CAN NOT
LIVE WITHOUT YOU
TAK BISA
HIDUP TANPA MU
110115
Iseng dari pada nunggu dan ga melakukan sesuatu apapun
mungkin lebih baik saya menulis.
CAN NOT WITHOUT YOU. Yah kata-kata
itu sangat pantas untuk kedua orangtua saya. TIDAK BISA HIDUP TANPA MEREKA.
Yah rasanya tak akan habis
kata-kata untuk menggambarkan mereka. Mereka yang membuat saya semangat saat
saya terpuruk. Saat saya terjatuh. Kata-kata mereka yang membuat saya untuk “santai”
dalam melakukan sesuatu jika saya terburu-buru. Mereka selalu punya solusi atas
setiap masalah yang saya alami. Dan ternyata solusi mereka tersebut simple.
Saya tak bisa membayangkan bagaimana saya tanpa mereka. Akankah saya bisa
mendapatkan sosok seperti mereka pada diri orang lain terutama bapak. Akankah
saya mendapat sosok pendamping yang mungkin menyerupai bapak. Dan jika sudah
menulis atau membayangkan seperti itu rasanya air mata tak bisa terbendung.
Menangis yah menangis entah saya menangis karena apa. Sangat sulit dibayangkan
saya tanpa mereka walaupun usia saya sekarang mungkin bisa dianggap sudah
dewasa.
Saya selalu ingat sejak kecil sejak
SD bahkan sampai sekarang saya telah lulus kuliah dan bekerja hingga kuliah
lagi bapak masih selalu antar atau jemput saya. Dan pernah suatu waktu saya
menolak untuk diantar yang ada malah bapak ngambek. Rasanya saya merasa kasih
sayang bapak sangat begitu besar kepada saya. Entah karena saya anak perempuan
satu-satunya kah? Atau gimana saya ga tau.
Pernah suatu malam saya belum tidur
dan masih asyik menonton tv atau belajar dan saat itu sudah malam diatas jam 9
malam tapi masih dibawah jam 12. Bapak menyuruh untuk tidur dan saya sempat
menolak hingga bapak ngambek dan duduk diluar seorang diri.
Juga saat saya belum pulang hingga
jam 9 malam lebih bapak repot menelepon dan menunggu di luar rumah hanya untuk
menunggu saya.
Bapak juga rela saat menjemput dan
menunggu saya keluar dari rumah sakit hingga bapak menunggu berjam-jam dan
tanpa marah sedikit pun hanya bertanya kenapa lama dan setelah itu beres.
Berbeda dengan teman yang dijemput oleh suaminya dan malah terkesan marah
karena lama keluar hingga bertanya “mau pulang atau tidak?”. Yah dari hal
tersebut saya simpulkan bapak sangatlah sabar karena tak jarang bapak menunggu
saya lebih dari 30 menit bahkan bapak pernah menunggu saya sampai 2 jam. Dan
itu bukan hanya saat saya kerja tapi saat saya masih sekolah selain karena
bapak telah berjanji jika saya di terima di suatu sekolah negeri akan antar
saya sekolah tapi saya rasa ada hal yang lebih besar dibalik janji itu yaitu kasih
sayang. Dan bapak bisa melakukan apa saja saat menunggu saya. Tak jarang bapak
membawa buku saat menunggu saya. Tak jarang pula saya disebut sebagai “anak
papi” awalnya tak suka tapi lama-lama biasa saja dan saya pikir itu suatu
kebanggaan karena mereka yang bilang seperti itu adalah mereka yang tak pernah
diantar jemput oleh ibu atau bapak mereka mungkin. “lebih baik dibilang anak
papi atau mami, dari pada dibilang anak gak jelas” toh nyatanya memang saya
anak ibu dan bapak saya. Jadi apa salahnya jika ada yang bilang kaya gitu saya
tinggal balikin omongan mereka ajah.
Bapak itu sabar, setia, sayang, dan
agamis. Yah sering saya berpikir apakah saya akan bisa mendapat sosok
pendamping seperti bapak. Akankah saya mendapat seseorang yang sabarnya luar
biasa? Yang setia dan sangat sayang kepada saya? Yang agamis, tentunya beriman
dan bertakwa? Semoga saya bisa mendapatkannya namun rasanya sulit itu berarti
saya harus benar-benar selektif dalam memilih.
Bapak juga adalah guru saya. Baik
guru dalam rumah maupun saat saya sekolah. Yah saya sudah menulis tentang itu
ditulisan saya sebelumnya. Tak jarang saya bertanya kepada bapak tentang hal
apa saja dan bapak asik buat di ajak diskusi dengan referensi yang ia punya
tentunya. Bapak itu pembaca buku. Buku-bukunya sudah ada satu lemari hehehe gak
jauh beda dengan saya. Itulah salah satu yang memotivasi saya untuk tak malas
membaca buku. “bacalah buku apa saja
yang kau suka, tak harus buku tentang sains, jika kau suka novel ataupun komik,
bacalah. Ingat iqro loh”. Karena buat saya sebenernya kita membaca setiap
hari kan? Coba deh pikir lagi hehehe. Dan jangan selalu identik kan pembaca
buku dengan kepintaran. Saya tak suka itu. Tak jarang saya dan bapak bisa
menghabiskan waktu berdua hanya di toko buku ataupun book fair jika memang
waktunya memungkinkan. Tapi itu lebih sering dulu sebelum saya bekerja huft
kangen rasanya. Dan saya tak malu jika jalan hanya berdua dengan bapak toh
lebih aman jalan dengan bapak sendiri kan?
Ibu, hebat. Yah hebat. Kenapa? Ibu
berhasil menyelesaikan pendidikan s1 nya saat sudah berumah tangga. Kuliah,
kerja dan mengurus keluarga. Tentunya dengan dibantu bapak. Yah bapak mendukung
kuliah ibu saat itu. Itulah yang mungkin belum tentu bisa saya lakukan. Dan
itulah bentuk kerja sama antara ibu dan bapak. Kerja sama dalam mendidik dan
mengasuh anak-anaknya tanpa pembantu ataupun pengasuh (kecuali yang bungsu sih
pake pengasuh hehehe) dan keduanya bekerja bahkan dalam satu waktu yang sama.
Itulah hebatnya mereka. Mereka bisa mengajari sendiri anak-anaknya bahkan lebih
dari guru di sekolah. Yah kasarnya ngajar anak orang bisa masa ngajar anak
sendiri ga bisa. Dan apakah saya akan bisa seperti mereka????? Tak jarang pula
bapak membantu pekerjaan ibu. Intinya kata ibu, “suami istri itu harus ada kerja
sama kalo gak ada kerja sama yah repot”.
Ibu juga sangat perhatian kepada
saya. Masih ingat saat saya kuliah selepas dinas malam dan belum tidur apalagi
pulang ke rumah. Ibu hanya berpesan “jangan lupa makan”. Begitupula saat saya
belum pulang entah sehabis kerja atau pun main ibu biasanya akan menelepon saya
ada dimana dan biasanya sebelum ibu bicara saya sudah memberitahu ibu posisi
saya saat itu jika saya lupa memberi tahu ibu untuk main. Dan terkadang saya
sengaja tidak bilang mau main yah supaya dicariin sih hehehehe. Selalu bikin
khawatir ibu.
Dan pernah suatu waktu saat saya
pertama kali kuliah lagi dan selepas dinas malam langsung kuliah dan tidak
pulang dulu ke rumah tentunya dan hp saya silent dan ternyata banyak panggilan
tak terjawab serta sms dari bapak dan ibu yang saya tidak tau sehingga saya
tidak balas ditambah saat itu hp saya mulai low batere sehingga membuat kedua
orang tua saya agak marah dan ngambek. Yah saya mengerti mengapa mereka begitu.
Mereka sangat mengkhawatirkan saya karena selepas dinas malam langsung kuliah
dan belum tentu tidur dan tidak tau sampai jam berapa kuliah akhirnya saat itu
saya sempatkan untuk pulang dan meyakinkan bahwa saya tidak kenapa-kenapa
karena esoknya saya harus kuliah dan selepas dinas malam pula. Sejak saat itu
jika ada sms atau panggilan tak terjawab dari ibu atau bapak setelah saya cek
hp saya langsung telepon balik. Makanya pulsa hp harus selalu ada dan jangan
lupa hp harus selalu dibawa jika pergi jauh dan pastikan pula batere ada. Yah
kan gak enak kalo diambekin apalagi kalo diambekinnya sama orangtua. Bikin
khawatir ajah.
Dulu saat masih sekolah dan kuliah
dan usia saya masih dibawah 20 tahun bapak atau ibu selalu bertanya dengan
siapa saya akan pergi, pulang jam berapa, dan kemana. Jujur kadang saya tak
nyaman dengan hal itu karena saya pikir berangkat ajah belom udah ditanya
pulang jam berapa kalo macet gimana? Tapi lama-lama saya kangen juga dengan
pertanyaan itu. Yah harusnya saya mengerti saat itu mengapa mereka seperti itu
kepada saya. Dan saat itu mungkin bapak tidak mengijinkan jika saya dekat
dengan lawan jenis. Saya menyimpulkan seperti itu karena saat saya sudah lulus
dan bekerja, ibu bilang kalo mau dekat dengan lawan jenis silakan tapi
hati-hati lihat siapa dia? Saya paham dengan kata-kata ibu itu. Dulu mungkin
tidak dibolehkan karena saya masih dalam pendidikan dan belum saatnya mungkin
menurut kedua orangtua saya.
Ibu juga pendengar yang baik yah
tak jarang saya cerita tentang teman saya siapapun dia kepada ibu entah yang
bermasalah dengan saya ataupun tidak. Dan jika ibu tidak bisa memberi solusi
maka biasanya ibu akan konsultasikan ke bapak.
Bapak mungkin tidak pernah bertanya
langsung kepada saya tentang pasangan tapi ibu memang beberapa kali pernah
menanyakan dan saya selalu jawab tidak ada, hanya sekedar atau apalah dan
pertanyaan ibu itulah yang membuat saya cerita hehehe. Saya tak tau kenapa
bapak tidak pernah bertanya soal itu dan mungkin lebih baik seperti itu. Dan
untuk pasangan saya pastinya akan konsultasikan kepada ibu dan bapak terutama
ibu. Jika ibu suka oke lanjut. Jika ibu tak suka ya sudah cukup sampai disini.
Karena saya pernah mengalami hal itu. Saat ibu atau bapak memandang seseorang
tak baik dan mengatakan kepada saya “hati-hati” dan ternyata benar saja ada
suatu hal yang menurut saya buruk pada diri orang itu. Itulah mengapa saya
lebih respect mungkin dengan cowok yang berani ke rumah dan bertemu dengan ibu
atau bapak. Ingat loh hanya bertemu. Bukan cowok yang beraninya Cuma ajak jalan
cewek dan nganterin Cuma sampe gang depan rumah hehehe. PAYAH........
Lalu saya? Apa yang sudah dan bisa
lakukan untuk mereka? Entahlah saya rasa belum ada yang saya lakukan untuk
mereka. Saya hanya bisa menjaga nama baik keluarga terutama bapak salah satunya
yah dengan tidak pergi dengan orang yang bukan muhrim hanya berdua. Yah tau
sendiri lah jika ada yang lihat saya pergi dengan lelaki yang bukan siapa-siapa
saya, mungkin akan menjadi ramai dan akan menjadi omongan tetangga. Mungkin
hanya itu yang bisa saya lakukan. Doakan semoga saya bisa tetap istiqomah
dengan prinsip tersebut amiiiiin. Dan mungkin DOA. Ingat loh kekuatan doa.
Dan mungkin juga saya hanya bisa
memberi sekedar kue atau barang sebagai kado yang tak seberapa harganya saat
bapak atau ibu berulang tahun. Yah saya selalu ingat ulang tahun mereka. Saya
tau berapa selisih usia mereka dan yang pasti lebih tua bapak. Tapi saya kurang
tau tepatnya mereka menikah saya hanya tau tahun mereka menikah saja.
Saya bukanlah orang yang selalu
mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata. Jujur saya tidak pernah mengucapkan
secara langsung “selamat ulang tahun” kepada ibu atau bapak atau kata-kata
lainnya. Tapi biasanya saya hanya menaruh kue atau barang yang tak seberapa di
tempat yang pasti mereka pakai seperti lemari misalnya.