PUSPEM
Kemarin minggu 12 juni 2016 setelah satu
bulan yang lalu tepatnya mei selama sebulan penuh saya tak datang latihan
karate di puspem maka hari itu saya sempatkan datang latihan di puspem yang
kebetulan juga saya libur dari pekerjaan, perkuliahan, acara-acara seminar
workshop dan lainnya. Saya akui kedatangan saya telat. Maka saat akan dilakukan
TC yaitu Training Center, yang tidak atau jarang latihan diinstruksikan
memisahkan diri. Sudah telat dan jarang datang pula. Maka dengan sadar saya
langsung memisahkan diri. Beruntungnya saat itu ada teman saya juga yang
bernasib sama yaitu jarang datang latihan di puspem (pusat pemerintahan) dengan
berbagai alasan.
Sejujurnya saya ingin sekali latihan
bergabung dengan TC karena materi yang didapat biasanya adalah materi yang
jarang, namun apa daya jika sang pelatih tak mengijinkan. Saya pun mengerti dan
maklum karena mungkin akan mengganggu yang lainnya. Ya sudahlah mau bagaimana
lagi?
Jika ditanya kenapa tak pernah atau
jarang datang latihan ke puspem? Maka ini jawaban saya, hari minggu yang
mungkin buat sebagian orang merupakan hari libur, namun tidak bagi saya. Jadwal
di hari minggu itu biasanya lebih padat dari pada hari lain. Hari minggu jika
saya tak kerja ya kuliah ataupun mengikuti acara-acara seminar atau workshop
dan lainnya. Itu jadwal untuk saat ini. Karena untuk ke depannya saya tak tahu
akan bagaimana.
Kemudian jika ditanya, memang acara
seminar setiap minggu? Sejujurnya iya, ada acara seminar yang dilakukan setiap
minggu tetapi dengan penyelenggara yang berbeda dan biasanya mereka
menyelenggarakan selalu di weekend jika tidak hari sabtu ya minggu mungkin juga
dengan alasan tertentu karena sebagian orang kemungkinan libur di hari itu.
Kenapa rajin banget sih ikutan seminar
begitu? Semua itu untuk menunjang profesi saya yaitu keperawatan. Dimana
legalitas profesi atau STR (Surat Tanda Registrasi) yang saya punya akan
berakhir setiap lima tahun sekali dan untuk memperpanjang dibutuhkan sekian
puluh SKP (Satuan Kredit Profesi) yang bisa didapatkan salah satunya dari
mengikuti seminar yang bersertifikat SKP PPNI (Persatuan Perawat Nasional
Indonesia). Jika tak memiliki sekian puluh SKP, maka kemungkinan untuk
memperpanjang STR tersebut harus mengikuti tes uji kompetensi profesi yang
kelulusannya belum tentu dijamin. Mengingat banyak lulusan keperawatan namun
secara profesi mereka tak lulus uji kompetensi sehingga harus mengulang tes
agar mendapatkan STR yang berlaku. Itu yang saya ketahui. Mohon maaf jika
salah.
Bukan hanya soal sertifikat atau SKP yang
akan didapat jika mengikuti seminar atau workshop, namun update ilmu terbaru
juga sangat saya butuhkan ataupun ilmu-ilmu lainnya. Karena jujur saya menyukai
semua jenis seminar apalagi jika ada sertifikatnya hehehe sebagai bukti.
Bagaimana jika STR tidak diperpanjang?
Jika tak diperpanjang maka kemungkinan tidak bisa bekerja di profesi tersebut.
Karena STR itu adalah bukti legalitas profesi dan setahu saya sekarang ini
untuk lulusan keperawatan yang baru lulus dan akan bekerja maka dibutuhkan STR
karena itu pun salah satu syarat dari instansi pekerjaan. Mereka tak mau jika
karyawannya tak memiliki STR apalagi saat-saat ini sedang musim AKREDITASI yang
salah satunya adalah soal STR juga.
Maka itulah alasan saya mengapa jarang
datang latihan ke puspem? Membahas soal karate yang ujung-ujungnya membahas
soal profesi dan legalitas keperawatan. Bukan saya tak mau latihan di puspem,
namun apa daya hari libur saya tak selalu hari minggu. Jika tak libur lalu
latihan karate, jujur saya tak berani. Mengingat waktu yang bentrok dan jaga
kesehatan pula. Walaupun latihan karate ini adalah olahraga untuk kesehatan
tetap saja jika dilakukan dalam kondisi badan tak baik maka dampaknya pun akan
tak baik pula, yang ada nanti setelah latihan kemudian kerja atau pun setelah kerja
kemudian latihan tanpa ada jeda waktu istirahat yang didapat malah sebaliknya
yaitu yang disebut dengan istilah KECAPEAN. Maka dari itu saya putuskan latihan
jika saya sedang bebas dari pekerjaan. Karena yang namanya kerja pasti capek
apalagi dibidang pelayanan 24 jam yang terkena shift dan harus standbye jika
sewaktu-waktu dibutuhkan.
Jika saya korbankan dan paksakan untuk
tetap atau selalu latihan karate di puspem setiap hari minggu, kemudian jika
terjadi sesuatu siapa yang akan bertanggung jawab?. Misalnya seharusnya hari
minggu saya kerja shift atau ada acara lain yang penting dan berhubungan dengan
profesi ataupun keluarga, namun saya korbankan untuk tetap latihan sehingga
bolos kerja. Mungkin jika bolosnya satu atau dua kali tak masalah. Namun jika
setiap hari minggu saya bolos kerja dengan alasan yang sama, apakah akan
dijamin saya tidak mendapatkan peringatan dari tempat pekerjaan? Karena tak
semua tempat atau instansi pekerjaan mendukung dengan kegiatan karate ini.
Kecuali jika memang bekerja dibidang olahraga atau lainnya yang sangat
berhubungan sekali dengan karate.
Jujur saya suka dengan karate. Saya suka
dengan cara berkelahi yang baik. Saya juga suka melihat film action yang ada
berantem atau perkelahiannya. Namun dalam hidup ini saya pun mempunyai
prioritas mana yang harus saya dahulukan dan menomorsatukan. Saya akui karate
bukanlah nomor satu dalam hidup saya. Karena banyak hal lain yang lebih harus
saya prioritaskan yang juga mendukung kehidupan saya nantinya. Namun saya juga
tak mau lepas dari karate. Sejujurnya saya ingin tetap bisa latihan karate
walaupun saya akui susah mencari waktu yang pas untuk latihan sehingga saya
jarang datang ke puspem. Namun saya juga tak tahu apa yang akan terjadi nanti.
Karena ada contoh karateka wanita yang sudah menikah setelah itu hilang dari
karate dan mengurus rumah tangga. Itulah yang saya takutkan sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar