SUBHANALLAH NENEK
Sekali lagi bahwa kematian sungguh
sangat rahasia Allah SWT. Tak akan ada yang tahu kapan manusia akan meninggal.
Sekalipun mungkin ada beberapa manusia yang kadang mengetahui tanda-tanda orang
akan meninggal. Jika dalam medis ini yang disebut dengan pasien terminal. Namun
tetap waktu dan tempat tepatnya seseorang meninggal adalah mutlak rahasia Allah
SWT. Begitu pun yang terjadi di bulan ramadhan 1436 hijriah ini tepat dihari ke
6 bulan ramadhan ba’da adzan isya nenek saya berpulang ke rahmatullah tepatnya
23 juni 2015 malam.
Sore di hari selasa dikabarkan melalui
sebuah sms dari tetangga rumah nenek bahwa nenek engap-engapan. Spontan saya
yang sedang tidur karena memang baru pulang kerja pagi hari sehabis kerja malam
kaget dan panik. Ya gimana ga panik kalo ada yang bilang “engap-engapan” duh
pikiran macam-macam deh. Tetapi saya tak langsung ke rumah nenek karena
instruksi ibu. Akhirnya ibu dan yang lain berangkat lebih dahulu ke rumah
nenek. Maka tinggallah saya di rumah sendiri. Namun saya tak tinggal diam saja.
Saya kontak teman saya yang ada di rumah sakit untuk booking kamar terlebih
dahulu takut-takut mau dibawa ke rumah sakit dan khawatir terjadi hospital tour
yaitu ke rumah sakit satu dan lainnya penuh akhirnya jalan-jalan deh karena tak
dapat kamar kosong. Menghindari hal tersebut saya pun booking kamar walaupun
waktu pembookingan hanya berlaku selama 6 jam. Ya sudah saya oke kan saja. Jadi
tidaknya urusan belakangan yang penting jika mau ke rumah sakit ada kamar
kosong. Sehabis ashar saya dijemput bapak untuk ke rumah nenek. Saya berdoa dan
berharap Allah SWT memberi nenek umur lebih panjang lagi dan bisa menyaksikan
cucu-cucunya berumah tangga. Karena saat itu pikiran macam-macam menghantui saya
karena mungkin panik tadi.
Sampai di rumah nenek tepat ba’da ashar
saya langsung menemui nenek yang sedang makan bubur di kamar disuapi oleh uwa
dan paman saya yang bungsu. Saya pun memegang tangannya. Terlihat sekali nafas
nenek sesak dari pergerakan dadanya. Nadi cepat. Ya memang jika nafas cepat
nadi pun akan cepat dan sebaliknya. Saya belum tau apakah nenek akan dibawa ke
rumah sakit atau tidak. Karena menunggu paman pertama saya sampai rumah nenek.
Setelah sampai dan melihat kondisi nenek yang sesak sebenarnya kami mau ikhtiar
untuk ke rumah sakit namun nenek menolak. Karena nenek menolak untuk ke rumah
sakit maka kami pun mengalah dan menuruti kemauan nenek. Kami semua yang ada di
dalam rumah itu membacakan surat Al-Qur’an di dalam kamar nenek. Jujur saya
memang tak begitu mengerti apa yang ucap oleh nenek. Namun yang saya dengar
adalah “kumaha bae” atau “bagaimana saja”. Dan jujur saya pun tak mengerti apa
arti kata tersebut. Karena setelah menemui nenek pikiran macam-macam saya
hilang seketika. Terutama saat kami berbuka puasa dan nenek sendiri di dalam
kamar saya masih melihat dengan jelas nenek mengambil gelas dan meminum air
sendiri tanpa bantuan siapa pun. Setelah magrib beberapa orang pergi dahulu
untuk pulang ke rumah termasuk ibu dan bapak serta adik-adik saya. Akhirnya
tinggallah saya dan paman saya yang bungsu serta uwa dan lainnya di rumah
nenek. Karena nenek ingin buang air besar dan tetangga menyarankan untuk buang
air besar di tempat itu maka paman saya yang pertama beserta istri keluar untuk
membeli pampers dan tisu basah. Saat adzan isya entahlah saya tak ingat persis
waktunya saya pegang tangan dan kaki nenek dingin atau akralnya dingin. Saya
lihat nafas nenek dangkal tak secepat sore tadi. Maka saya pun menelepon ibu
yang baru sampai rumah untuk segera kembali ke rumah nenek. Baru saya membaca
surah Yasin sambil melihat pergerakan dada nenek. Baru beberapa ayat saya baca
surah Yasin tak lama saya melihat dada nenek tak bergerak. Saya pun
menggoyang-goyangkan nenek berusaha meraba nadi namun tak teraba. Karena tak
yakin maka saya pun meminta paman saya untuk merabanya. Uwa saya yang sedari
tadi di dalam kamar pun histeris. Tak lama paman saya yang pertama datang
setelah membeli pampers disusul oleh paman saya yang kedua. Setelah paman saya yang
pertama mengatakan sudah tiada barulah saya yakin bahwa nenek sudah berpulang
ke rahmatullah setelah meraba nadi yang ada ditangan dan nadi yang ada di
leher. Maka saya pun menelepon ibu saya dan mengatakan bahwa nenek telah
meninggal.
Saya masih ingat bagaimana nenek
menghembuskan nafas terakhir. Kasarnya nenek seperti meninggal di tangan saya.
Namun hal ini jangan dikonotasikan negatif yah. Saya baru tau bahwa nenek
memang ingin ketemu saya. Karena kemarin-kemarin memang saya belum bisa menemui
nenek karena harus kerja dan kuliah juga. Subhanallah nenek meninggal di usia
yang memang terbilang tua yang berarti Allah SWT sudah memberi nenek umur
panjang dan di bulan yang suci penuh berkah dan maghfiroh yaitu bulan ramadhan.
Semoga nenek di bebaskan dari siksa kubur dan siksa api neraka amiiin.
Subhanallah lagi nenek meninggal di saat saya libur dari pekerjaan. Subhanallah
juga nenek meninggal di saat semua anak-anaknya kumpul. Di saat semua keinginan
nenek hampir terpenuhi. Subhanallah ini yang terbaik dari Allah SWT untuk
nenek. Allah SWT sayang nenek.
Setelah itu barulah kami mengabarkan
saudara kami yang berada di luar kota dan sekitarnya bahwa nenek telah
meninggal ba’da isya. Nenek tak langsung dimakamkan malam itu. Namun esok
paginya baru dimakamkan. Dan setelah nenek meninggal barulah saya mengerti
mengapa nenek tak mau ke dibawa ke rumah sakit dan ingin bertemu saya. Saya
pikir nenek ingin bertemu saya adalah hal biasa seorang nenek yang ingin ketemu
cucunya. Saat sebelumnya yaitu hari minggu malam ibu saya menginap saya pun berpikiran
tumben ibu nginap di rumah nenek tapi saya pikir lagi wajarlah ibu nginap di
rumah nenek karena nenek lagi sakit. Dan tak ada pikiran macam-macam saat itu.
Paginya sebelum dilakukan pemakaman
seperti biasa mayat dimandikan dan dikafani kemudian dishalatkan dan setelah
itu barulah jenazah diantar ke pemakaman dengan mobil jenazah. Subhanallah saat
mobil jenazah nenek lewat hampir semua kendaraan disekitarnya berhenti ataupun
melambatkan pengemudiannya seolah-olah memberi penghormatan kepada nenek. Saya
yang ada di belakang mengikuti mobil jenazah dengan sebuah motor hanya bisa
termenung dan sesekali menahan tangis.
Tak ada lagi suara khas nenek yang saya
dengar jika nenek ke rumah dengan tiba-tiba dan buru-buru. Tak jarang nenek
mengunjungi anak-anaknya jika anaknya lama tak mengunjunginya. Tak jarang pula
ke rumah saya hanya untuk minta diteleponkan kepada paman saya karena kangen
dan khawatir ada apa-apa karena tak mengabari nenek. Tak ada lagi obrolan
nenek. Tak ada lagi masakan nenek yang enak. Itu hanya sedikit hal-hal yang
akan membuat rasa kangen kepada nenek. Nenek rajin berpuasa bahkan saat
menjelang ajal pun ia masih ingin berpuasa namun dilarang oleh kami. Bahkan
sebelum berpulang pun nenek masih sempat shalat tarawih di mushola pada malam minggunya
itu menurut tetangga di sekitar rumah nenek. Saya jadi berpikir nenek saya saja
yang sudah uzur dan sebenarnya diperbolehkan tidak berpuasa namun tetap
berpuasa, lalu bagaimana kita yang masih muda dan seharusnya mampu menahan
makan dan minum saja banyak yang tak berpuasa. Kasarnya saja masa kalah sama
nenek. Terkadang saya agak gimana gitu jika ada yang tak berpuasa di bulan
ramadhan karena berhalangan lalu tak menggantinya dengan puasa pula di hari
lain namun menggantinya dengan hal lain seperti fidyah misalnya padahal menurut
saya seharusnya dia mampu untuk berpuasa tetapi beralasan gak kuat atau pun tak
mampu. Yang saya tanyakan adalah benar-benar tak mampu atau memang tak niat?
Mengapa karena kasarnya saja yang tua saja mampu lalu mengapa yang muda
mengatakan tidak mampu. Yah puasa wajib di bulan ramadhan saja terkadang masih
banyak yang tak melakukannya bagaimana dengan puasa-puasa sunah di hari lain.
Semoga hal ini menjadi motivasi bagi saya pribadi amiiiin.
Walaupun nenek berpulang pada malam hari
ba’da adzan isya dan dimakamkan pada esok harinya yang berarti proses pemandian
dan dikafani pun pada pagi harinya tetapi tak tercium pun bau busuk dari
jenazah nenek yang ada malah malam harinya tercium wangi daun pandan. Saat
dimandikan pun jenazah nenek bersih putih senyum sejuk teduh seperti orang
tidur, tak kaku walaupun sudah diinapkan hampir 12 jam, tak ada biru-biru yang
biasa ada pada jenazah pada umumnya. Subhanallah sekali. Terima kasih ya Allah
Engkau telah mengambil nenek diwaktu yang tepat dan tempat yang tepat. Mengapa?
Selain nenek berpulang di bulan suci penuh berkah ramadhan ini, nenek juga
berpulang di saat dimana saya bebas dari pekerjaan dan begitu juga dengan ibu
bapak saya serta paman saya yang sedang mengambil cuti beberapa hari. Terima
kasih ya Allah Engkau telah memberi nenek umur yang panjang. Terima kasih ya
Allah Engkau telah memberi nenek yang terbaik, anak-anak nenek yang terbaik
bahkan bukan hanya anak-anak nenek saja menantu-menantu dan cucu-cucu yang
terbaik yang semua sayang sama nenek yang semua peduli sama nenek yang selalu
bisa memenuhi keinginan nenek.
Subhanallah saat saya menginap dihari
kedua setelah kepergian nenek yaitu hari kamis malam jumat saya memang shalat
dan tidur di kamar nenek dan setiap kali masuk ke kamar nenek saya selalu
mencium wangi entah itu wangi apa saya pun bingung wangi parfum kah? Atau
memangnya wangi? Kalo wangi parfum? Siapa yang menyemprotkan parfum? Dan kalo
wangi parfum koq ga hilang-hilang yah? Karena bingung dan awalnya niat bertanya
namun niat itu terurungkan karena khawatir membuat orang lain takut karena ada
beberapa orang yang tak berani tidur di kamar nenek. Akhirnya saat saya lupa
akan pertanyaan wangi itu, eh ibu saya malah bilang duluan. Tidur di kamar
nenek wangi yah? Deg saya pun kaget dan barulah pertanyaan yang memang ingin
saya tanyakan terjawab dengan sendirinya. Yah berarti wangi yang saya cium di
kamar nenek itu memang bukan parfum dan juga bukan perasaan saya saja. Karena
jujur saking bingungnya dengan wangi tersebut yang sering hilang timbul saat
saya berada di kamar itu sampai-sampai saya sering mengendus-endus hidung saya.
Dan akhirnya semuanya sudah terjawab. Setiap saya di kamar nenek apalagi
sendirian selalu teringat detik-detik terakhir saat nenek masih bernafas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar