GAGAL LAGI
Tepat 13 maret 2017 aku menerima
pengumumann bahwa dokumen lamaran yang aku kirimkan untuk menjadi petugas
kesehatan haji Indonesia 1438 dinyatakan tidak valid dengan kata lain GAGAL.
Rasa kecewa sedih dan lainnya pun aku rasakan. Hal yang wajar ketika seseorag
mengalami sebuah kegagalan. Namun jangan berlebihan atau berkepanjangan hingga
berdampak buruk terhadap hidup. Karena hidup terus berlanjut sekalipun kau
mengalami kegagalan.
Berawal saat akhir oktober 2016
seorang teman memberitahu mengenai rekrutmen petugas haji Indonesia digrup
whatsapp. Awalnya iseng, namun aku coba membuka situs web rekrutmen tersebut.
Saat itu aku mulai iseng membuat akun. Awalnya ada kesulitan dalam membuat akun
karena beberapa kali gagal sebab NIK sudah terdaftar namun nomor akun tidak aku
terima. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya nomor akun keluar melalui
emailku.
Karena sudah bisa maka aku
teruskan saja alur-alur pendaftaran yang ada namun saat itu pendaftaran belum
dimulai. Karena belum ada maka aku pun agak nyantai namun ternyata kebablasan
karena aku sempat ketinggalan info akibat lama tidak membuka webnya, yang
ternyata ada batas tanggal dalam melakukan tahapan pendaftaran namun ternyata
diperpanjang lagi hingga seminggu yang akhirnya aku bisa mengejar syarat
dokumen yang harus dilengkapi dan diupload.
Pengumuman dari tahap satu ke
tahap berikutnya tidaklah cepat. Aku rasa hampir satu bulan menunggu pengumuman
dari tahap satu ke tahap selanjutnya. Banyak tahapan yang harus aku lalui.
Hingga akhirnya aku hanya sampai pada tahap pemberkasan yang dinyatakan dokumen
lamaran tidak valid. Entah apa penyebabnya aku pun bingung. Tapi ya sudahlah.
Seandainya aku lulus pemberkasan, maka aku dapat melanjutkan tes psikometri dan
jika lulus juga maka aku harus melakukan pelatihan-pelatihan hingga akhirnya
dinyatakan benar-benar lulus sebagai petugas kesehatan haji Indonesia.
Sekilas mengenai petugas
kesehatan haji Indonesia itu terbagi dua yaitu PPIH dan TKHI. Dimana PPIH
adalah panitia pelaksana ibadah haji yang kemungkinan akan ditempatkan di
wilayah arab Saudi selama kurang lebih 3 bulan dari sebelum jamaah datang
hingga setelah jamaah kembali dengan kata lain berangkat duluan pulang
belakangan. Sedangkan TKHI yaitu tenaga kesehatan haji Indonesia yang sudah
jelas hanya untuk Indonesia dan tenaga kesehatan yang dibutuhkan hanyalah
dokter dan perawat dimana setiap kloter didampingin oleh satu dokter dan dua
perawat dan waktunya kurang lebih selama satu bulanan. Berbeda dengan PPIH yang
tidak hanya perawat dan dokter namun tenaga kesehatan lain pun bisa mendaftar
seperti farmasi, gizi, dan lainnya namun sayangnya aku tidak melihat tulisan
bidan dalam daftar tersebut.
Awalnya aku tidak mengetahui
seperti apa PPIH dan TKHI itu. Hanya tahu bahwa PPIH itu tidak hanya perawat dan
dokter, dan aku pikir berarti lebih banyak orangnya. Maka akhirnya aku memilih
PPIH. Namun setelah mencari tahu syarat PPIH adalah lebih memprioritaskan orang
yang pernah TKHI sebelumnya, ya sudah deh.
Entahlah, namun jujur aku lebih
memilih PPIH dibanding TKHI karena lebih lama berada di arab Saudi hehe. Kalau
TKHI mengikuti jamaah haji dari berangkat hingga pulang makanya per kloter.
Namun saat mengetahui bahwa aku
tidak lulus ke tahap berikutnya rasanya seperti kejadian tahun 2013 dan 2014 dimana saat itu aku gagal dalam
cpns. 2013 aku gagal dalam tiga tes cpns, pertama cpns dki Jakarta hanya sampai
mengikuti tes kompetensi hingga jam 3 dini hari yang dimulai dari pagi
mengingat saat itu computer untuk tes sering error, cpns pusat saat awal
melihat pengumuman memang dinyatakan lulus namun diserahkan kepada instansi
yang berwenang karena dengar-dengar instansi berwenang lebih memprioritaskan
yang bekerja di instansi tersebut maka aku pun gagal lagi, yang ketiga cpns
tangsel kalau yang ini entah berkas yang
aku kirimkan sampai atau tidak karena setelah pengiriman berkas tidak ada kabar
lagi. Bersyukur juga karena cpns pusat dan tangsel tesnya dalam waktu yang
sama. Saat gagal terutama cpns dki Jakarta dimana aku pulang jam 3 dini hari
setelah tes rasa kecewa dan sedih pun aku alami. Namun saat itu aku berusaha
berpikir bahwa mungkin bukan tempat aku di dki karena mungkin orang tua pun
tidak begitu mengijinkan aku disana jika lulus. Saat tidak lulus cpns pusat aku
berpikir mungkin karena aku tidak pantas di tempat tersebut karena dari segi
fasilitas tempat saat itu aku bekerja memang jauh lebih baik dari tempat
instansi pilihan tes.
Saat mengetahui aku tidak lulus, maka aku hanya bisa memberi sugesti
dan menghipnosis diri sendiri bahwa ini adalah yang terbaik. ALLAH punya
rencana lain dibalik ini yang kita tidak ketahui. Ada hikmah dibalik sebuah
kegagalan. Allah memberi yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Mungkin aku
masih kurang dalam memperbaiki diri dan diharuskan memperbaiki diri lagi. Mungkin
juga aku belum pantas dan belum saatnya. Yang pasti hidup tidak berhenti hanya
karena hal ini dan harus terus
berlanjut.