apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Selasa, 29 September 2015

lembaran dan kepingan

LEMBARAN & KEPINGAN YANG BERHARGA
150415
Lembaran dan kepingan yang berharga? Lembaran yang berharga, apakah itu? kepingan yang berharga, apakah itu? yang kalau kata orang sih “hijau itu mata liat itu” apakah itu? uang? Yah uang lah yang saya maksud disini. Lembaran dan kepingan yang berharga yaitu uang.
Semua orang yang masih hidup di dunia ini pastilah butuh uang. Jangankan yang hidup, meninggal pun masih membutuhkan uang. Iya kan? Kenapa begitu? Ingat loh sekarang ini dalam prosesi pemakaman tidak gratis ini berarti pemakaman membutuhkan biaya dengan kata lain meninggal pun masih membutuhkan uang. Jika yang meninggal saja masih butuh uang lalu bagaimana dengan yang masih hidup? Entah setuju atau tidak dengan pernyataan ini “hanya orang munafik lah yang mengatakan bahwa ia tak butuh uang”. Entah butuh banyak atau sedikit yang namanya butuh tetaplah butuh. Yaitu butuh uang.
Sempat saya berpikir bagaimana jika di jaman sekarang ini yang namanya “uang” ditiadakan? Mungkin sebelum ada “uang” kehidupan ini masih tetap berjalan dengan sistem barter. Masih ingat kan dengan sistem barter? Yaitu tukar menukar barang? Bagaimana jika sistem barter diterapkan dikehidupan yang sekarang ini? Entahlah.
Tentang uang saya baru tersadar karena beberapa hari lalu saat melihat jumlah saldo atm yang cukup membuat saya termenung. Bagaimana jika saldo di atm saya nol? Yang berarti saya tak punya uang lagi. Karena mengingat akhir-akhir ini pemasukan sedang minim yang ada malah sebaliknya. Akhirnya ya sudah saldo atm lah imbasnya. Lalu bagaimana saya hidup jika saya tak punya uang? Saya jadi tersadar mengapa banyak orang mati-matian bekerja atau berbuat sesuatu entah baik atau buruk untuk mendapatkan uang agar dapat bertahan hidup. Begitupun juga saya. Masa saya mau minta lagi dengan orangtua. Malu donk....
Betapa pentingnya uang dalam hidup ini. Wajar juga mungkin jika hampir setiap tahun setiap tanggal satu mei bertepatan dengan hari buruh para buruh hampir selalu berdemo dan tuntutan dalam demo tersebut hampir setiap tahunnya adalah sama yaitu menuntut upah. Sayangnya yang sering berdemo menuntut upah hanyalah selalu buruh. Kenapa tidak ada dari profesi lain yang berdemo menuntut upah yang sesuai standar yah? Dari itu saya berpikir tentang keuangan dalam rumah tangga. Mengingat pengeluaran saya saja jika dihitung-hitung nominalnya cukup banyak untuk bayar ini lah untuk bayar itu lah. Dan ingat loh itu pengeluaran saya yang masih single. Saya berpikir bagaimana dengan mereka yang sudah berumah tangga dengan upah yang seadanya dan yang bekerja hanya lah kepala rumah tangga yang membawahi anggotanya yaitu anak-anak dan istri. Bagaimana mereka bisa mengatur keuangan mereka dengan pemasukan yang ada? Bagaimana cara mereka mencukupi kebutuhan hidup tanpa harus meminjam sana sini? Jika dipikir pengeluaran dalam rumah tangga mungkin adalah pembayaran listrik, air, belanja, uang sekolah anak, mungkin juga cicilan rumah dan mungkin masih banyak yang lainnya. Yang pasti jika dihitung-hitung nominal pengeluaran dalam rumah tangga pastilah tidak sedikit. Bagaimana mereka mencukupi kebutuhannya tanpa berhutang dan dengan upah seadanya yang mungkin disesuaikan dengan UMR?
Bagaimana jika seandainya sang kepala keluarga tak bekerja dan sakit lalu tak punya uang untuk berobat dan pastinya tak punya uang untuk memenuhi kebutuhan lainnya? Haduh jujur saya tak bisa membayangkan hal itu. Apalagi jika hal itu terjadi kepada saya.
Saya teringat ketika dahulu saat masih sekolah dan pastinya setiap bulan pihak sekolah selalu memberikan kartu untuk pembayaran sekolah. Karena saat itu saya masih harus membayar sekolah. Mungkin berbeda dengan sekarang. Setiap bulan saya selalu menyerahkan kartu pembayaran sekolah tersebut kepada orang tua saya terutama bapak tanpa berbicara apapun karena saya tau pasti bapak telah mengerti kenapa saya memberi kartu tersebut. Saat itu saya tak pernah berpikir ada atau tidaknya uang. Saya tidak pernah memikirkan apakah orangtua saya memiliki uang atau tidak untuk membayarnya? Karena saat itu menurut saya itu sudah kewajiban orangtua untuk membayar biaya sekolah karena sudah kewajiban orangtua juga untuk menyekolahkan anaknya jika punya anak. Itulah yang ada dipikiran saya saat itu. Memang orangtua saya tak pernah mengeluh punya uang atau tidak. Biasanya mereka hanya bilang “nanti yah” atau “nanti dulu yah belum gajian”. Dan saya pun tak tau berapa penghasilan bapak saya saat itu. sekalipun saya pernah tau mungkin saya hanya sekedar tau dan tak mengerti bagaimana sulitnya keuangan orang tua saya saat itu. bagaimana sulitnya mengatur keuangan agar saya bisa sekolah dan kebutuhan lain terpenuhi tanpa harus berhutang? Bagaimana mati-matiannya orangtua bekerja agar anak-anaknya dapat bertahan hidup? Dan biasanya orangtua akan melakukan apapun agar anaknya itu tidak mengalami kesulitan.
Dan saya baru tersadar akan semua itu ketika saya melihat saldo atm saya yang semakin hari semakin menipis karena lebih sering diambil isinya. Lembaran lembaran yang berharga. Yang jika tak ada mungkin orang akan mengalami susah dalam hidup ini. Lembaran lembaran dan kepingan kepingan receh yang juga berharga. Mungkin kepingan receh untuk sebagian orang tak berharga tapi tak berlaku untuk sebagian orang lainnya. Walaupun dalam hidup ini uang bukanlah segalanya dan bukan hanya uang pula yang dibutuhkan manusia dalam hidup. Tapi tetap jika tak punya uang bagaimana bisa manusia dapat bertahan hidup sekarang ini? Mungkin arti lembaran berharga tidak harus selalu uang. Tetapi lembaran berharga itu juga bisa saja berupa dokumen penting. Namun terkadang dari dokumen tersebut kita bisa mendapatkan uang atau dengan kata lain mungkin dokumen tersebut bisa diuangkan. Yah itulah lembaran dan kepingan yang berharga.

Jangan menganggap sepele tentang lembaran dan kepingan itu walaupun hanya berupa lembaran selembar atau kepingan yang hanya sekeping. Ingat suatu saat kita bisa saja sangat membutuhkan itu semua. Karena tak akan jadi seribu jika tak ada seratus. Tak akan jadi sepuluh ribu jika tak ada seribu. Apa maksudnya? Ingat loh jika tak ada seratus maka yang seharusnya nominal adalah seribu akan menjadi sembilan ratus dan juga sebaliknya yaitu jika tak ada seribu yang harusnya berjumlah sepuluh ribu maka akan berjumlah sembilan ribu bukan? Walaupun mungkin terkadang orang mengatakan “akh Cuma seratus atau seribu ini koq”. Eits jangan anggap sepele tak ada seratus tak bisa jadi seribu dan tak ada seribu tak bisa jadi sepuluh ribu.