CUMLAUDE TAK MENJAMIN
Ada satu hal yang tidak pernah saya
targetkan yaitu menjadi yang terbaik diantara yang baik. Saya hanya berusaha
menjalani apa yang seharusnya dijalani sebagai apapun itu.
Ketika jumat 09 September 2016 diadakan
gladi kotor menjelang wisuda sekaligus yudisium dimana saat itu diumumkan
mengenai kelulusan beserta IPK masing-masing mahasiswa dan satu hal yang tidak
pernah saya bayangkan adalah IPK tertinggi jalur alih jenjang dan itulah yang
saya raih. Rasa tak percaya pun menghampiri hingga harus berdiri didepan
mahasiswa lainnya untuk menerima bunga plastik merah sebagai tanda penghargaan.
Semua rasa bercampur saat itu, ada bahagia dan ada juga rasa tak percaya.
Karena saya merasa bukanlah orang yang pintar. Karena saya yakin jika diukur
soal kepintaran maka teman-teman saya yang lain banyak yang lebih dari saya
mengingat pengalaman dan masa kerja mereka yang melebihi saya. Rasa bahagia
saat seorang dosen metodologi penelitian yang sering saya ganggu karena
konsultasi skripsi padahal bukan beliau pembimbing skripsi saya, memberikan
setangkai bunga plastik berwarna merah.
Saya masih berpikir mengapa saya bisa
dapatkan hal tersebut. Maka saat itu saya mengingat-ingat kembali hal apa yang
sudah saya lakukan. Saya tidak pintar. Namun jika dibilang rajin, mungkin ya.
Satu prinsip yang tak boleh dilupakan adalah bahwa RAJIN ITU MODAL. Itu juga yang diucapkan oleh dosen penguji KTI
saat diploma tiga dahulu bahwa saya itu rajin maka saya lulus.
Mengingat masa perkuliahan, saya ingat
betul dimana setiap sabtu minggu saya harus dikampus dari pagi hingga sore
dimana sebelum atau setelahnya saya masih harus bekerja shift tiga yaitu dinas
malam. Pernah juga saya 2x24 jam tidak pulang ke rumah demi itu semua. Entahlah
saya pantas mendapatkannya atau tidak jika mengingat hal ini. Pernah ada
seorang teman yang mengatakan bahwa EMANG
MATERINYA MASUK KE OTAK SEHABIS MASUK MALAM LANGSUNG LANJUT KULIAH. Saya tak
pikirkan soal hal itu. Yang penting adalah saya menjalani apa yang seharusnya
saya jalani. Begitu pula dengan perkuliahan. Saat waktunya kuliah yah harus
datang untuk mengikuti materi bukan datang tandatangan kemudian pergi lagi
entah kemana. Soal materi akan masuk ke otak atau tidak itu urusan belakangan.
Toh setiap perkuliahan saya selalu membawa hp jadul yang kecil untuk merekam
proses perkuliahan dan tak lupa meminta soft copy materi kepada dosen untuk
saya print kemudian baca-baca di rumah. Beres kan? Karena ada satu hal yang
saya ingat bahwa YANG MASUK SAJA BELUM
TENTU MENGERTI APALAGI YANG TIDAK. Sekalipun saat kuliah mungkin saya sudah
tak fokus karena sudah capek terlebih dahulu tetapi setidaknya saya tahu materi
apa yang disampaikan oleh dosen dan kapan materi tersebut tersampaikan toh saat
perkuliahan walaupun capek tetapi saya masih dalam keadaan sadar walaupun
terkantuk namun tidak pingsan atau pun koma hingga tak tahu apa yang terjadi.
Saat gladi bersih wisuda 16 September
2016 tepatnya digedung yang akan dilaksanakan untuk wisuda esok hari, saya pun
masih dikejutkan bahwa saya akan dipanggil maju ke depan bersama dengan orang
tua atau pendamping wisuda untuk menerima penghargaan lagi. Saya pikir sudah
cukup saat yudisium pengumuman IPK tersebut namun ternyata tidak dan masih
berlanjut hingga wisuda esok.
17 September 2016, hari yang dinantikan
oleh semua mahasiswa yaitu wisuda baik program sarjana ataupun diploma. Saat
itu ada hal yang membuat saya ingin menangis rasanya namun berusaha saya tahan
karena jika saya sampai meneteskan air mata saya khawatir makeupnya luntur
ciiiiin hehehe, saat berjalan akan dipindahkan tali pada topi toga sebelumnya
saya diberikan selempang dengan tulisan “cumlaude”. Rasanya kembali saya tak
percaya akan hal tersebut.
Saat kedua kalinya maju ke depan karena
dipanggil untuk menerima penghargaan, saat itu pula seorang ketua PPNI
Kabupaten Tangerang yang juga bekerja di sebuah rumah sakit pemerintah di
daerah kabupaten juga pernah mengajar dikelas alih jenjang memberikan
penghargaan langsung kepada saya berupa piagam penghargaan sebagai mahasiswa
berprestasi. Entahlah apa yang harus saya ucapkan lagi. Rasanya masih tak
percaya akan semua itu. Apakah saya pantas untuk menerimanya? Padahal saat
diploma tiga dahulu saya bukanlah siapa-siapa dan hanya mahasiswa yang lulus
dengan IPK sangat memuaskan dan tidak cumlaude.
Rasanya seperti memakan omongan sendiri.
cumlaude itu tak pernah saya targetkan. bahkan sebelumnya saya pernah berpikir
bahwa UNTUK APA CUMLAUDE? KARENA
CUMLAUDE TAK MENJAMIN hal tersebut saya ucapkan karena melihat teman yang
cumlaude waktu wisuda diploma tiga lalu dan sekarang tidak bekerja dimanapun
hanya menjadi ibu rumah tangga dengan bisnis onlinenya di luar bidang yang ia
pelajari dahulu.
Dahulu saat lulus diploma tiga saya pun
pernah mengatakan seperti ini JIKA ADIK
SAYA TAK MAU KULIAH, YA SUDAH SAYA YANG KULIAH LAGI. Itu semua pun terjadi,
karena saya melanjutkan pendidikan sarjana bersamaan dengan adik saya yang
lulus sekolah menengah atas dan memasuki bangku perkuliahan.
Saat masih duduk dibangku sekolah menengah
atas pun saya pernah mengatakan bahwa DARIPADA
PERAWAT MENDINGAN BIDAN BISA BUKA PRAKTEK SENDIRI. Alhasil saya malah lulus
di keperawatan ya sudah maka saya lanjutkan. Saya pun cukup senang dengan
profesi ini.
Sepertinya apa yang telah terjadi pada hidup
sesuai ataupun terbalik dengan apa yang pernah dipikirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar