LEMBARAN
& KEPINGAN YANG BERHARGA
150415
Lembaran dan kepingan yang
berharga? Lembaran yang berharga, apakah itu? kepingan yang berharga, apakah
itu? yang kalau kata orang sih “hijau itu mata liat itu” apakah itu? uang? Yah
uang lah yang saya maksud disini. Lembaran dan kepingan yang berharga yaitu
uang.
Semua orang yang masih hidup di
dunia ini pastilah butuh uang. Jangankan yang hidup, meninggal pun masih
membutuhkan uang. Iya kan? Kenapa begitu? Ingat loh sekarang ini dalam prosesi
pemakaman tidak gratis ini berarti pemakaman membutuhkan biaya dengan kata lain
meninggal pun masih membutuhkan uang. Jika yang meninggal saja masih butuh uang
lalu bagaimana dengan yang masih hidup? Entah setuju atau tidak dengan
pernyataan ini “hanya orang munafik lah yang mengatakan bahwa ia tak butuh
uang”. Entah butuh banyak atau sedikit yang namanya butuh tetaplah butuh. Yaitu
butuh uang.
Sempat saya berpikir bagaimana jika
di jaman sekarang ini yang namanya “uang” ditiadakan? Mungkin sebelum ada
“uang” kehidupan ini masih tetap berjalan dengan sistem barter. Masih ingat kan
dengan sistem barter? Yaitu tukar menukar barang? Bagaimana jika sistem barter
diterapkan dikehidupan yang sekarang ini? Entahlah.
Tentang uang saya baru tersadar
karena beberapa hari lalu saat melihat jumlah saldo atm yang cukup membuat saya
termenung. Bagaimana jika saldo di atm saya nol? Yang berarti saya tak punya
uang lagi. Karena mengingat akhir-akhir ini pemasukan sedang minim yang ada
malah sebaliknya. Akhirnya ya sudah saldo atm lah imbasnya. Lalu bagaimana saya
hidup jika saya tak punya uang? Saya jadi tersadar mengapa banyak orang
mati-matian bekerja atau berbuat sesuatu entah baik atau buruk untuk
mendapatkan uang agar dapat bertahan hidup. Begitupun juga saya. Masa saya mau
minta lagi dengan orangtua. Malu donk....
Betapa pentingnya uang dalam hidup
ini. Wajar juga mungkin jika hampir setiap tahun setiap tanggal satu mei
bertepatan dengan hari buruh para buruh hampir selalu berdemo dan tuntutan
dalam demo tersebut hampir setiap tahunnya adalah sama yaitu menuntut upah.
Sayangnya yang sering berdemo menuntut upah hanyalah selalu buruh. Kenapa tidak
ada dari profesi lain yang berdemo menuntut upah yang sesuai standar yah? Dari
itu saya berpikir tentang keuangan dalam rumah tangga. Mengingat pengeluaran
saya saja jika dihitung-hitung nominalnya cukup banyak untuk bayar ini lah
untuk bayar itu lah. Dan ingat loh itu pengeluaran saya yang masih single. Saya
berpikir bagaimana dengan mereka yang sudah berumah tangga dengan upah yang
seadanya dan yang bekerja hanya lah kepala rumah tangga yang membawahi
anggotanya yaitu anak-anak dan istri. Bagaimana mereka bisa mengatur keuangan
mereka dengan pemasukan yang ada? Bagaimana cara mereka mencukupi kebutuhan
hidup tanpa harus meminjam sana sini? Jika dipikir pengeluaran dalam rumah
tangga mungkin adalah pembayaran listrik, air, belanja, uang sekolah anak,
mungkin juga cicilan rumah dan mungkin masih banyak yang lainnya. Yang pasti
jika dihitung-hitung nominal pengeluaran dalam rumah tangga pastilah tidak
sedikit. Bagaimana mereka mencukupi kebutuhannya tanpa berhutang dan dengan
upah seadanya yang mungkin disesuaikan dengan UMR?
Bagaimana jika seandainya sang
kepala keluarga tak bekerja dan sakit lalu tak punya uang untuk berobat dan
pastinya tak punya uang untuk memenuhi kebutuhan lainnya? Haduh jujur saya tak
bisa membayangkan hal itu. Apalagi jika hal itu terjadi kepada saya.
Saya teringat ketika dahulu saat
masih sekolah dan pastinya setiap bulan pihak sekolah selalu memberikan kartu
untuk pembayaran sekolah. Karena saat itu saya masih harus membayar sekolah.
Mungkin berbeda dengan sekarang. Setiap bulan saya selalu menyerahkan kartu
pembayaran sekolah tersebut kepada orang tua saya terutama bapak tanpa
berbicara apapun karena saya tau pasti bapak telah mengerti kenapa saya memberi
kartu tersebut. Saat itu saya tak pernah berpikir ada atau tidaknya uang. Saya
tidak pernah memikirkan apakah orangtua saya memiliki uang atau tidak untuk
membayarnya? Karena saat itu menurut saya itu sudah kewajiban orangtua untuk
membayar biaya sekolah karena sudah kewajiban orangtua juga untuk menyekolahkan
anaknya jika punya anak. Itulah yang ada dipikiran saya saat itu. Memang
orangtua saya tak pernah mengeluh punya uang atau tidak. Biasanya mereka hanya
bilang “nanti yah” atau “nanti dulu yah belum gajian”. Dan saya pun tak tau
berapa penghasilan bapak saya saat itu. sekalipun saya pernah tau mungkin saya
hanya sekedar tau dan tak mengerti bagaimana sulitnya keuangan orang tua saya
saat itu. bagaimana sulitnya mengatur keuangan agar saya bisa sekolah dan
kebutuhan lain terpenuhi tanpa harus berhutang? Bagaimana mati-matiannya
orangtua bekerja agar anak-anaknya dapat bertahan hidup? Dan biasanya orangtua
akan melakukan apapun agar anaknya itu tidak mengalami kesulitan.
Dan saya baru tersadar akan semua
itu ketika saya melihat saldo atm saya yang semakin hari semakin menipis karena
lebih sering diambil isinya. Lembaran lembaran yang berharga. Yang jika tak ada
mungkin orang akan mengalami susah dalam hidup ini. Lembaran lembaran dan
kepingan kepingan receh yang juga berharga. Mungkin kepingan receh untuk
sebagian orang tak berharga tapi tak berlaku untuk sebagian orang lainnya.
Walaupun dalam hidup ini uang bukanlah segalanya dan bukan hanya uang pula yang
dibutuhkan manusia dalam hidup. Tapi tetap jika tak punya uang bagaimana bisa
manusia dapat bertahan hidup sekarang ini? Mungkin arti lembaran berharga tidak
harus selalu uang. Tetapi lembaran berharga itu juga bisa saja berupa dokumen
penting. Namun terkadang dari dokumen tersebut kita bisa mendapatkan uang atau
dengan kata lain mungkin dokumen tersebut bisa diuangkan. Yah itulah lembaran
dan kepingan yang berharga.
Jangan menganggap sepele tentang
lembaran dan kepingan itu walaupun hanya berupa lembaran selembar atau kepingan
yang hanya sekeping. Ingat suatu saat kita bisa saja sangat membutuhkan itu
semua. Karena tak akan jadi seribu jika tak ada seratus. Tak akan jadi sepuluh
ribu jika tak ada seribu. Apa maksudnya? Ingat loh jika tak ada seratus maka
yang seharusnya nominal adalah seribu akan menjadi sembilan ratus dan juga
sebaliknya yaitu jika tak ada seribu yang harusnya berjumlah sepuluh ribu maka
akan berjumlah sembilan ribu bukan? Walaupun mungkin terkadang orang mengatakan
“akh Cuma seratus atau seribu ini koq”. Eits jangan anggap sepele tak ada
seratus tak bisa jadi seribu dan tak ada seribu tak bisa jadi sepuluh ribu.