apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Kamis, 26 Desember 2019

TITIK BALIK

Prajabatan atau yang sekarang lebih disebut dengan PELATIHAN DASAR CPNS (LATSAR CPNS) yang gue lakukan di tahun 2018 kurang lebih selama 3 bulan merupakan salah satu titik balik dalam hidup gue. Kenapa????? Karena pada masa tersebutlah ada hal baik atau kebiasaan baik yang gue tinggalkan cukup lama yaitu kurang lebih 5 tahun yaitu selama gue bekerja di salah satu rumah sakit pemerintah sebagai honorer kembali gue lakukan selama masa Latsar CPNS tersebut yaitu shalat tahajud. Gue ingat banget hampir 5 tahun selama gue bekerja hal tersebut hampir saja gue tinggalkan. Sedangkan gue ingat banget selama gue kuliah kebiasaan tersebut hampir selalu gue lakukan.

Masa prajabatan atau latsar CPNS merupakan titik balik gue untuk kembali beribadah salah satunya shalat malam atau tahajud. Karena pada masa tersebut gue merasa resah gelisah cemas dan sangat ga nyaman banget. Mungkin karena adanya tugas tugas yang menurut gue cukup sulit karena buat gue tugas tersebut lebih dari tugas skripsi yang pernah gue kerjakan. Dimana gue harus mengajukan beberapa judul untuk tugas gue kemudian mengerjakan dan tidak cukup satu orang untuk mendukung tugas gue tersebut.

Gue berharap kebiasaan tersebut tidak hilang dan tetap bertahan hingga kapan pun. Maka dari itu gue membuat suatu hukuman untuk diri gue sendiri jika gue lalai melaksanakannya dengan alasan yang hampir gue sengaja. Dan cukup saja gue yang tau..................................

Senin, 23 Desember 2019

SABUK HITAM

Pernah ada yang mengatakan padaku
"Untuk apa latihan karate, jika tak mau bertanding"

Jujur saja aku cukup tersinggung dengan perkataan tersebut

Namun sekarang yang terjadi adalah

"Buat apa menyandang gelar sabuk hitam, jika tak lagi latihan bahkan tak pernah terlihat lagi"

Bukankah seseorang penyandang karate sabuk hitam adalah seorang karateka sabuk putih yang tak pernah berhenti untuk latihan?????

Jika ditanya kenapa sampai sekarang aku tak pernah mau ikut ujian kenaikan sabuk hitam
Alasannya adalah...............
Jujur saja aku takut jika menyandang predikat sebagai karateka sabuk hitam namun tak bisa lagi latihan karate secara rutin dengan alasan apapun

Malu rasanya jika sabuk hitam hanya sekedar pakaian dibadan saja

JAUH

Awalnya ku tak mengerti
Kenapa orang tua tak pernah mengijinkan anak-anaknya untuk sekolah atau bekerja di luar kota

Namun.....
Lama-lama aku paham
Kenapa orang tua seperti itu

Ketika orang tua sakit kemudian harus dirawat
Disaat itulah bingung jika memiliki anak namun berada di luar kota

Maka itu aku mulai berpikir
Apa gunanya punya anak banyak atau lebih dari satu
Namun ketika orang tua sakit tak ada satu anak pun yang bisa mengurusnya

Semisalnya pun seandainya sang anak di luar kota
Cukup kah ketika orang tua sakit hanya mengirimkan seseorang untuk mengurusnya ya semacam asisten atau pembantu rumah tangga yang sudah jelas adalah orang lain dan bahkan tak ada hubungan keluarga apapun??????

Terkadang

Bisa gak kalau tak dirawat?
Loh kenapa?
Iyah soalnya tak ada yang nunggu
Emang ga ada keluarga lain atau anaknya gitu?
Ada sih anak, tapi tinggal jauh di luar kota semua

Disitulah aku mulai berpikir
Punya anak banyak atau lebih dari satu namun jika SEMUANYA jauh untuk apa?

Ingat loooh SEMUANYA
Namun jika ada salah satu dari sekian banyak anak yang masih tinggal dekat walaupun tak bersama ataupun satu rumah mungkin itu akan lebih baik

Selasa, 01 Oktober 2019

KAMERA


KAMERA

01 oktober 2019
Bukan maksud review kamera atau pun share tetapi numpang curhat tentang kekesalan saya pada sebuah toko kamera.

Siang itu 03 juli 2019 saya sengaja mengunjungi toko kamera di sebuah mall di kawasan tangerang (Tangcity Mall). Ketika itu sedang bertanya-tanya mengenai harga kamera yang sedang saya incar. Yah memang saat itu saya sambil memainkan handphone saat menanyakan mengenai harga kamera yang saya inginkan. Hingga akhirnya sang pemilik toko mengatakan seperti ini.

“Jangan lihat internet kak” seolah mengetahui bahwa saya sedang mengecek harga kamera di handphone saya. Saya balas saja “loh kan itu harga pusat” sambil terus melihat handphone lalu pemilik toko mengatakan “yah silakan saja kak beli online yang sesuai harga belum ongkos kirim dan resikonya” karena kesal saya langsung saja meninggalkan toko tersebut.

Saya pikir, darimana pelanggan tau harga pasar atau bukan kalau tidak dari internet. Toh saya mengecek harga tersebut dari situs resmi merk kamera yang saya inginkan. Karena menurut saya harga yang pemilik toko tadi tawarkan jauh sekali dari harga yang tertera dan ditetapkan oleh merk dagang serta tidak dapat aksesoris apapun. Toh kalau bisa dapat harga yang sesuai dengan harga pusat kenapa tidak? Saya tidak mencari harga murah atau pun mahal namun mencari harga yang sesuai dengan yang telah ditetapkan. Toh beli barang harga murah pun saya tak terlalu berani apalagi elektronik bukan hanya soal asli dan palsu namun soal legal dan tidaknya.

Akhirnya saya pun searching mengenai toko kamera lain yang resmi dan bukan abal-abal seperti tadi. Tau lah tangan bertangan pasti harga makin bertambah. Sempat saya berpikir untuk beli online karena menemukaan harga yang sesuai tapi saya berpikir lagi dan khawatir juga karena barang elektronik dan harga pun tak murah. Hingga akhirnya saya membuka instagram dan menemukan ini.





Rasanya seperti tertolong karena harga yang ditawarkan sesuai dengan harga pusat yang saya inginkan dan tokonya pun menurut saya resmi. Akhirnya kekesalan saya pun terbalas dan tidak menyesal meninggalkan toko sebelumnya





Saya mengatakan bahwa toko tersebut resmi karena kwitansinya seperti diatas dan bukan nota kwitansi tulis tangan. Benar resmi atau tidaknya saya mohon maaf. Satu hal yang pasti saya PUAS dengan harga yang diberikan yaitu kamera SONY DSC H300 dengan tas LUMINOZ seharga 2.450.000

Trima kasih………………

Jumat, 23 Agustus 2019

SEHAT ATAU PANJANG UMUR

SEHAT ATAU PANJANG UMUR ?????

Kalau ada pilihan antara sehat atau panjang umur ? apa yang akan kau pilih ? SEHAT atau PANJANG UMUR ???

Gue pribadi sih lebih pillih SEHAT. Kenapa ?????

Karena kalau pilih PANJANG UMUR itu belum tentu SEHAT.

Mohon maaf bukan maksud menyindir atau bagaimana?

Kita lihat saja banyak orang yang panjang umur namun menderita suatu penyakit.

Misalnya seseorang yang mengidap gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah rutin 2-3 kali seminggu.

Orang tersebut mungkin saja PANJANG UMUR namun karena mengidap penyakit mengharuskannya untuk rutin cuci darah 2-3 seminggu.

Dari hal tersebut apakah seseorang yang PANJANG UMUR itu SEHAT ?????

Silakan jawab dan pikirkan sendiri saja yah hehehe

Berbeda dengan SEHAT

Karena SEHAT dan tidak menderita suatu penyakit apapun maka hidupnya akan PANJANG UMUR dan menikmati hidup dengan senikmat-nikmatnya

Jadi

PANJANG UMUR itu belum tentu SEHAT

Tetapi kalau

SEHAT itu Insya Allah akan PANJANG UMUR

Jadi yang penting adalah SEHAT

YANG PENTING MAH SEHAT wkwkwkwkwk

Sekian hehehe

Rabu, 07 Agustus 2019

durian emas

DURIAN EMAS








Seperti durian
Berduri tapi manis
Terlihat berduri
Tak mudah disentuh
Tak mudah dipegang
Tak mudah dibawa
Harga pun tak murah
Namun
Ketika dibelah
Akan terasa manis aslinya
Begitulah harusnya

Karena emas tak semurah perak atau perunggu

Walaupun untuk meraih perunggu saja tak mudah
Diam itu emas
Emas itu mahal
Begitulah seharusnya

Karena mutiara didasar lautan tak bisa terlihat langsung oleh mata kecuali menyelam hehe

pekerjaan


PERJALANAN PEKERJAAN

 5 agustus 2019

Tanpa basa basi dan pendahuluan apapun karena gue ga suka basa basi. Gue lulus kuliah diploma tiga tahun 2011 kemudian gue mencoba melamar pekerjaan di beberapa rumah sakit sekitar dan luar tangerang baik melamar langsung maupun via email. Banyak lamaran yang gue kirimkan dan beberapanya ada yang dipanggil namun lebih banyak yang tidak. Setiap mengajukan lamaran mungkin ada hingga 10 instansi pekerjaan gue ajukan lamaran gue karena gue berpikir yah kali aja banyak mengajukan lamaran ada yang dipanggil. Ya memang dari sekian banyak lamaran yang gue ajukan beberapanya ada yang dipanggil namun gagal di pertengahan hingga akhirnya yang berhasil lulus pertama kali itu adalah ketika gue melamar di RS ARIYA MEDIKA JATAKE karena tidak lama setelah gue ajukan lamaran ditempat tersbeut langsung sorenya gue dipanggil untuk tes bahkan jika tak salah saat itu gue masih di jalan pulang. Ada juga instansi pekerjaan yang panggilannya gue tolak karena ada peraturan tidak boleh berjilbab. Bodo dah gue langsung tolak aja toh rejeki tidak terputus ketika gue menolak pekerjaan dengan alasan tidak boleh mengenakan jilbab. Padahal waktu itu gue udah datang untuk tes dan ketika mau tes ibu HRD yang saat mengenakan jilbab memberitahu bahwa peraturannya perawat tidak boleh memakai jilbab saat bekerja. Ya sudah gue langsung pamit aja untuk pulang dengan alasan tersebut.

Gue mulai bekerja di rumah sakit swasta tepat RS ARIYA MEDIKA DI DAERAH JATAKE pada akhir november 2011. Tahun 2012 tepatnya tanggal 1 april 2012 gue pindah kerja karena di tempat lama gue merasa status gue sebagai karyawan ga jelas. Mengingat saat itu gue merasa telah menjalani kontrak tiga bulan namun di bulan ke empat tidak ada penandatanganan kontrak untuk selanjutnya. Karena seperti itu lah akhirnya gue berani untuk melamar pekerjaan ditempat lain. Pada bulan keempat bekerja tersebut gue memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di beberapa rumah sakit negeri dan swasta yaitu RS USADA INSANI dan RSUD KABUPATEN TANGERANG.

Memang rejeki mungkin yah, pagi hari gue manaruh lamaran di RS USADA INSANI dan sorenya gue ditelepon untuk tes esok hari. Waktu itu di akhir bulan maret 2012. Tes-tes gue lakukan kurang lebih satu minggu. Hingga akhirnya tanggal 1 April 2012 gue harus sudah mulai bekerja di RS USADA INSASI tersebut. Maka gue pun harus keluar dari RS ARIYA MEDIKA secepatnya. Gue pun akhirnya mengajukan surat resign sehari sebelum gue harus keluar. Yah emang parah sih ngasihnya. Tapi mau bagaimana lagi? Daripada tidak ada pemberitahuan sama sekali dan tahu-tahu hilang. Itu yang gue pikir saat itu. Terserah sih mau acc atau ga surat tersebut toh gue akan tetap keluar karena gue sudah dapat pekerjaan di tempat lain. Setelah gue berikan surat tersebut gaji yang harusnya gue terima malah ditarik lagi oleh pihak RS ARIYA MEDIKA jadilah gue ga terima gaji terakhir sama sekali. Cukup lah gue bekerja di RS ARIYA MEDIKA selama 4 bulan dari desember 2011 hingga maret 2012.

April 2012 pindahlah gue ke tempat kerja baru yaitu RS USADA INSANI namun di RS ini pun gue hanya bertahan kurang lebih 3 bulan karena pada juli 2012 gue diterima bekerja di RSUD KABUPATEN TANGERANG. Tepatnya bulan mei yaitu sebulan setelah gue bekerja di RS USADA INSANI, gue mendapat panggilan untuk tes di RSUD KABUPATEN TANGERANG. Lamaran yang gue taruh di RSUD KABUPATEN TANGERANG berbarengan dengan RS USADA INSANI. Bedanya adalah waktu pemanggilan. Kalau RS USADA INSANI sehari setelah menaruh lamaran langsung tes namun jika RSUD KABUPATEN TANGERANG sebulan setelah menaruh lamaran baru dipanggil tes. Namun jalani saja toh semua ada hikmahnya.

Selama tiga bulan bekerja di RS USADA INSANI selama itu pula gue menjalani tes di RSUD KABUPATEN TANGERANG. Tes pertama ke tes selanjutnya itu berjarak kurang lebih satu bulan karena gue menjalani kurang lebih 3 kali tes yaitu tes teori kemudian tes praktek dan ketiga tes kesehatan. Dari tes praktek hingga tes kesehatan memang tidak lama sih hanya beberapa minggu. Entah kebetulan atau tidak semua tes gue jalani itu di hari jumat dan kebetulan juga saat gue libur kerja di RSUD USADA INSANI. Mungkin juga orang tua lebih setuju dan ridho jika gue bekerja di RSUD KABUPATEN TANGERANG hingga akhirnya semua tes yang gue jalani lulus ketahap selanjutnya.

Setelah dinyatakan lulus tes di RSUD KABUPATEN TANGERANG dan harus segera bekerja di tempat tersebut. Saat itu juga gue keluar dari RS USADA INSANI tanpa surat resign alias KABUR karena gue takut gaji yang harusnya gue terima hilang begitu saja. Gue hanya bilang dengan kawan seruangan gue toh sebelumnya juga teman-teman gue sudah banyak yang resign dengan cara seperti itu  yaitu KABUR setelah menerima gaji. Memang sih awalnya banyak yang nyinyir ketika gue bilang mau keluar, ada yang berkata seperti ini “kalau sudah keluar dari sini susah untuk masuk sini lagi” dalam hati gue “siapa juga yang mau masuk sini lagi??? Kalau di tempat baru gue resign lagi juga ga akan ke RS ini lagi larinya”

Dan mulailah gue bekerja di RSUD KABUPATEN TANGERANG mulai 25 juni 2012 hingga 31 desember 2017. Karena pada tahun 2017 gue lulus tes cpns di RSK SITANALA hingga akhirnya saat ini gue bekerja di tempat tersebut. Cukuplah lima tahun bekerja di RSUD KABUPATEN TANGERANG. Mungkin juga doa orang tua. Karena orang tua pernah berkata “insya Allah 5 tahun diangkat PNS” dan itu kejadian walaupun menjadi PNS nya bukan di tempat yang sama. Ingat omongan adala DOA dan kita tak tahu DOA siapa yang akan diijabah.

Singkat cerita riwayat pekerjaan gue :
1.      RS ARIYA MEDIKA AKHIR NOVEMBER 2011 – MARET 2012 (keluar kabur)
2.      RS USADA INSANI APRIL 2012 – JUNI 2012 (keluar kabur)
3.      RSUD KABUPATEN TANGERANG 25 JUNI 2012 – 31 DESEMBER 2017 (keluar resmi karena lulus CPNS)
4.      RSK SITANALA 1 JANUARI 2018 – SEKARANG







Kalau pindah dan akan mendapatkan hal yang lebih baik, kenapa tidak? Tapi ingat yah LEBIH BAIK. Namun jika pindah dan kemungkinan hanya akan mendapatkan hal yang lebih buruk, yah lebih baik pikir lagi saja lah. Karena ingat HIJRAH itu untuk hal yang lebih baik.

Kamis, 04 Juli 2019

OBAT


HALALKAH JUAL OBAT PASIEN???

Februari 2018 pertama kali menginjakkan kaki di ruangan ini. Saat itu ada keluarga pasien mengatakan bahwa “infus habis” yang berarti cairan infus harus ganti yang baru. Saya pun segera mencari cairan infus tersebut, namun cairan yang seharusnya saya berikan itu tak ada. Hingga akhirnya saya memberi cairan infus lain, dimana sebelumnya saya bertanya kepada dokter yang sedang magang “cairan infus apa yang kandungannya hampir sama dengan RL”. Atas jawabannya tersebutlah saya akhirnya mengganti cairan infus tersebut.

Kemudian, saat ada pasien baru dari poli dan harus dilakukan infus saya pun harus menunggu pihak keluarga mengambil obat dan peralatan infus karena ternyata tidak ada stok sama sekali / kosong.

Kemudian saat jam pemberian obat siang hari, saya tak bisa memberikan obat karena obat dan alatnya tidak ada di kotak obat pasien.

Kemudian saat ada pasien yang harus dilakukan tindakan rawat luka saya pun tak dapat melakukannya karena kassa dan verban serta cairan pembersih luka tidak ada / kosong.

Nah atas pengalaman itulah akhirnya saya sering menyetok obat dan alatnya sendiri / khusus dengan tujuan jika sewaktu-waktu butuh bisa langsung dipakai dan tidak harus menunggu keluarganya kembali dari apotik yang akhirnya memakan waktu.

Mengapa menyetok sendiri? Karena saya pernah menyetok bebas namun ketika saya mau pakai pun tidak ada, hilang dan kosong beserta tempatnya tak ada jejak. Entah kemana? Mungkin dicemilin wkwkwk atau bahkan mungkin dibawa pulang atau dijual. Entahlah

Beberapa kali saya menemukan kejanggalan dimana saya mengumpulkan beberapa obat dengan maksud untuk pasien jika sewaktu-waktu dibutuhkan namun beberapa kali juga obat tersebut hilang tak berbekas dan bersisa. Kalau memang benar-benar dipakai oleh pasien rasanya yang hilang tidak semuanya dan pasti ada sisanya serta tempat penyimpanan pun harusnya masih ada.

Begitupun cairan infus, pagi sampai sore hari saya melihat cairan infus tersebut masih banyak sehingga saya berpikir sampai besok pagi dengan jumlah pasien yang sama seharusnya masih ada bahkan mungkin akan lebih. Namun saya salah perkiraan karena ketika esok  harinya saya mengecek cairan infus pasien yang terpasang bukanlah cairan infus yang seharusnya melainkan cairan infus lain. Saya pun bingung kenapa bukan cairan infus yang seharusnya yang terpasang? Saya pun mencari cairan infus yang kemarin saya lihat masih banyak dan ternyata kosong tak bersisa.

Kabar angin berhembus, entah benar atau tidak? Karena yang mengatakan pun adalah teman sejawat dan petugas sekitar yang mengetahui bahwa OBAT DIJUAL.

Saat itu kebetulan sedang akan ada acara ruangan dan kejadian diatas terjadi pun beberapa hari sebelum acara tersebut. Alhamdulillah akhirnya saya tak bisa mengikuti acara tersebut karena ada pekerjaan lain yang insya Allah halal. Doa saya terkabul. “Ya Allah jika acara tersebut tidak baik untuk saya, mohon saya tidak diikutkan”. Alhamdulillah Allah SWT memberi jalan. Sehari sebelum acara saya ditelepon untuk pekerjaan dan saya pun langsung menerimanya. Jika acara tersebut memakai uang hasil penjualan obat pasien, apakah HALAL???. Entahlah hati saya dari awal sudah tidak sreg dengan acara ruangan tersebut.

Mungkin kabar angin bahwa obat di bawa pulang atau pun di jual itu benar. Namun saya pun tidak memiliki bukti nyata dan hanya mendengar sekilas dari teman sejawat. Saksi pun dari teman sejawat juga.

Saya pun sering kali merasa ada yang aneh dan janggal. Cairan pembersih luka saat terakhir saya melihat masih ada satu kardus saat sore hari sebelum pulang dinas pagi, namun esok harinya saya kaget karena tinggal setengah kardus. Mengingat perawatan luka lebih sering dilakukan pada pagi hari yaitu saat dinas pagi. Kebetulan saat itu pasien yang membutuhkan perawatan luka tidak banyak.

Kemudian  saya mengumpulkan obat minum yang harga per kapsulnya 7000 rupiah dan saat itu obat ada dalam satu plastik obat besar mungkin jumlahnya lebih dari 10. Obat tersebut sisa pasien meninggal dan sisa pasien lain. Ketika ada pasien membutuhkan obat tersebut dan ternyata obat tersebut sedang kosong di apotik saya pun berpikir untuk menggunakan obat sisa yang telah saya kumpulkan namun saat itu lagi-lagi obat kosong dan tidak ada sama sekali. Saya ingat betul sebelumnya tak ada pasien yang mendapatkan obat tersebut.

Saya baru engeh ketika ada seorang teman meminta kassa dan verband gulung kepada Katim untuk dibawa. Saya pun jadi ingat bahwa saudara teman saya tersebut sedang sakit pasca tersiram air panas oleh dirinya sendiri. Saya pun ingat dimana cairan pembersih luka dan obat seharga 7000 per kapsul sebanyak satu bungkus itu hilang tak bersisa. Akhirnya curiga lah saya. Saya pun ingat beberapa kali saya menyimpan obat untuk pasien pun hilang tak bersisa bahkan hilang dengan tempatnya sekaligus. Seorang teman mengatakan obat ditaro di laci meja yang terkunci dan kunci tersebut hanya dibawa olehnya yang mengambil obat dan alat baik untuk sendiri atau mungkin dijual.

Itulah beberapa alasan saya mengapa mengumpulkan obat dan alatnya serta menyimpannya sendiri? Yang pasti saya melakukannya untuk pasien dan terutama agar obat tidak dijual atau dibawa pulang (DICEMILIN).

Berdasarkan kronologi diatas apakah HALAL jika menjual obat pasien?????
Korupsi kecil yang dimulai dengan hal ini yaitu membawa pulang dan menjualnya.




KERETA


KETIKA NAIK KERETA

Hayo siapa yang sering naik kereta? KRL atau Commuter Line? Yang sering naik kereta, pasti sering dong ngalamin yang namanya desak-desakan atau rebutan kursi untuk duduk wkwkwk.

Buat gue pribadi sih yah kalau emang udah niat naik kereta harus siap-siaplah untuk tidak kebagian tempat untuk duduk kecuali kalau ANDA termasuk salah satu kriteria kursi prioritas yaitu ibu hamil, lansia, penyandang cacat dan ibu membawa balita ingat yah BALITA bukan ANAK wkwkwk.

Gue pribadi sih berpikirnya gini, kalau emang ada tempat untuk gue duduk ya berarti emang rejeki dah tapi kalau ga dapat yaudah berarti emang bukan rejeki. Jadi ga usah rebutan masuk kereta KRL cuma buat ngejar dapat tempat duduk. Apalagi sampai mendahului orang yang akan keluar dari gerbong kereta. Toh kalau rejeki juga pasti ga kemana kan???

Tapi kalau ANDA termasuk sebagai salah satu kriteria kursi prioritas yah boleh lah nyari-nyari tempat duduk bahkan mungkin bisa meminta orang yang bukan prioritas untuk berdiri, itu sih kalau berani yah wkwkwk. Karena belum tentu setiap orang mau dan sadar, KOMA kali ah hehehe.

Gue pribadi sih memprioritaskan ibu hamil, ibu membawa BALITA bukan ANAK dan LANSIA dengan usia kira-kira 60 tahunan lah. Karena setau gue dikatakan LANSIA itu adalah usia 60 tahun keatas. Eh iya ada satu lagi penyandang cacat yah. Tapi biasanya kalau penyandang cacat ini udah langsung diarahkan oleh petugas KRL nya untuk duduk. Itu sih setau gue yaaaaah.




Seperti tulisan diatas itu adalah pengalaman pribadi gue. Awalnya gue bingung kenapa ketika dia mengatakan “kursi prioritas” seseorang langsung bangun berdiri memberi tempat duduknya. Karena yang gue lihat dia itu seorang wanita muda sendirian dan tidak membawa anak. Tapi gue mikir lagi, apa jangan-jangan sedang hami muda. Kan wanita yang sedang hamil baru beberapa minggu memang tidak begitu terlihat. Gue sih pikir positifnya kayak gitu. Wallahua’lam benar tidaknya. Tetapi setidaknya bisa jadi trik lah supaya orang-orang yang memang harusnya dapat tempat duduk bisa duduk hehhe.

ISTIQOMAH


SEMOGA ISTIQOMAH

Mendengar kata hijrah, apa yang terlintas dalam benak kita? Mungkin salah satu yang akan terlintas adalah hijrah berdasarkan sejarah yang ada yaitu perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat dari Makkah ke Madinah. Atau hijrah menurut pengertian lain adalah perpindahan untuk menyelamatkan diri dan agama. Banyak pengertian tentang hijrah dari berbagai sudut pandang. Hijrah dapat diartikan berpindahnya seseorang atau sekelompok orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan yang baik yang biasa sering disebut dengan istilah merantau. Dapat juga diartikan berubahnya tindakan, perbuatan, sifat dan sikap seseorang dari sesuatu hal yang tidak baik menjadi baik. Berpindahnya dari sesuatu yang tidak baik menjadi baik juga dinamakan hijrah. Contohnya dari yang tadinya malas menjadi rajin, dari yang tadinya tidak pernah shalat menjadi rajin shalat, dari yang tadinya tidak berhijab menjadi menutup aurat, dan masih banyak lagi.

Tentang hijrah saya jadi teringat perjalanan hidup saya sendiri yaitu tentang hijab dan pacaran. Saya mulai berhijab sejak masuk sekolah menengah atas. Sebenarnya keinginan untuk berhijab sudah ada sejak mulai masuk sekolah menengah pertama, namun sempat tertunda karena pandangan saya yang salah. Karena saat itu saya melihat orang yang memakai hijab terkesan ribet dengan hijabnya itu. Ribet dalam memakai hijab. Saat sudah masuk sekolah menengah pertama dan melihat beberapa teman yang berhijab maka barulah saya menyadari berhijab itu gampang dan tidak ribet apalagi sekarang ini banyak hijab instan. Namun saat itu berhijab masih berupa keinginan dan belum terlaksana. Barulah kemudian saat memasuki sekolah menengah atas saya melaksanakan keinginan tersebut yaitu berhijab. Yang pasti dalam berhijab dibutuhkan komitmen, konsisten dan istiqomah dalam berhijab dalam arti jika sudah berhijab maka janganlah pernah melepas hijabnya itu. Berhijab selain perintah Allah SWT kepada hambaNya juga banyak terdapat manfaat jika kita melaksanakannya. Malah kesan ribet yang pernah ada dibenak saya hilang. Yang ada malah sebaliknya. Yaitu lebih ribet jika kepala tak ditutupi oleh hijab. Karena jika tak berhijab maka rambut akan terlihat dan pastinya akan malu jika rambut terlihat acak-acakan ataupun kusut entah karena sebab apapun seperti tertiup angin misalnya.

Soal pacaran, jujur saya memang pernah melakukannya. Sebelum saya mengenal dan mengerti apa itu ta’aruf. Walaupun berhijab, tetapi saya pernah berpacaran. Memang pacaran saya adalah pacaran yang wajar karena walaupun pacaran tetapi saya tak pernah malam mingguan. Paling-paling saya hanya jalan ataupun makan berdua saja setelah itu pulang. Tak ada malam mingguan hingga pulang ke rumah sampai larut malam. Saya mulai mengenal pacaran sejak masuk perkuliahan selama tiga tahun dan selama itu pula saya gonta ganti pacar hingga saya mempunyai lima mantan pacar jika saya tak salah ingat. Awalnya saya mengira bahwa pacaran itu untuk mengenal satu sama lain yaitu sifat, karakter, watak dan lainnya. Tapi lama-kelamaan saya merasa bosan dan capek dengan pacaran itu. Karena lima kali pacaran saya tak menemukan apa yang saya cari. Merasa tak ada kecocokan hingga akhirnya kandaslah hubungan itu. Tidak cocok dengan kebiasaan sang pacar yang salah satunya tak mengenal agama bahkan ada juga yang mungkin tak pernah shalat. Ya walaupun saya pacaran, alhamdulillahnya saya tak pernah meninggalkan shalat. Selain hal itu adalah kewajiban setiap muslimin dan muslimat, itu juga yang selalu dipesankan oleh kedua orang tua saya yaitu “jangan pernah tinggalkan shalat lima waktu bahkan kalau bisa yang sunahnya pun dikerjakan”.

Selepas lulus kuliah dan mulai bekerja hingga sekarang ini, semenjak itu juga saya memutuskan untuk tidak pacaran lagi. Karena saya merasa pacaran itu tak ada guna dan manfaatnya yang ada malah sebaliknya. Pacaran itu buang-buang waktu bahkan kalau pacarannya menghabiskan banyak biaya bisa dikatakan bahwa pacaran itu juga buang-buang uang. Lebih baik uangnya dipakai untuk hal lain yang lebih bermanfaat, seperti bersedekah misalnya.

Mempertahankan hijab dan mengubah persepsi serta prinsip untuk tidak pacaran terkadang bukanlah hal yang mudah. Karena saya punya pengalaman sendiri tentang hijab yaitu saat lulus kuliah dan melamar pekerjaan kemudian dipanggil untuk tes namun sebelum tes sang pengetes memberitahukan bahwa “jika nanti lulus tes dan bekerja disini maka hijabnya harus dilepas karena tidak boleh berhijab di sini, jadi sebelum tes ini teruskan maka bersediakah untuk melepas hijab saat bekerja?”. Setelah itu saya langsung mundur dan tidak meneruskan tes tersebut karena saya tak mau melepas hijab saya. Saya pikir juga saat itu rezeki bukan hanya di tempat itu, masih banyak tempat lain yang bebas berhijab dalam mencari rezeki. Alhamdulillah saya tidak pernah menyesal hingga sekarang dengan keputusan saya untuk mundur dari tes itu. Walaupun memang boleh berhijab namun bukan saat bekerja. Itu artinya saya bisa-bisa pakai lepas hijab jika saya bekerja di tempat itu. Saya pikir jika saya seperti itu maka saya bukanlah orang yang komitmen dengan suatu hal karena saya tidak dapat berkomitmen dengan hijab yang sudah melekat sejak sekolah menengah atas. Walaupun saya belum bisa berkomitmen sepenuhnya dengan suatu hal setidaknya saya berusaha untuk selalu melaksanakan komitmen yang ada seperti contohnya berhijab.

Godaan pacaran pun kadang datang. Apalagi saat-saat sedang sendiri dan melihat di sekitar bergandengan dengan pasangan mereka yang belum muhrim. Terkadang keinginan untuk seperti itu kembali muncul dan saat seperti itu maka saya harus mengubah persepsi saya tentang pacaran seperti yang saya sebutkan diatas mengenai guna dan manfaatnya.

Saya hanya bisa berharap semoga saya bisa terus mempertahankan hijab ini dan tidak pacaran hingga waktunya tiba.

IGD


PINDAH IGD

Rasa disambar petir disiang ketika saya mendengar berita mengenai pemindahan saya ke ruangan IGD. Salah satu ruangan yang saya takuti. Mengapa? Jujur saja saya tidak bisa hecting. Saya termasuk orang yang suka panik duluan kalau ada apa-apa dan entahlah saya bingung harus bagaimana.

Satu tahun lebih di ruangan kusta dan sekarang harus pindah ruangan dikarenakan ada pegawai CPNS baru. Rasanya seperti dahulu ketika di RSU Kabupaten Tangerang. Ketika tahu bahwa ditempatkan di ruang perinatology atas. Dimana saat itu saya tidak menyukai anak-anak dan takut dengan pasiennya.

Rasanya sedih harus pindah ke IGD. Bukan sedih karena berpisah dengan teman-teman ruangan kusta. Namun sedih karena saya tidak tahu apakah ketika di IGD saya masih bisa ibadah sambil bekerja. Apakah masih bisa shalat dhuha, tahajud, mengaji dan zikir ketika bekerja. Apalagi sebentar lagi memasuki bulan suci Ramadhan. Apakah saya bisa shalat tarawih di ruangan ketika sedang bekerja? Sedih pula karena berpisah dengan pasien jompo yang suka menemani saat dinas.

Entah apa rencana ALLAH SWT dibalik pemindahan saya ini. Yang pasti semua ada hikmahnya. Tapi entahlah…..

Selasa, 21 Mei 2019

Shalat dan Al-Qur'an

Jika shalat saja ditinggalkan,
Maka bagaimana dengan pasangan?

Jika shalat saja dibelakangkan,
Maka bagaimana dengan pasangan?

Jika Al-Qur'an saja tak pernah disentuh bahkan dibaca,
Maka bagaimana dengan pasangan?

Jika asmaNya tak pernah dia ingat,
Bagaimana dia akan mengingatmu?

Jika perintahNya saja berani dia langgar,
Bagaimana dengan keinginanmu?

Rabu, 23 Januari 2019

AL QUR'AN

MOHON MAAF COPAS DARI FACEBOOK


Seorang anak mengamati bagaimana ayahnya rajin membaca alQur'an namun tak kunjung hafal selain alfatihah dan surat-surat pendek. Ia lalu berkata pada ayahnya, "Wahai ayah, engkau rajin membaca alQuran namun tak kunjung engkau hafal selain sedikit. Lalu apa gunanya buatmu?"
.
Ayahnya menjawab, "Ada gunanya. Permisalan bacaanku ini seperti jika engkau mengambil air laut dengan keranjang bambu."
.
"Bagaimana bisa? Tentu airnya akan keluar celah keranjang." Sangkal anaknya.
.
"Kalau engkau benar ingin tahu coba lakukan saja." Jawab ayahnya.
.
Maka si anak mengambil keranjang bambu yang biasa mereka gunakan menampung arang untuk mengambil air laut. Berkali-kali ia mencoba mengambil tapi sia-sia, airnya selalu menerobos celah-celah keranjang bambu.
.
Pada akhirnya si anak menyerah karena lelah, ia protes pada ayahnya, "Sungguh ini pekerjaan sia-sia. Tidak ada gunanya, yah."
.
"Tidak," jawab ayahnya, "Engkau memang tidak bisa mengambil air laut, tapi coba lihat keranjang bambu itu."
.
Si anak melihat dan ia baru menyadari kalau keranjang itu kini bersih tanpa ada bekas hitam dari arang.
.
"Adakah kau lihat sedikit saja warna hitam bekas arangnya?" Tanya sang ayah.
.
"Tidak ada. Sudah bersih." Jawab si anak.
.
"Seperti itulah, aku memang tidak mampu menampung alQuran dalam kepalaku, namun alQuran telah membersihkan hatiku." Nasehat sang ayah.
.
Rajinlah membaca alQur'an meski belum mampu menghafalnya.
Lalu berusahalah mengerti artinya.
.
📝Kisah disampaikan pada saat Kajian Tafsir Ibnu Katsir sampai pada surat al Furqon
👤Ustadz Mubarok Bamu'allim
.
Ikhwan.tegal

Selasa, 22 Januari 2019

pendidikan

copas dari facebook
PERTIMBANGAN PENDIDIKAN ANAK
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum ibu. Saya punya anak usia 5 tahun 5 bulan, awalnya saya mau masukkan SD, saya lakukan tanpa pengetahuan yang cukup. Setelah saya baca beberapa referensi, termasuk dari tulisan ibu, saya putuskan untuk kembali TK, padahal dia sudah bisa membaca, menulis dan berhitung. Ada yang ingin saya tanyakan bu, apakah itu tidak berpengaruh terhadap psikologis anak yang merasa kelasnya diturunkan? Walaupun anaknya terlihat tidak apa-apa.
Terima kasih sebelumnya bu.
🇯🇦🇼🇦🇧🇦🇳​:
Wa'alaikumussalam,
Saya senang sekali mendengar akhirnya ibu memutuskan untuk mengembalikan anak ibu ke TK. Beban SD sekarang sudah sangat, sangat berat. dan kalau dia masuk SD di usia yang sangat dini, kasihan.
Menjawab surat ibu, tentunya sedikit banyaknya pastilah ada pengaruh psikologis terhadap anak yang merasa kelasnya di turunkan (atau tidak naik-naik), walaupun anaknya terlihat tidak apa-apa. Untuk menghindari hal ini saya menyarankan teori hitung mundur, agar jangan karena salah kalkulasinya orang tua, anak yang terkena dampaknya.
Gini teorinya:
Katakan anak lahir bulan November (bisa bulan apa saja, nanti tinggal disesuaikan).
Idealnya masuk SD kan usia 7 tahun, dan tahun ajaran baru kan Juli.
Jadi, kalau mau masuk SD, ambil usia yang paling mendekati 7 tahun, kan berarti pilihannya hanya 6.8 tahun (nggak mungkin 7.8, ketuaan).
Nah, tinggal hitung mundur. Kalau masuk SD 6.8 tahun, maka masuk TK B-nya kurangi 1 tahun saja jadi 5.8 tahun.
Saya sarankan agar anak TIDAK masuk TK.A, karena TK hanya mengajarkan warna, huruf, angka, tepuk tangan, bernyanyi dan berbaris. Untuk apa sih melakukan itu bertahun-tahun, iya kan?
Tapiiii, kl bapak/ibu maksaaaaaaa masukin anaknya ke TK A, ya dengan hitungan di atas berarti TK A-nya di usia 4.8 tahun, dan kalau lebih keukeuuuhhhhh merekeeeuuhhh mau masukin anak ke playgroup ya 3.8 tahun. Gak, gak perlu PAUD sebelum itu. Wong playgroup dan TK A saja gak perlu kok.
Tapi kalau anak ibu sudah terlanjur sekolah playgroup sejak 2.5 tahun (apalagi yang lebih muda dari 2 tahun) ya berarti nanti TK A 3.5 tahun, TK B 4.5 tahun dan masuk SD 5.5 tahun.
SD negeri tampaknya punya peraturan untuk tidak membolehkan anak yg sebelia itu masuk SD (Saya kurang paham tentang hal ini)
SD swasta pun kalau tidak salah 5.10 tahun, jadi dengan demikian, kalau ibu yang memasukkan anak 2.5 tahun, pas anaknya lulus TK B 5.5 tahun, jadi kalang kabut sendiri. masuk SD belum 'bisa', masuk TK lagi, yang bener aja, masa' TK aja 4 tahun, bosenlah..
Jadi, minimal SD itu 6.5 tahun lah. Lebih bagus, kurang jangan.
Terus, kenapa gitu ga pake TK A? karena 0-8 tahun itu adalah anak usia dini. Anak usia dini ini kerjanya (dan maunya) cuma maiiiiiiinnnnnn melulu. Dari situ dan dengan cara itu mereka belajar. Kalau ibu masukin TK A, katakan 1 hari 3 jam saja, kalau TK A - nya masuk 3x seminggu, berarti seminggu ibu sudah mengambil 9 jam dari waktu bermainnya. Sebulan, jadi berapa jam? Setahun? Belum kalau ibu sekolahkan dia dari kelas toddler, paud, playgroup, TK A, ...dst. Sudah berapa jam ibu ambil waktu bermainnya? Anak yang terampas waktu bermainnya, akan menjadi orang dewasa yang kekanak-kanakan. Mau??
Jadi, kalau ibu sudah terlanjur salah hitung, saya sarankan pindah sekolah, mencegah pengaruh buruk akan 'teman-teman yang lain 'naik' kelas, dan dia 'tidak'. Kalau pindah sekolah kan setidaknya dia merasa 'lulus' juga dari sekolah itu dan pindah ke sekolah lain (walaupun TK kembali). Dan juga tidak jadi 1 kelas sama adik-adik kelasnya di TK A yang akan naik TK B. Banyak yang bisa protes bahwa anaknya begitu, tidak apa-apa. Efek psikologis tidak semua serta merta muncul, jadi bisa jadi sekarang tidak apa-apa.. nantinya..mana kita tahu kan?
Lalu, kenapa 'tidak boleh' anak-anak masuk SD terlalu dini? karena:
1. Kurikulum SD jaman sekarang sudah 'gila', tidak seperti SD jaman kita dulu. Anak masuk SD sekarang (seperti yang semua ibu-ibu ketahui dan lalui) sudah diharapkan membaca dengan lancar. Jaman kita dulu, di SD baru di ajarkan membaca. (siapa yang tidak ingat siapa kakaknya Budi?).
Sekarang, di kelas 1, anak sudah diharapkan bisa mengisi kalimat :
Hari Raya Nyepi dirayakan oleh umat yang beragama _______ .
Padahal anak yang baru belajar baca, baca 2 huruf mati yang bergabung seperti ng, ny, kadang masih susah.
Dan jujur saja, saya aja sulit hafal umat beragama mana yang merayakan hari raya apa, apalagi ketika saya umur 5 dulu. Dari pertanyaan itu saja kita bisa lihat bahwa BUKAN SAJA anak kita sudah harus bisa membaca dengan lancar, dia sudah harus mulai mengerti (atau menghafal?) banyak aspek lain. Jadi kalau membaca kalimat tersebut saja tidak bisa, apalagi menjawabnya, kan?
Jadi, jaman sudahh berubah, berhentilah melihat ke spion dengan kalimat-kalimat.. 'zaman saya sd dulu...', 'waktu saya kecil...', 'saya dulu gak papa...'... please dong.
Jaman bapak/ibu SD mah jaman kuda gigit besi (emang kuda gigit besi beneran?), jauh berbeda dengan jaman sekarang.
Kurikulumnya beda, otaknya beda, karakternya beda, ORANGNYA beda. Jangan di sama-samain. Bukannya bapak/ibu dengan ibu/bapaknya bapak/ibu dulu, beda juga kan?
Lalu, jaman kita (kayak jaman saya dan ibu sama aja ya, hehehe), mana bisaaaa masuk SD umur 5?? (apa sekolah saya aja ya yang gak ngebolehin?). Kecuali tangan ibu panjang banget sampai tangan kiri ibu bisa menyentuh kuping kanan melewati atas kepala, yang biasanya hanya bisa dilakukan oleh anak-anak yang berusia menjelang 7. Terus, ada yang nanya, emang kenapa sih kalau anak-anak di ajar membaca lebih dini, So What Geto Loh ??. Pertanyaan yang bagus. yang membuat saya masuk ke nomer...
2. Yayasan kami pernah mengundang Dr. dr. H. Taufik Pasiak M.Pd, IM. Kes (semoga tidak ada kesalahan dalam penulisan titel ) seorang ahli otak (yang mau tau lebih lanjut tentang beliau, silahkan meng-googlenya sendiri), dalam sebuah seminar. Kata beliau kurang lebih seperti ini: saya heran, orang tua jaman sekarang ini seneng banget kalau anaknya sudah bisa baca sejak usia dini. Kayaknya semakin muda anaknya bisa baca, emaknya semakin bangga. Padahal ya, kalau dilihat dari ilmu otak, Allah belum mempersiapkan otak anak yang berusia 5 tahun untuk bisa membaca. Kenapa? karena huruf itu adalah simbol (gambar yg bentuknya begini:K, di baca nya KA. Dan kalau ditambah dengan sesuatu yg berbentuk i, di baca KI. ) Itu seperti menuangkan air ke gelas yang belum ada. Apa yang terjadi kalau kita menuangkan air ke gelas yg tidak ada? Ya, airnya tumpah kemana-mana. Begitulah kira-kira perumpamaannya. 'Pemaksaan' tersebut berdampak ke bagian-bagian otak yang lain yang bisa jadi tidak langsung terlihat dampaknya, tapi tetap berdampak.
Kita bu, suka 'memaksakan anak tanpa ilmu', nanti kalau anak 'rusak', kita tinggal bagian menyesalnya saja. Sudah telat, tidak ada lagi yang kita bisa lakukan. Banyak, saya yakin, yang akan membela diri dan mengatakan 'anak saya udah bisa baca dari umur 4th, sekarang tidak mengalami kesulitan mengikuti pelajaran, atau bahkan telah menjadi orang dewasa yang ternyata tidak kenapa-kenapa". Saya bukan ahli otak. Saya percaya saja dengan ahlinya yang sudah mempelajari organ misterius dari Allah itu bertahun-tahun lamanya (lihat aja dari titelnya yang panjang). Kalau ada yang mau melawan teori ini, monggo langsung saja menanyakannya ke Bapak Taufik yang saya yakin bisa menjawabnya dengan lebih baik. Saya hanya meneruskan ilmu, walau cuma se-ayat 😉
3. Saya merasa agama Islam juga 'menyarankan' demikian. Bukankah di usia anak yang ke-7 anak sudah boleh mulai diajarkan untuk shalat? Kesimpulan saya, di usia itulah anak sudah boleh diajarkan sesuatu yang lebih 'berat', dan lebih 'serius', sesuatu yang akan dilakukannya seumur hidupnya, setiap waktu: kalau dalam agama itu shalat, dalam edukasi, membaca. Untuk itu saya simpulkan bahwa ajaran Rasulullah yang telah berabad-abad diberlakukan, dengan temuan sains bapak Taufik beberapa tahun belakangan ini.. sinkron! Dan dengan alasan itulah menurut saya pula, masuk SD sebaiknya sedekat mungkin dengan usia 7. Masa' iya sekolah lebih penting daripada shalat?
Terus, gimana dong bu, kalau anaknya minta-minta terus?
Pertanyaan tersebut membawa saya ke poin nomer...
4. Kalau anak ibu meminta terus-menerus permen yang banyak yang ibu tahu akan merusak gigi dan ginjalnya, apakah ibu akan memberi?
Kalau anak ibu terus-menerus meminta bermain dengan gunting atau pisau yang tajam yang ibu tahu akan membahayakan dan melukai dirinya, apakah ibu akan memberi?
Kalau anak ibu minta adik 10 orang, apakah ibu akan memberi?
Kalau jawaban dari 3 pertanyaan di atas adalah TIDAK, kenapa sekarang dengan membaca artikel ini, ibu tahu bahwa mengajarkan anak usia 5 membaca akan berdampak buruk pada otaknya, dan dia minta-minta terus sekolah di usia yang sangat dini sehingga nanti dia masuk SD (dan sudah bisa membaca) di usia 5-an, ibu beri?
Bagian otak yang mengatur cara berpikir logis, membuat keputusan dengan bijak, dll (prefrontal cortex) baru matang di usia 25 tahun. Itu berarti bahwa kita bahkan harus 'membimbing' anak tentang jurusan yang akan dia ambil sewaktu kuliah (karena masuk kuliah kan belum 25 tahun). Lah, sekarang masa' iya dia yang 'menentukan' kapan masuk TK atau SD-nya sendiri?
Apalagi kalau alasan ibu adalah karena dia bongsor, takut ketuaan, bosen di rumah, dll, aduh itu saya udah gak mau bahas deh, saking gak masuk akalnya. Jangan-jangan ibunya juga belum 25 🙂
Jadi, kemampuan sosialisasinya gimana dong bu? Anak tidak perlu belajar sosialisasi dengan teman-teman seusianya di usia yang sangat dini. Kalaupun ibu sekolahkan, anak akan bermain dengan temannya, bukan bersama temannya. Apa bedanya?
Kalau dengan, si A main dengan boneka di sebelah si B yang lagi main dengan mobil-mobilan.
Kalau bersama, bonekanya dinaikin ke mobil-mobilannya dan mereka bersama-sama naik turun gunung yang dibuat dari kursi-kursi yang di balik-balik. Ngerti kan bedanya?
Di bawah 5 tahun, belum umurnya bermain bersama, apalagi belajar konsep yang lebih abstrak seperti sharing, gantian, ngantri, percaya diri.. hedeeeh, jauh beneeerr. Orang dewasa aja banyak yang belum bisa begitu kan?;)
'sosialisasi' dan semua konsep di atas itu di ajarkan dan dilatih di rumah juga sudah cukup. dengan dan oleh ibu, bapak, syukur-syukur ada mbak, nenek, kakek, anak tetangga sebelah kanan, dan kiri. Kalau gak ada, ketemuan sama sepupunya yang sebaya seminggu sekali juga cukup. Percayalah.
Kalau emang dasarnya anaknya pemalu, bakal jadi pemalu juga nantinya. Pemalu mah karakter, gak bisa diubah. Toh ada juga kan orang dewasa yang pemalu? Lagipula, malu itu bagus. Justru yang mengkhawatirkan kita sekarang adalah generasi yang gak ada malunya kan? (nyowel kasus SMP mesum beberapa waktu lalu). Jadi, sifat pemalu itu justru positif, jangan dihilangkan.
Kalau sekolah terlalu dini, terus pas kelas 3 SD nya bosen, apa gak lebih ruwet? Lah gimana gak bosen..nih ya: TK 3 tahun (4 kalau maknya pake salah ngitung), kalau dia masuk SD-nya umur 5 tahun, berarti pas dia kelas 3 SD umur 7 tahun, dia udh 6 tahun sekolah. Gila kan? Padahal sekolah masih 13 tahun lagi, itu kalau S1-nya selesai 4 tahun, belum dihitung S2. Kalau kelas 3 aja udah bosen, gimana mau S3??
Jadi bu, membaca itu sama hal nya dengan ibadah, yang penting itu bukan bisanya, tapi sukanya. Siapa sih sekarang yang gak bisa shalat? gak bisa baca? bisanya sih gampang, suka nya itu lho yang susah. Jadi sebelum 7, fokus ke sukanya sajalah dulu, tanamkan suka membaca dengan menyediakan buku di setiap sudut rumah, membaca bersama setiap waktu, dan lain-lain. Jangan sibuk memasukkan anak les calistung di tempat-tempat yang saya yakin ibu lebih hafal namanya. Yang sudah melakukan 'kesalahan' ini di anak pertama, jangan melakukannya lagi di anak kedua dan seterusnya. Cukup kakaknya saja yang jadi kelinci percobaan ibu-bapaknya menjadi orangtua.
Jadi demikan bu, semoga dengan anak ibu masuk usia SD nanti 6.5 tahun, dia sudah lebih siap, matang dan happy. Jadi yang paling tua di kelas karena teman-temannya di bawah 6 semua? gak papa. Orangtua anak-anak yang lain mungkin belum punya ilmunya. Semoga anak ibu jadi trend-setter, syukur-syukur ibu bisa meneruskan ilmu ini untuk orangtua lainnya, (terutama ayahnya anak-anak, karena biasanya mereka tidak mengerti dan ngotot ) bahwa berbeda untuk kebaikan itu tidak apa-apa 🙂 .....
Salam YKBH