apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Selasa, 09 Februari 2016

gaji



GAJI

Gaji, seperti yang kita tahu merupakan sesuatu yang kita dapat dari hasil kerja kita terhadap sebuah instansi pekerjaan baik itu pemerintah mau pun swasta. Setiap orang yang sudah bekerja, maka pertanyaan yang lazim dilontarkan kepadanya adalah “kerja dimana?”, “kerja dibagian apa?”, “gaji perbulannya berapa?”, “enak gak kerjanya?” (makanan kali akh enak atau gak? Hehehe).

Nah jka sudah nanya soal gaji, agak sensitif deh rasanya. Biasanya saat ada orang yang bertanya kepada saya soal gaji maka saya menjawab seperti ini “di bawah umr”. Saya pikir jawaban tersebut sudah cukup karena bisa diperkiraan berapa gajinya jika dibawah umr itu tetapi ternyata tidak. Malah makin kepo dia, “iya di bawah umr nya berapa?”. Duh dalam hati kepo banget deh nih orang. Dijawab salah gak dijawab juga kadang salah. Yaudah karena memaksa saya jawabnya saja seadanya. Sudah dijawab eh masih nanya lagi “enak gak kerja disana?”. Saya jawab saja “enak gak enak, namanya juga kerja mah pasti capek, setiap kerjaan pasti ada resikonya, emang kenapa sih? Ada apaan?”. Akhirnya terbongkarlah mengapa ia bertanya seperti itu. Kata dia “ya kalau disana lebih enak mau pindah”. “loh memang kenapa di tempat kamu?” tanya saya karena penasaran. Eh jawabannya malah “ya gitu deh”. Huft jawaban yang tak memuaskan untuk saya.

Terkadang saat seseorang melamar sebuah pekerjaan memang yang dilihat pertama adalah gajinya berapa? Ya wajar saja memang. Namun apakah pantas? Dalam arti mungkin seharusnya sang pelamar pun menyadari berapa gaji yang sepantasnya diterima olehnya berdasarkan pendidikan dan pengalamannya. Jika pendidikan tinggi dan pengalamannya juga banyak dan sudah bertahun-tahun dibidangnya memang wajar jika menuntut gaji yang tinggi. Tetapi seharusnya dilihat lagi, pantaskah ia mendapatkannya.

Saya paling kesal jika mau bekerja maka yang ditanya pertama adalah gaji. Ditambah pula orang itu fresh graduate non pengalaman. Saya rasa untuk yang seperti itu mendapat pekerjaan sementara dahulu dengan gaji seadanya pun sudah cukup. Yang penting jangan besar pasak dari pada tiang. Pernah sempat berpikir seandainya saya menjadi pemilik suatu tempat pekerjaan dan ada fresh graduate non pengalaman yang melamar pekerjaan serta menuntut gaji, maka langsung saya tolak dia apalagi jika tuntutannya itu melebihi batas tanpa jaminan apa yang akan dia berikan kepada pekerjaan tersebut.

Ohiya bedakan juga gaji dengan penghasilan. Mengapa? Karena gaji adalah sesuatu yang kita dapat tiap bulannya atau tiap minggu jika gajiannya tiap minggu dan itu dengan nominal yang biasanya tetap. Sedangkan penghasilan adalah sesuatu yang kita dapat dalam kurun waktu tertentu dan biasanya itu diluar gaji, sejenis tambahan atau bonus gitu yang jumlahnya terkadang tidak menetap. Karena tergantung dari apa yang telah kita kerjakan. Semisal pekerja  yang mendapatkan gaji setiap bulan dari pekerjaannya, tetapi ternyata dia memiliki usaha lain di luar pekerjaannya dan usahanya itu membuah hasil maka hasil usahanya itu adalah sebuah pendapatan lain di luar gajinya sebagai pekerja. Gajinya ditambah dengan pendapatan dari hasil usahanya itu adalah yang disebut dengan penghasilan seluruhnya. Maka seseorang yang tidak bekerja untuk suatu instansi pekerjaan, melainkan ia mempunyai usaha sendiri dalam arti menjadi pengusaha maka ia tidak akan pernah menerima gaji tetapi ia mendapatkan penghasilan dari hasil usahanya sendiri yang jumlahnya sudah pasti biasanya tak menentu.

Menurut saya jika kita bekerja hanya melihat berapa gaji yang akan kita peroleh setiap bulannya. Maka pekerjaan kita itu tak akan menetap dalam arti kita tak akan pernah puas untuk bekerja di satu tempat. Pastinya akan mencari dan mencari lagi tempat lain yang berani memberi gaji besar. Hingga akhirnya ia akan selalu berpindah-pindah tempat pekerjaan bukan karena tak betah atau tak nyaman, tetapi karena ia selalu merasa kurang dengan gaji yang ia dapatkan. Misal seseorang sekarang bekerja di tempat A dengan gaji 2 juta, kemudian ia mendengar di tempat B gajinya 3 juga maka ia langsung pindah ke tempat itu karena gajinya lebih tinggi. Tak lama kemudian ia mendengar lagi di tempat C gajinya 4 juta, ia pun pindah ke tempat itu. Begitu seterusnya ia akan pindah jika mendengar di suatu tempat gajinya lebih tinggi dari tempatnya bekerja sekarang tanpa memikirkan tempat pekerjaan itu seperti apa dalam arti jauhkah tempat itu dari tempat tinggalnya. Karena jika tempat pekerjaannya itu jauh dari tempat tinggalnya, maka menurut saya sebesar apapun gaji yang diterima akan habis untuk ongkos perjalanan dari tempat tinggal menuju tempat pekerjaan belum lagi hitungan capek dan macet yang harus dibayar dengan membeli makanan atau sejenisnya. Mungkin jika dipikir lagi ada baiknya gaji secukupnya tetapi tidak jauh dari tempat tinggal sehingga masih bisa berhemat walaupun gaji seadanya.

Menerima gaji atau upah memang merupakan hak seorang pekerja yang telah bekerja untuk suatu instansi pekerjaan. Tetapi nominalnya yang tidak tertera di dalam undang-undang (salah satu contohnya undang-undang keperawatan). Sehingga menyebabkan adanya perbedaan gaji diantara tempat pekerjaan, mengingat kemampuannya menggaji pekerja.

Jika bekerja dengan hati dalam hal ini ada keikhlasan dalam bekerja maka berapa pun gaji yang kita terima insya Allah akan cukup untuk kehidupan kita sehari-hari apalagi jika kita selalu bersyukur.