MENGEJAR WAKTU
Jumat lalu 12 februari 2016 saya ada
janji pertemuan dengan seorang marketing manager sebuah penerbit buku kesehatan
di kampus untuk membicarakan soal sponsor seminar. Perjanjian awal adalah jam
12an. Karena itu saya agak nyantai karena saya pikir mungkin setelah waktu
shalat jumat. Tetapi ternyata saat sedang diperjalanan sekitar jam 11.30 wib,
saya di telepon oleh sang manager itu dan mengabarkan bahwa ia telah berada di
kampus. Spontan saya panik, karena belum jam 12 dan masih dalam perjalanan.
Sedangkan teman yang lain tak ada satu pun yang berada di kampus untuk menemani
orang itu. Saya pun bingung karena siapa yang bisa menemani manager itu sebelum
saya tiba di kampus. Mengingat perjalanan saya hingga kampus pasti masih
membutuhkan waktu yang lumayan lama sekitar satu jam. Di perjalanan pun saya
tidak tenang dan rasanya ingin cepat sampai tujuan. Akhirnya saya mendapatkan
kabar bahwa ada seorang dosen yang akan menemani saya untuk bertemu dengan
manager itu. Saya pikir sang dosen tersebut pasti ada di kampus. Maka saya pun
menelepon dosen tersebut untuk meminta tolong menemani manager itu sebelum saya
sampai disana. Karena jujur ada rasa tak tenang dan tak enak jika ditunggu
orang apalagi orang itu penting dan seperti dikejar oleh waktu. Di perjalanan
dengan menggunakan angkot saya pun selalu melihat jam yang ada di handphone.
Ingin cepat-cepat sampai dan ingin rasanya saya bilang kepada abang angkotnya
“cepetan, ngebut deh kalau bisa”. Ya tau sendiri angkot, kalau isinya kosong
alias penumpang masih sedikit jalannya kaya kura-kura lama banget. Apalagi jika
sang penumpang sedang diburu oleh waktu, aduh berasa banget lamanya. Sudah begitu
angkot tersebut bukan melewati jalan biasa alias berputar-putar dahulu mencari
penumpang yang lain. Ingin rasanya bilang “cepetan, saya sudah ditunggu orang”
tapi takut dijawab begini “kalau mau cepet jangan naik angkot mba, naik taksi
atau motor ajah”. Akhirnya saya hanya bisa diam sambil berdoa agar orang itu
tak kecewa karena saya pasti telah bertemu dengannya. Saya pun sampai kampus
sekitar jam 12.30 dan sang manager itu telah bersama sang dosen yang telah
membicarakan soal penawaran sponsor sebelumnya. Mulai lega rasanya setelah tiba
di kampus dan terlihat orang itu tidak kecewa karena saya pun memberikan alasan
keterlambatan saya sampai di tempat itu.