GAJI
Gaji, seperti
yang kita tahu merupakan sesuatu yang kita dapat dari hasil kerja kita terhadap
sebuah instansi pekerjaan baik itu pemerintah mau pun swasta. Setiap orang yang
sudah bekerja, maka pertanyaan yang lazim dilontarkan kepadanya adalah “kerja
dimana?”, “kerja dibagian apa?”, “gaji perbulannya berapa?”, “enak gak
kerjanya?” (makanan kali akh enak atau gak? Hehehe).
Nah jka sudah
nanya soal gaji, agak sensitif deh rasanya. Biasanya saat ada orang yang
bertanya kepada saya soal gaji maka saya menjawab seperti ini “di bawah umr”.
Saya pikir jawaban tersebut sudah cukup karena bisa diperkiraan berapa gajinya
jika dibawah umr itu tetapi ternyata tidak. Malah makin kepo dia, “iya di bawah
umr nya berapa?”. Duh dalam hati kepo banget deh nih orang. Dijawab salah gak
dijawab juga kadang salah. Yaudah karena memaksa saya jawabnya saja seadanya.
Sudah dijawab eh masih nanya lagi “enak gak kerja disana?”. Saya jawab saja
“enak gak enak, namanya juga kerja mah pasti capek, setiap kerjaan pasti ada
resikonya, emang kenapa sih? Ada apaan?”. Akhirnya terbongkarlah mengapa ia
bertanya seperti itu. Kata dia “ya kalau disana lebih enak mau pindah”. “loh
memang kenapa di tempat kamu?” tanya saya karena penasaran. Eh jawabannya malah
“ya gitu deh”. Huft jawaban yang tak memuaskan untuk saya.
Terkadang saat
seseorang melamar sebuah pekerjaan memang yang dilihat pertama adalah gajinya
berapa? Ya wajar saja memang. Namun apakah pantas? Dalam arti mungkin
seharusnya sang pelamar pun menyadari berapa gaji yang sepantasnya diterima
olehnya berdasarkan pendidikan dan pengalamannya. Jika pendidikan tinggi dan
pengalamannya juga banyak dan sudah bertahun-tahun dibidangnya memang wajar
jika menuntut gaji yang tinggi. Tetapi seharusnya dilihat lagi, pantaskah ia
mendapatkannya.
Saya paling
kesal jika mau bekerja maka yang ditanya pertama adalah gaji. Ditambah pula
orang itu fresh graduate non pengalaman. Saya rasa untuk yang seperti itu
mendapat pekerjaan sementara dahulu dengan gaji seadanya pun sudah cukup. Yang
penting jangan besar pasak dari pada tiang. Pernah sempat berpikir seandainya
saya menjadi pemilik suatu tempat pekerjaan dan ada fresh graduate non
pengalaman yang melamar pekerjaan serta menuntut gaji, maka langsung saya tolak
dia apalagi jika tuntutannya itu melebihi batas tanpa jaminan apa yang akan dia
berikan kepada pekerjaan tersebut.
Ohiya bedakan
juga gaji dengan penghasilan. Mengapa? Karena gaji adalah sesuatu yang kita
dapat tiap bulannya atau tiap minggu jika gajiannya tiap minggu dan itu dengan
nominal yang biasanya tetap. Sedangkan penghasilan adalah sesuatu yang kita
dapat dalam kurun waktu tertentu dan biasanya itu diluar gaji, sejenis tambahan
atau bonus gitu yang jumlahnya terkadang tidak menetap. Karena tergantung dari
apa yang telah kita kerjakan. Semisal pekerja
yang mendapatkan gaji setiap bulan dari pekerjaannya, tetapi ternyata
dia memiliki usaha lain di luar pekerjaannya dan usahanya itu membuah hasil
maka hasil usahanya itu adalah sebuah pendapatan lain di luar gajinya sebagai
pekerja. Gajinya ditambah dengan pendapatan dari hasil usahanya itu adalah yang
disebut dengan penghasilan seluruhnya. Maka seseorang yang tidak bekerja untuk
suatu instansi pekerjaan, melainkan ia mempunyai usaha sendiri dalam arti
menjadi pengusaha maka ia tidak akan pernah menerima gaji tetapi ia mendapatkan
penghasilan dari hasil usahanya sendiri yang jumlahnya sudah pasti biasanya tak
menentu.
Menurut saya
jika kita bekerja hanya melihat berapa gaji yang akan kita peroleh setiap
bulannya. Maka pekerjaan kita itu tak akan menetap dalam arti kita tak akan
pernah puas untuk bekerja di satu tempat. Pastinya akan mencari dan mencari
lagi tempat lain yang berani memberi gaji besar. Hingga akhirnya ia akan selalu
berpindah-pindah tempat pekerjaan bukan karena tak betah atau tak nyaman,
tetapi karena ia selalu merasa kurang dengan gaji yang ia dapatkan. Misal
seseorang sekarang bekerja di tempat A dengan gaji 2 juta, kemudian ia
mendengar di tempat B gajinya 3 juga maka ia langsung pindah ke tempat itu
karena gajinya lebih tinggi. Tak lama kemudian ia mendengar lagi di tempat C
gajinya 4 juta, ia pun pindah ke tempat itu. Begitu seterusnya ia akan pindah
jika mendengar di suatu tempat gajinya lebih tinggi dari tempatnya bekerja
sekarang tanpa memikirkan tempat pekerjaan itu seperti apa dalam arti jauhkah
tempat itu dari tempat tinggalnya. Karena jika tempat pekerjaannya itu jauh
dari tempat tinggalnya, maka menurut saya sebesar apapun gaji yang diterima
akan habis untuk ongkos perjalanan dari tempat tinggal menuju tempat pekerjaan
belum lagi hitungan capek dan macet yang harus dibayar dengan membeli makanan
atau sejenisnya. Mungkin jika dipikir lagi ada baiknya gaji secukupnya tetapi
tidak jauh dari tempat tinggal sehingga masih bisa berhemat walaupun gaji
seadanya.
Menerima gaji
atau upah memang merupakan hak seorang pekerja yang telah bekerja untuk suatu
instansi pekerjaan. Tetapi nominalnya yang tidak tertera di dalam undang-undang
(salah satu contohnya undang-undang keperawatan). Sehingga menyebabkan adanya
perbedaan gaji diantara tempat pekerjaan, mengingat kemampuannya menggaji
pekerja.
Jika bekerja
dengan hati dalam hal ini ada keikhlasan dalam bekerja maka berapa pun gaji
yang kita terima insya Allah akan cukup untuk kehidupan kita sehari-hari
apalagi jika kita selalu bersyukur.