apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Sabtu, 29 Oktober 2011

kushin ryu


K.K.I
Kushin Ryu M Karate-Do Indonesia
  
Pendiri KUSHIN RYU Karate Do adalah Kiyotada Sannosuke Ueshima yang lahir pada tahun 1893 di wilayah Hyogo (Kobe), di Kota Akou - Jepang.
Setelah berusia 3 tahun ia mulai belajar seni beladiri  (aliran Konshin Yujoyutsu) di Akademi Matsubara di Kota Akou dibawah bimbingan guru Kiyotaka Kajei Matsubara.
Menginjak usia 9 tahun  ia mulai  mengenal  Tuan Sugaya atau Jigaya.  Seorang pegawai kepolisian di kota Akou, ia seorang penduduk asli Okinawa. Dari dialah Ueshima mulai belajar  bentuk-bentuk Karate Kata Channan dan Kata Kushanku (Kata Channan merupakan dasar Kata Pian yang diciptakan Ankou Itosu, salah satu kata orisinil yang dikembangkan dan dirubah menjadi KATA PIAN).
Pada tahun 1918, saat berusia 25 tahun, Ueshima menerima gelar secara serempak  sebagai ahli aliran Konshin Yujoyitsu dari tangan Guru Matsubara  dan guru  Guikyo Masazi Akada  sebagai Guru terakhirnya  dan juga guru dari Matsubara sendiri.
Kemudian, Ueshima pindah ke kota Osaka, disana ia mulai membuka Akademi Konshin ? Ryu Yujoyitsu.
Pada dekade awal abad ke 20, beberapa guru karate tiba di Okinawa di kota Osaka, bersama-sama mereka, Ueshima mempelajari dan mempraktikan cabang beladiri ini.
Mereka adalah :
1.      Choki Motobu, mengajar  Aliran Tomari-Ja.
2.      Kanamori Kinzyo, mengajar  aliran  Shorin and Goju.
3.      Choshin Chibana, pendiri dan guru aliran  Shorin.
Pada tahun 1932 Ueshima  mendirikan Aliran Karate Kushin Ryu,  ini merupakan hasil dari penggabungan aliran Konshin-Ryu Yujoyitsu dengan unsur-unsur Karate yang ia tambahkan didalamnya.
Pada tahun 1895 Organisasi Beladiri Jepang yang pertama didirikan disebut Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association).
Pada tahun 1933, Ueshima menerima gelar Guru JUDO (KYOSHI) dari Association of Martial Virtue of the Great Japan.
Juga pada tahun 1935 dan untuk pertama kalinya di Jepang, Dewan Asosisasi Beladiri Jepang yang terhormat menganugerahi dia gelar Guru Karate (KYOSHI) dengan dua orang lainnya. Para guru yang menerima tanda kehormatan pada kesempatan itu adalah :
1.      Choyun Miyagi ( Pendiri aliran  Goju )
2.      Kiyotada Sannosuke Ueshima ( Pendiri Aliran Kushin )
3.      Yasuhiro Konishi ( Pendiri Aliran Shindo Shizen)
Pada tahun 1946 akhir yaitu perang Dunia  ke II terjadi pembubaran Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association) Pada tahun 1965, beliau menerima gelar Dan 8 Judo Kodokan, Guru Kanamori Kinzyo, guru aliran Shorin dan Goju dan Guru karate Ueshima, kembali ke Okinawa disana dan ia mengembangkan Aliran Kushin.
Pada tahun 1940 Guru Kinzyo menerima gelar Guru Karate (RENSHI) dari Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association) Pada tanggal 6 September 1987, pada usia 94 tahun, Kiyotada Sannosuke Ueshima, pendiri Kushin Ryu, meninggalkan para murid untuk selama - lamanya  di kota Osaka. Saat ini President (Soke)  kedua  Kushin Ryu saat ini dipimpin oleh Ph. Dr HORYUU MATSUZAKI.

Jujutsu

Jujutsu (juga dieja Jujitsu, Ju-Jitsu atau Jiu-Jitsu)adalah sebuah sebutan kolektif untuk beberapa aliran seni beladiri yang berasal dari Jepang. Jujutsu pada dasarnya adalah bentuk-bentuk pembelaan diri yang bersifat defensif dan memanfaatkan "Yawara-gi" atau teknik-teknik yang bersifat fleksibel, dimana serangan dari lawan tidak dihadapi dengan kekuatan, melainkan dengan cara "menipu" lawan agar daya serangan tersebut dapat digunakan untuk mengalahkan dirinya sendiri. Dari seni beladiri Jujutsu ini, lahirlah beberapa seni beladiri lainnya yang mempunyai konsep defensif serupa, yaitu Aikido dan Judo, keduanya juga berasal dari Jepang.
Jujutsu terdiri atas bermacam-macam aliran (Ryuha), namun pada garis besarnya terbagi atas dua "gaya", yaitu tradisional dan modern. Gerakan dari kedua macam "gaya" Jujutsu ini adalah hampir sama, namun jurus-jurus Jujutsu modern sudah disesuaikan dengan situasi pembelaan diri di jaman modern, sedangkan jurus-jurus Jujutsu tradisional biasanya mencerminkan situasi pembelaan diri di saat aliran Jujutsu yang bersangkutan diciptakan. Sebagai contoh, Jujutsu yang diciptakan di jaman Sengoku Jidai (sebelum Shogun Tokugawa berkuasa) menekankan pada pertarungan di medan perang dengan memakai baju besi (disebut Yoroi Kumi Uchi), sedangkan yang diciptakan di jaman Edo (sesudah Shogun Tokugawa berkuasa) menekankan pada beladiri dengan memakai pakaian sehari-hari (Suhada Jujutsu).
Teknik-teknik Jujutsu pada garis besarnya terdiri atas atemi waza (menyerang bagian yang lemah dari tubuh lawan), kansetsu waza/gyakudori (mengunci persendian lawan) dan nage waza (menjatuhkan lawan). Setiap aliran Jujutsu memiliki caranya sendiri untuk melakukan teknik-teknik tersebut diatas. Teknik-teknik tersebut lahir dari metode pembelaan diri kaum Samurai (prajurit perang jaman dahulu) di saat mereka kehilangan pedangnya, atau tidak ingin menggunakan pedangnya (misalnya karena tidak ingin melukai atau membunuh lawan).
Aliran Jujutsu yang tertua di Jepang adalah Takenouchi-ryu yang didirikan tahun 1532 oleh Pangeran Takenouchi Hisamori. Aliran-aliran lain yang terkenal antara lain adalah Shindo Yoshin-ryu yang didirikan oleh Matsuoka Katsunosuke pada tahun 1864, Daito-ryu yang didirikan oleh Takeda Sokaku pada tahun 1892, Hakko-ryu yang didirikan Okuyama Ryuho pada tahun 1942, dan banyak aliran lainnya.
Di Indonesia, ada beberapa perguruan Jujutsu/Ju-Jitsu yang cukup populer. Di berbagai kota besar dapat dijumpai perguruan-perguruan Jujutsu/Ju-Jitsu, antara lain PORBIKAWA [1] (Persatuan Beladiri Ishikawa) yang didirikan oleh Master Ishikawa (dan diteruskan oleh murid utama beliau, Bp. Tan Sing Tjay), perguruan Jiujitsu Club Indonesia (JCI) [2] yang didirikan oleh Bp. Ferry Sonneville pada tahun 1953, perguruan Institut Ju-Jitsu Indonesia (IJI) didirikan oleh Bp. Sitompul pada tahun 1982, perguruan Goshinbudo Jujutsu Indonesia (GBI) [3] yang didirikan oleh Bp. Ben Haryo pada tahun 1997, perguruan Take Sogo Budo yang didirikan oleh Bp. Hero Pranoto, dan perguruan Samurai Jujutsu Indonesia (SJJI) yang didirikan oleh Bp. Budi Martadi.
Perguruan PORBIKAWA, JCI, IJI dan Take Sogo Budo telah mengembangkan berbagai teknik beladiri baru yang disesuaikan dengan bangsa Indonesia, misalnya dengan mengkombinasikan teknik-teknik dari beladiri lain kedalam silabusnya dan menciptakan teknik-teknik baru yang lebih sesuai dengan situasi pembelaan diri di Indonesia. Sehingga disebut sebagai perguruan yang independen dan tidak terikat dengan tradisi dari negara asal Jujutsu (Jepang).
Pendekatan yang berbeda diambil oleh Perguruan Goshinbudo Jujutsu Indonesia (GBI)[4] berafiliasi dengan JKF-Wadokai (beraliran Wado) dan Kokusai Dentokan Renmei (beraliran Hakko-ryu) [5] sedangkan Samurai Jujutsu Indonesia (SJJI) berafiliasi dengan Kokusai Jujutsu Renmei [6]. Kedua perguruan diatas beraliran Jujutsu tradisional/murni, karena gerakannya didasarkan pada teknik-teknik Jujutsu Jepang sesuai aslinya, tanpa perubahan atau inovasi lokal dari anggota-anggota yang ada di Indonesia. Di perguruan GBI misalnya, diajarkan waza (teknik) yang berasal dari Hakko-ryu Jujutsu, Shindo Yoshin-ryu Jujutsu dan Ryoishinto-ryu Jujutsu, Sedangkan di perguruan SJJI, diajarkan teknik dari Hontai Takagi Yoshin-ryu Jujutsu, Asayama Ichiden-ryu Jujutsu dan beberapa aliran lainnya. Karena itu kedua perguruan ini disebut sebagai Jujutsu tradisional atau "ortodoks".
Ciri khas Jujutsu tradisional antara lain adalah tidak memiliki format pertandingan/kompetisi, serta masih menjalin hubungan dengan hombu dojo (dojo induk) yang ada di negara asal Jujutsu, yaitu Jepang. Sedangkan Jujutsu modern (seperti Gracie Jiu-Jitsu dari Brazil) biasanya menekankan pada pertandingan/kompetisi dan sudah tidak memiliki hubungan dengan negara asalnya.

KATA DAN PENCIPTANYA

       Kata adalah suatu rangkaian gerakan yang berasal dari kihon atau gerakan dasar. Kata merupakan ikhtisar tehnik bertarung yang diciptakan oleh master budo (bela diri) berdasarkan ilmu beladiri dan pengalaman yang ia dapatkan. Banyak sekali kata-kata yang telah tercipta, jumlahnya mencapai puluhan. Kata-kata tersebar di berbagai aliran (ryu) karate yang juga berjumlah puluhan. Di dunia (WKF: World Karate Federation) hanya empat aliran karate yang diakui, diantaranya adalah; 1. Go Ju Ryu, 2. Shito Ryu, 3. Wado Ryu dan 4. Shotokan Ryu.
       Pada dasarnya kata bukan milik aliran tertentu karena kata diciptakan sebelum aliran dibentuk. Kata diciptakan oleh master budo yang berasal dari 3 daerah kerajaan kecil di kepulauan Okinawa. Kerajaan-kerajaan itu adalah; 1. Naha (budo-nya dikenal dengan nama Naha-Te), 2. Tomari (budo-nya dikenal dengan nama Tomari-Te) dan 3. Shuri (budo-nya dikenal dengan nama Shuri-Te). Seiring dengan perkembangan zaman kata-kata ini kini menjadi ciri khas suatu aliran dan ditampilkan dengan gaya aliran itu sendiri. Contoh, kata Seipai Go Ju Ryu akan sedikit berbeda dengan kata Seipai yang ditampilkan oleh Shito Ryu, begitupun kata Bassai Dai Shito Ryu akan sedikit berbeda dengan kata Bassai Dai yang ditampilkan oleh Shotokan Ryu.
       Kushin Ryu sebagai aliran yang saat ini belum termasuk dalam aliran yang diakui oleh WKF mempunyai kata-kata yang sama dengan yang dimiliki oleh keempat aliran di atas namun ditampilkan dengan ciri khas Kushin Ryu, seperti; Passai (Bassai Dai-Shito Ryu, Shotokan Ryu), Kushan Ku (Kanku Dai-Shotokan Ryu), Seienchin/Seiyunchin (Shito Ryu, Go Ju Ryu), Seisan (Wado Ryu, Shito Ryu, Go Ju Ryu), Chinto (Wado Ryu, Gankaku-Shotokan Ryu) dsb. 
       Kushin Ryu mempunyai ciri khas bertarung yang berbeda dengan keempat aliran di atas sehingga berpengaruh terhadap kata-kata yang dimiliki. Seperti kata Kushan Ku Kushin Ryu akan sedikit berbeda dengan milik Wado Ryu, begitu pun dengan kata-kata yang lainnya. Tehnik bertarung Kushin Ryu diambil dari tehnik-tehnik Naha-Te, Tomari-Te dan Shuri-Te. Ini menyebabkan Kushin Ryu menjadi fleksibel dalam menampilkan berbagai macam kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar