, akan terjadi “Inflamasi”. Inflamasi bertujuan untuk menetralisir penyebab sakit dan menghilangkan jaringan yang telah mati sehingga proses penyembuhan menjadi lebih cepat. Inflamasi memiliki ciri seperti kemerahan pada kulit yang dikerok yang menandakan karena adanya jaringan yang meradang yang mengandung banyak darah akibat pembuluh kapiler yang tadinya kosong karena menyempit telah melebar dan diisi oleh darah. Itulah mengapa saat punggung kita dikerok akan timbul warna kemerahan atau merah kebiruan pada kulit.
Walaupun kerokan termasuk ampuh dalam mengusir gejala masuk angin, namun terdapat bahaya yang tidak kita sadari yang bisa membuat badan menjadi lebih sakit. Bahaya ini memang tidak langsung berdampak pada tubuh kita melainkan akan kita rasakan dikemudian hari. Bahaya yang bisa di akibatkan oleh pengobatan “Kerokan” adalah sebagai berikut :
1. Mengakibatkan Kontraksi Dini
Seperti yang kita tahu bahwa saat dikerok atau dikerik, maka akan terjadi Infamasi. Nah yang menjadi masalah adalah reaksi penolakan terhadap Inflamasi tubuh. Saat terjadi Inflamasi, maka mediator anti Inflamasi akan mengeluarkan suatu zat yang disebut “Cytokines” yang merupakan sel yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Zat ini akan memicu pelepasan Prostaglandin yang bisa menyebabkan kontraksi pada rahim. Oleh sebab itu, bagi ibu-ibu yang sedang hamil sangat dilarang penyembuhan dengan cara dikerok karena bisa mengakibatkan timbulnya kontraksi dini akibat munculnya zat Prostaglandin.
2. Masuknya Bakteri dan Virus
Saat kita mengerok atau mengerik tubuh kita, pori-pori kulit akan terbuka lebar oleh karena efek gesekan kulit dengan benda tumpul maupun karena panas tubuh yang meningkat. Saat pori-pori kita membesar maka akan memudahkan angin masuk kembali ketubuh dengan membawa bakteri dan virus dari udah kedalam tubuh. Memang efeknya tidak akan langsung terasa oleh tubuh kita tapi akan muncul efek dikemudian hari. Sebagian besar orang akan merasa ketagihan saat dikerok dan pasti akan melakukannya lagi saat dia terserang masuk angin. Nah semakin sering kita dikerok dan semakin sering pula pori-pori kita melebar, maka akan semakin banyak juga virus dan bakteri yang masuk kedalam tubuh kita.
Anda sih boleh memilih ingin melakukan pengobatan kerokan atau dengan pengobatan lain. Kerokan memang terbilang sangat murah, bahkan tidak mengeluarkan biaya sedikitpun. Akan tetapi kita juga perlu mempertimbangkan resiko terburuk untuk kesehatan kita. Jangan sampai karena biayanya murah, Anda jadi ketagihan dan tidak memikirkan efek sampingnya.

23 oktober 2012