apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Selasa, 10 Juni 2014

NEC (NECROTIZING ENTEROCOLITIS)

NEC (NECROTIZING ENTEROCOLITIS)



Proverawati, Atikah dan Rahmawati, Eni. 2010. Kapita selekta ASI & MENYUSUI. Nuha Medika. Yogyakarta

manfaat ASI yaitu menurunkan angka infeksi saluran pernapasan bawah, otitis media (otitis pada telinga tengah), meningitis bakteri (radang selaput otak), infeksi saluran kemih, diare, necrotizing enterocolitis.

Mengenai necrotizing enterocolitis, saya jadi teringat sesuatu yaitu ada seorang bayi yang di vonis susp nec diakibatkan perut si bayi tersebut yang selalu kembung, padahal awalnya bayi tersebut minum ya memang sih minum susu formula. Oh ya bayi tersebut kembar. Tapi saya kurang tau kondisi bayi kembarannya karena kembarannya tidak dirawat sepertinya. Karena bayi tersebut kembung terus-terusan maka dilakukanlah pemeriksaan foto polos abdomen namun hasilnya saya tidak ketahui karena si bayi tersebut keburu tiada. Oh ya bayi tersebut juga bblr dengan berat badan yang saya lupa hehehe. Dan maaf data-data mengenai bayi tersebut saya tidak dapatkan karena itu tadi bayinya keburu meninggal hehehe.

Mengulas sedikit mengenai NEC
Necrotizing enterocolitis (NEC) adalah Masalah usus yang berpotensi berbahaya,biasanya terjadi dua sampai tiga minggu setelah lahir. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan makan, komplikasi perut bengkak dan lainnya. Bayi dengan NEC diobati dengan antibiotik dan diberi makan secara intravena (melalui pembuluh darah) sambil menyembuhkan usus. Dalam beberapa kasus, operasi diperlukan untuk menghilangkan bagian-bagian yang rusak dari usus

Necrotizing enterocolitis (NEC) merupakan salah satu kegawatdaruratan gastrointestinal yang tersering pada bayi baru lahir, terutama pada bayi prematur. NEC didefinisikan sebagai suatu peradangan akut pada saluran pencernaan dengan kerusakan yang bervariasi mulai dari kerusakan mukosa ringan sampai pada nekrosis dan perforasi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan NEC adalah prematuritas, kolonisasi bakteri yang abnormal, pengaruh makanan, serta iskemia dan hipoksia saluran pencernaan. Oleh karena manifestasi klinis NEC tidak spesifik, ahli radiologi memegang peran penting dalam diagnosis, pemantauan perkembangan penyakit, dan deteksi komplikasi. Tanda-tanda radiologi dapat mendahului tanda klinis sehingga ahli radiologi tidak saja berada dalam posisi yang pertama kali untuk mendiagnosis NEC, namun merupakan yang pertama kali juga dalam memprediksi atau mendeteksi komplikasi yang memerlukan tindakan pembedahan. Sampai saat ini pemeriksaan foto polos abdomen masih menjadi andalan untuk menilai NEC. Pada foto polos abdomen gambaran NEC yang dapat dinilai adalah pola distribusi udara dalam usus, pneumatosis intestinalis, gambaran udara di dalam vena porta, dan pneumoperitoneum. Ultrasonografi (USG) juga berperan pada diagnosis NEC. Keuntungan utama dari USG untuk pemeriksaan NEC adalah USG bersifat real-time, dapat dilakukan di samping tempat tidur pasien, non-invasif, dan tanpa radiasi. USG dapat memperlihatkan pneumatosis intestinalis, tebal dinding usus, ekogenisitas, dan kemampuan peristaltis usus, serta koleksi cairan.


Diatas telah dijelaskan mengenai apa itu NEC. Jadi saya rasa tak perlu mengulas penjelasan diatas karena sudah benar-benar mengenai apa itu NEC? Yang intinya adalah kelainan pencernaan pada bayi BBLR.

31MEI2014

ASI

ASI

okeh saya akan menulis mengenai ASI kembali yang sebelumnya telah saya tulis. Namun kali ini saya menulis tentang ASI dari buku yang berbeda dengan sebelumnya. Isinya memang hampir sama. Dan inilah bukunya

Sibagariang, eva ellya. Pusmaika, rangga. Rismalinda. 2010.Kesehatan Reproduksi Wanita. Trans Info Media. Jakarta.
Ibu dengan hepatitis B aktif tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya dan bayi tersebut harus diberi hepatitis B imunoglobulin. (inget loh hepatitis B aktif dan ini sama dengan tulisan saya sebelumnya mengenai ASI). Ibu yang terinfeksi CMV dapat menularkannya melalui ASI maka untuk mencegah penularan laktasi dihentikan.(kemungkinan asi mengandung virus tersebut memang ada namun ASI CMV tersebut mengandung zat antibodi yang melindungi infeksi CMV, maka dari tulisan saya sebelumnya mengenai ASI, ibu dengan CMV tetap dianjurkan menyusui bayinya).
ibu yang menderita pre eklampsia atau eklampsia dan mendapat pengobatan diuretik, antihipertensi, dan sedativa sebaiknya bayi jangan diberi ASI namun jika pengobatan tersebut dihentikan ibu dianjurkan menyusui bayinya. Ibu penderita TBC boleh menyusui bayinya. Namun jika TBC payudara tidak dianjurkan menyusui bayinya (ini sesuai dengan tulisan ASI sebelumnya).
Ibu berpenyakit seperti lepra, diare, diabetes melitus, dan hypertyroidisme boleh menyusui bayinya. Tetap dengan syarat pengobatan ibu terlebih dahulu. (ditulisan sebelumnya tentang ASI terdapat bahwa ibu yang menderita sakit tetap menyusui bayinya).


Sekian tulisan ASI yang kedua. Lebih sedikit bukan? Dan inti dari kedua tulisan tersebut rasanya sudah bisa dipastikan bahkan sudah bisa disimpulkan. Kesimpulannya tak jauh dari tulisan ASI sebelumnya bahwa ASI TETAPLAH YANG TERBAIK.

31MEI2014

ASI & MENYUSUI

ASI & MENYUSUI

Yeah akhirnya saya belajar menulis lagi. Sempat tertunda beberapa waktu. Dan kali ini saya ingin menulis mengenai ASI. Kenapa? Karena ada beberapa hal yang saya bingung mengenai ASI. Apa aja yang saya bingungkan? Lebih baik langsung aja kita bahas hehehe. Tapi sebelumnya saya akan menampilkan gambar-gambar yang saya dapatkan serta mengulasnya supaya lebih jelas. Okeh lets go. Inilah judul buku yang saya baca.
Yah KAPITA SELEKTA ASI & MENYUSUI yang akan saya ulas mengenai isinya yang menurut saya menarik hehehe.

pada gambar di atas tertera bahwa ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol berlebihan, mempunyai penyakit HIV / AIDS, berpenyakit TBC aktif dan tidak diobati, berpenyakit varisela (cacar) serta herpes aktif tidak diperkenankan menyusui.
Namun jika terinfeksi cytomegalovirus (CMV) dapat menyusui dengan alasan ASI tersebut mengandung antibodi dan ibu berpenyakit hepatitis B dapat menyusui dengan syarat bayi telah diberikan imunoglobulin hepatitis B atau vaksin hepatitis B tetapi jika hepatitis B si ibu sedang aktif maka menyusui sebaiknya tidak dilakukan.


Dan sekarang saya akan mengulas mengenai MENYUSUI berdasarkan gambar diatas. Menyusui dapat menurunkan berat badan ibu, mengurangi resiko hipertensi bagi ibu, meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan anak, menurunkan angka kejadian kanker indung telur dan kanker payudara, mengurangi angka kejadian osteoporosis dan patah tulang panggul, menurunkan kejadian obesitas, memperlambat ovulasi setelah melahirkan maka menyusui dapat sebagai KB alamiah.
Dan ini adalah manfaat ASI yaitu menurunkan angka infeksi saluran pernapasan bawah, otitis media (otitis pada telinga tengah), meningitis bakteri (radang selaput otak), infeksi saluran kemih, diare, necrotizing enterocolitis. (next penjelasan mengenai NEC)
Sedangkan pada bayi yang kekurangan ASI dapat mudah terkena infeksi seperti infeksi telinga, infeksi saluran pencernaan, anemia, penyakit kulit, alergi dan pengembangan karies gigi.

Mengulas penjelasan sebelumnya tertera bahwa ibu berpenyakit HIV / AIDS tidak diperkenankan menyusui, namun pada gambar diatas dijelaskan bahwa ibu yang positiff HIV menyusui secara eksklusif bayinya selama 6 bulan maka akan menurunkan resiko penularan terhadap bayinya dan ASI HIV dapat di pasteurisasi karena virus HIV dapat dinonaktifkan dengan memanaskan ASI pada suhu derajat yang tinggi. Tapi gak tau ye berapa suhunya? Hehehe. Nah ini pertama yang saya bingung. Padahal masih dalam satu buku. Yang menjadi pertanyaan saya adalah “apakah ibu dengan HIV / AIDS boleh menyusui bayinya?” karena dalam satu buku pun terdapat dua jawaban yang berbeda.

Dan hal ini pun sama terjadi, pada penjelasan sebelumnya tertera ibu berpenyakit TBC aktif dan tidak diobati tidak diperkenankan menyusui namun gambar tersebut menjelaskan bahwa resiko penularan TBC melalui ASI hampir tidak ada, kecuali infeksi TBC tersebut pada payudara dan ibu yang TBC batuk atau bernafas di muka bayinya maka beresiko penularan TBC. Itu sih ibunya yang salah hehehe. Jadi pertanyaan saya hampir sama seperti diatas yaitu “apakah ibu TBC boleh menyusui bayinya? Jika tidak, dengan alasan apa tidak dibolehkan menyusui? sedangkan penularan tidak melalui ASI kecuali jika dikhawatirkan si ibu batuk atau bernafas di muka bayi”.

Cytomegalovirus (CMV) yaaah untuk yang satu ini penjelasan sebelumnya dengan penjelasan gambar di atas adalah sama yaitu ibu berpenyakit CMV dianjuurkan untuk terus menyusui bayinya karena ASI mengandung zat antibodi yang melindungi penyakit CMV walaupun ada kemungkinan ASI mengandung virus CMV namun resiko penularannya kecil. Okeh untuk yang ini gak jadi masalah dan tidak membingungkan saya. Siiip deh hehehe.

Mengapa bayi tidak dapat menyusu?

Mengapa ibu tidak dapat menyusui bayinya?
Silakan baca ajjah yah tulisan yang ada digambar karena saya rasa tak perlu ada yang diulas hehehe.

Diatas tertera mengenai ibu yang disarankan tidak menyusui bayinya karena masalah kesehatan dan salah satunya tertera HIV dan TBC aktif. Sedangkan pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai ibu berpenyakit HIV dan TBC aktif. Jadi saya rasa tidak perlu dijelaskan ulang. Karena kesimpulan dan jawaban pasti pun belum jelas. Jadi terserah anda sajalah hehehe.

Obat-obatan selama menyusui

kontrasepsi selama menyusui

nifas

mastitis



faktanya bayi kurang dari 6 bulan yang menyusu ASI eksklusif jika diare tidak perlu diberi cairan lain karena ASI mengandung air 90%. jika diare berat rujuk. Tapi koq bisa diare y? Kalo ASI mengandung 90% air? Apa ada yang salah? Bisa ajah hehehe.


Faktanya ASI pada hari pertama setelah melahirkan adalah kolostrum sebanyak 1 sendok makan yang sudah mencukupi kebutuhan bayi baru lahir dan semakin sering ibu menyusui bayinya makan semakin banyak ASI yang dikeluarkan.



Penjelasan diatas sebenarnya adalah jawaban atas penasaran saya selama ini. Koq penasaran? Bukan pertanyaan? Ya karena pada kenyataannya saya tidak pernah menanyakan hal ini. Tapi penasaran ya. Kenapa di tempat saya kerja bayi-bayinya minum menggunakan gelas atau cawan? Saya hanya pikir supaya lebih cepat karena bayinya banyak dan jika meminumkan bayinya menggunakan sendok atau botol dot itu akan lebih lama karena bayi yang minum memakai botol dot si bayi tersebut minum menurut kemauannya jadi lama buuuuu. Dan akhirnya saya menemukan jawabannya yaitu jika bayi terpaksa diberi susu formula, gunakan cangkir / gelas jangan diberikan dengan botol dan dot karena dalam botol dan dot seting tertinggal sisa susu bayi dan sisa susu tersebut menjadi tempat yang subur bagi tumbuhnya kuman sehingga membuat bayi diare, batuk dan demam lagipula bagian dalam botol dan dot sangat sulit di bersihkan serta bayi yang terlalu kecil atau bayi sakit ASI yang telah diperah diberikan dengan cangkir atau gelas bersih. Itulah jawabannyaaaaaaa.


Ibu yang menderita sakit, tetap melanjutkan menyusui karena menyusui dapat membantu mempercepat penyembuhan penyakit ibu dan bayi yang sakit / diare tetapi diberi ASI karena ASI merupakan cairan hidup yang mengandung zat-zat anti infeksi yang berguna bagi bayi.

Relaktasi




Daaaaan sekianlah ulasan saya mengenai ASI waaaah banyak banget yaaaaa. Tapi ini mungkin part 1 (hah part 1????) karena masih ada ulasan mengenai ASI dari buku lain walau gak selengkap buku ini. Namun sepertinya bisa untuk dijadikan perbandingan hehehe. Dan kesimpulannya menurut saya adalah BIAR BAGAIMANAPUN ASI TETAPLAH YANG TERBAIK KARENA KANDUNGAN ASI SANGAT DIBUTUHKAN DAN BERMANFAAT BAGI BAYI SERTA TIDAK ADA SUSU FORMULA YANG DAPAT MENANDINGI ASI YANG DIBERIKAN GRATIS OLEH ALLAH SWT. Sekian dan terima kasiih.


Proverawati, Atikah dan Rahmawati, Eni. 2010. Kapita selekta ASI & MENYUSUI. Nuha Medika. Yogyakarta 

31MEI2014