apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Sabtu, 13 Februari 2016

ngejar waktu



MENGEJAR WAKTU

Jumat lalu 12 februari 2016 saya ada janji pertemuan dengan seorang marketing manager sebuah penerbit buku kesehatan di kampus untuk membicarakan soal sponsor seminar. Perjanjian awal adalah jam 12an. Karena itu saya agak nyantai karena saya pikir mungkin setelah waktu shalat jumat. Tetapi ternyata saat sedang diperjalanan sekitar jam 11.30 wib, saya di telepon oleh sang manager itu dan mengabarkan bahwa ia telah berada di kampus. Spontan saya panik, karena belum jam 12 dan masih dalam perjalanan. Sedangkan teman yang lain tak ada satu pun yang berada di kampus untuk menemani orang itu. Saya pun bingung karena siapa yang bisa menemani manager itu sebelum saya tiba di kampus. Mengingat perjalanan saya hingga kampus pasti masih membutuhkan waktu yang lumayan lama sekitar satu jam. Di perjalanan pun saya tidak tenang dan rasanya ingin cepat sampai tujuan. Akhirnya saya mendapatkan kabar bahwa ada seorang dosen yang akan menemani saya untuk bertemu dengan manager itu. Saya pikir sang dosen tersebut pasti ada di kampus. Maka saya pun menelepon dosen tersebut untuk meminta tolong menemani manager itu sebelum saya sampai disana. Karena jujur ada rasa tak tenang dan tak enak jika ditunggu orang apalagi orang itu penting dan seperti dikejar oleh waktu. Di perjalanan dengan menggunakan angkot saya pun selalu melihat jam yang ada di handphone. Ingin cepat-cepat sampai dan ingin rasanya saya bilang kepada abang angkotnya “cepetan, ngebut deh kalau bisa”. Ya tau sendiri angkot, kalau isinya kosong alias penumpang masih sedikit jalannya kaya kura-kura lama banget. Apalagi jika sang penumpang sedang diburu oleh waktu, aduh berasa banget lamanya. Sudah begitu angkot tersebut bukan melewati jalan biasa alias berputar-putar dahulu mencari penumpang yang lain. Ingin rasanya bilang “cepetan, saya sudah ditunggu orang” tapi takut dijawab begini “kalau mau cepet jangan naik angkot mba, naik taksi atau motor ajah”. Akhirnya saya hanya bisa diam sambil berdoa agar orang itu tak kecewa karena saya pasti telah bertemu dengannya. Saya pun sampai kampus sekitar jam 12.30 dan sang manager itu telah bersama sang dosen yang telah membicarakan soal penawaran sponsor sebelumnya. Mulai lega rasanya setelah tiba di kampus dan terlihat orang itu tidak kecewa karena saya pun memberikan alasan keterlambatan saya sampai di tempat itu.