apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Rabu, 13 April 2016

tanpa gelar

TANPA GELAR

Dalam penyusunan proposal skripsi atau pun skripsi itu sendiri, dibagian belakang ada halaman untuk daftar pustaka. Salah satu penyusunan daftar pustaka adalah penulisan nama pengarang tanpa gelar apapun sekalipun sang pengarang buku mempunyai gelar berjejer dibelakang maupun didepan namanya. Bukan hanya di dalam pembuatan daftar pustaka saja, tetapi pada penulisan batu nisan pun sepertinya gelar yang berjejer itu tak dicantumkan. Walau mungkin ada juga yang dicantumkan.

Mengingat hal ini saya jadi berpikir soal surat undangan pernikahan. Terkadang didalam surat tersebut banyak sekali dituliskan gelar sang pengantin pria maupun wanita. Jika kedua mempelai sama-sama mempunyai gelar mungkin enak saja mencantumkannya di dalam undangan tersebut. Namun jika hanya salah satu pengantin saja yang mempunyai gelar mungkin ada baiknya gelar tak perlu dicantumkan. Karena kemungkinan dapat menimbulkan sebuah pertanyaan bagi sang penerima undangan tersebut. Walaupun saya tahu seseorang dalam memperoleh atau meraih suatu gelar itu tak mudah. Sekarang pun sedang saya rasakan.

Untuk saya pribadi, sebaiknya gelar tak perlu dicantumkan dalam sebuah surat undangan pernikahan. Dengan alasan diatas yaitu dalam daftar pustaka saja gelar yang berjejer tak perlu dicantumkan. Apalagi ini undangan pernikahan. Mungkin cukup diberi keterangan saja di undangan tersebut siapa yang menikah. Saya rasa itu sudah cukup. Agak berlebihan juga menurut saya, jika disebuah surat undangan pernikahan terdapat gelar yang berjejer.

Bukan hanya itu, dalam sebuah buku Perfect Muslimah sang penulis best seller Ahmad Rifa’i Rif’an menyatakan “jangan pernah tebersit niat menjadikan pernikahan sebagai ajang untuk menyebut dan membangga-banggakan gelar. Apalagi mencantumkah gelar akademis di undangan. Ingat, kau hendak nikah bukan cari beasiswa”. Begitulah yang disampaikan penulis dalam sebuah bukunya.


Jadi, menurut saya dapat disimpulkan “sebaik-baik undangan pernikahan adalah tanpa gelar”. Mungkin gelar dapat kita gunakan saat melamar pekerjaan ataupun mencari beasiswa dan acara formal lainnya. Tak ada syarat gelar juga dalam melamar seseorang untuk menjadi pendamping hidup. Dalam hal ini “gelar” tak menjadi syarat sebuah penikahan islami. Asal tahu sama tahu saja siapa pasangan kita dan seperti apa dia. Mungkin itu sudah cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar