ASI
okeh saya akan menulis mengenai ASI kembali yang
sebelumnya telah saya tulis. Namun kali ini saya menulis tentang ASI
dari buku yang berbeda dengan sebelumnya. Isinya memang hampir sama.
Dan inilah bukunya
Sibagariang,
eva ellya. Pusmaika, rangga. Rismalinda. 2010.Kesehatan
Reproduksi Wanita.
Trans Info Media. Jakarta.
Ibu
dengan hepatitis B aktif tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya dan
bayi tersebut harus diberi hepatitis B imunoglobulin. (inget
loh hepatitis B aktif dan ini sama dengan tulisan saya sebelumnya
mengenai ASI). Ibu
yang terinfeksi CMV dapat menularkannya melalui ASI maka untuk
mencegah penularan laktasi dihentikan.(kemungkinan
asi mengandung virus tersebut memang ada namun ASI CMV tersebut
mengandung zat antibodi yang melindungi infeksi CMV, maka dari
tulisan saya sebelumnya mengenai ASI, ibu dengan CMV tetap dianjurkan
menyusui bayinya).
ibu
yang menderita pre eklampsia atau eklampsia dan mendapat pengobatan
diuretik, antihipertensi, dan sedativa sebaiknya bayi jangan diberi
ASI namun jika pengobatan tersebut dihentikan ibu dianjurkan menyusui
bayinya. Ibu penderita TBC boleh menyusui bayinya. Namun jika TBC
payudara tidak dianjurkan menyusui bayinya (ini
sesuai dengan tulisan ASI sebelumnya).
Ibu
berpenyakit seperti lepra, diare, diabetes melitus, dan
hypertyroidisme boleh menyusui bayinya. Tetap dengan syarat
pengobatan ibu terlebih dahulu. (ditulisan
sebelumnya tentang ASI terdapat bahwa ibu yang menderita sakit tetap
menyusui bayinya).
Sekian tulisan ASI yang kedua. Lebih sedikit bukan? Dan
inti dari kedua tulisan tersebut rasanya sudah bisa dipastikan bahkan
sudah bisa disimpulkan. Kesimpulannya tak jauh dari tulisan ASI
sebelumnya bahwa ASI TETAPLAH YANG TERBAIK.
31MEI2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar