apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Senin, 13 Juni 2016

JARANG DATANG

PUSPEM

Kemarin minggu 12 juni 2016 setelah satu bulan yang lalu tepatnya mei selama sebulan penuh saya tak datang latihan karate di puspem maka hari itu saya sempatkan datang latihan di puspem yang kebetulan juga saya libur dari pekerjaan, perkuliahan, acara-acara seminar workshop dan lainnya. Saya akui kedatangan saya telat. Maka saat akan dilakukan TC yaitu Training Center, yang tidak atau jarang latihan diinstruksikan memisahkan diri. Sudah telat dan jarang datang pula. Maka dengan sadar saya langsung memisahkan diri. Beruntungnya saat itu ada teman saya juga yang bernasib sama yaitu jarang datang latihan di puspem (pusat pemerintahan) dengan berbagai alasan.

Sejujurnya saya ingin sekali latihan bergabung dengan TC karena materi yang didapat biasanya adalah materi yang jarang, namun apa daya jika sang pelatih tak mengijinkan. Saya pun mengerti dan maklum karena mungkin akan mengganggu yang lainnya. Ya sudahlah mau bagaimana lagi?

Jika ditanya kenapa tak pernah atau jarang datang latihan ke puspem? Maka ini jawaban saya, hari minggu yang mungkin buat sebagian orang merupakan hari libur, namun tidak bagi saya. Jadwal di hari minggu itu biasanya lebih padat dari pada hari lain. Hari minggu jika saya tak kerja ya kuliah ataupun mengikuti acara-acara seminar atau workshop dan lainnya. Itu jadwal untuk saat ini. Karena untuk ke depannya saya tak tahu akan bagaimana.

Kemudian jika ditanya, memang acara seminar setiap minggu? Sejujurnya iya, ada acara seminar yang dilakukan setiap minggu tetapi dengan penyelenggara yang berbeda dan biasanya mereka menyelenggarakan selalu di weekend jika tidak hari sabtu ya minggu mungkin juga dengan alasan tertentu karena sebagian orang kemungkinan libur di hari itu.

Kenapa rajin banget sih ikutan seminar begitu? Semua itu untuk menunjang profesi saya yaitu keperawatan. Dimana legalitas profesi atau STR (Surat Tanda Registrasi) yang saya punya akan berakhir setiap lima tahun sekali dan untuk memperpanjang dibutuhkan sekian puluh SKP (Satuan Kredit Profesi) yang bisa didapatkan salah satunya dari mengikuti seminar yang bersertifikat SKP PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia). Jika tak memiliki sekian puluh SKP, maka kemungkinan untuk memperpanjang STR tersebut harus mengikuti tes uji kompetensi profesi yang kelulusannya belum tentu dijamin. Mengingat banyak lulusan keperawatan namun secara profesi mereka tak lulus uji kompetensi sehingga harus mengulang tes agar mendapatkan STR yang berlaku. Itu yang saya ketahui. Mohon maaf jika salah.

Bukan hanya soal sertifikat atau SKP yang akan didapat jika mengikuti seminar atau workshop, namun update ilmu terbaru juga sangat saya butuhkan ataupun ilmu-ilmu lainnya. Karena jujur saya menyukai semua jenis seminar apalagi jika ada sertifikatnya hehehe sebagai bukti.

Bagaimana jika STR tidak diperpanjang? Jika tak diperpanjang maka kemungkinan tidak bisa bekerja di profesi tersebut. Karena STR itu adalah bukti legalitas profesi dan setahu saya sekarang ini untuk lulusan keperawatan yang baru lulus dan akan bekerja maka dibutuhkan STR karena itu pun salah satu syarat dari instansi pekerjaan. Mereka tak mau jika karyawannya tak memiliki STR apalagi saat-saat ini sedang musim AKREDITASI yang salah satunya adalah soal STR juga.




Maka itulah alasan saya mengapa jarang datang latihan ke puspem? Membahas soal karate yang ujung-ujungnya membahas soal profesi dan legalitas keperawatan. Bukan saya tak mau latihan di puspem, namun apa daya hari libur saya tak selalu hari minggu. Jika tak libur lalu latihan karate, jujur saya tak berani. Mengingat waktu yang bentrok dan jaga kesehatan pula. Walaupun latihan karate ini adalah olahraga untuk kesehatan tetap saja jika dilakukan dalam kondisi badan tak baik maka dampaknya pun akan tak baik pula, yang ada nanti setelah latihan kemudian kerja atau pun setelah kerja kemudian latihan tanpa ada jeda waktu istirahat yang didapat malah sebaliknya yaitu yang disebut dengan istilah KECAPEAN. Maka dari itu saya putuskan latihan jika saya sedang bebas dari pekerjaan. Karena yang namanya kerja pasti capek apalagi dibidang pelayanan 24 jam yang terkena shift dan harus standbye jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Jika saya korbankan dan paksakan untuk tetap atau selalu latihan karate di puspem setiap hari minggu, kemudian jika terjadi sesuatu siapa yang akan bertanggung jawab?. Misalnya seharusnya hari minggu saya kerja shift atau ada acara lain yang penting dan berhubungan dengan profesi ataupun keluarga, namun saya korbankan untuk tetap latihan sehingga bolos kerja. Mungkin jika bolosnya satu atau dua kali tak masalah. Namun jika setiap hari minggu saya bolos kerja dengan alasan yang sama, apakah akan dijamin saya tidak mendapatkan peringatan dari tempat pekerjaan? Karena tak semua tempat atau instansi pekerjaan mendukung dengan kegiatan karate ini. Kecuali jika memang bekerja dibidang olahraga atau lainnya yang sangat berhubungan sekali dengan karate.


Jujur saya suka dengan karate. Saya suka dengan cara berkelahi yang baik. Saya juga suka melihat film action yang ada berantem atau perkelahiannya. Namun dalam hidup ini saya pun mempunyai prioritas mana yang harus saya dahulukan dan menomorsatukan. Saya akui karate bukanlah nomor satu dalam hidup saya. Karena banyak hal lain yang lebih harus saya prioritaskan yang juga mendukung kehidupan saya nantinya. Namun saya juga tak mau lepas dari karate. Sejujurnya saya ingin tetap bisa latihan karate walaupun saya akui susah mencari waktu yang pas untuk latihan sehingga saya jarang datang ke puspem. Namun saya juga tak tahu apa yang akan terjadi nanti. Karena ada contoh karateka wanita yang sudah menikah setelah itu hilang dari karate dan mengurus rumah tangga. Itulah yang saya takutkan sebenarnya.