NIGHT SHIFT IS
SPECTAKULER
dan lagi-lagi kejadian ini saat
saya dinas malam. Yaaah dinas malam ke dua tepat tanggal 29 agustus 2014 malam
sabtu. Ceritanya seperti ini, saat operan by EF (osb) dg BB 1100 gr a/s 6/8
kehamilan 32 minggu dikatakan bahwa bapak bayi itu orang ngerti (entah mampu
atau tidak secara finansial) dan untuk nicu sedang mikir (bingung, katanya
ngerti tapi koq nicu mikir?????). Oleh perawat dinas sore bayi tersebut sudah
di jelaskan tentang pronicu mengingat berat badan bayi tersebut yang sangat
rendah yaaa hanya 1100 gr. Next operan selanjutnya hingga selesai.
Sekitar jam 22.00 ayah bayi yang
bernama EF juga datang dengan membawa peralatan infus yang telah diresepkan.
Lalu saya menanyakan kepadanya tentang apa saja yang telah dijelaskan oleh
perawat sebelumnya (seperti biasa saya selalu mengulas tentang apa yang telah
dijelaskan oleh perawat sebelum saya menjelaskan lebih lanjut). Dia menjawab
“tentang nicu”, lalu saya bertanya “yaaa bagaimana?” dia jawab “sedang usaha,
udah telepon” (saya pikir dia menelepon rumah sakit untuk nicu). Lalu dia
mengalihkan soal nicu dan meminta keterangan lahir malam itu. Dia katakan
“minta surat lahir” saya jawab “untuk apa?” dia jawab “untuk buat bpjs besok”.
Karena akan buatnya besok maka saya katakan “ya sudah besok saja pagi-pagi” dia
jawab “saya mau SPEED UP karena besok bukanya setengah hari”. Saya jawab “saya
tau, mau SPEED UP pun gak mungkin saat ini buatnya kan? Tetap besok pagi, jadi
besok pagi ajah, karena keterangan lahir tidak ada gantinya lagi” dia jawab
“saya bawa map koq” saya jawab “ya tetap besok pagi ajah”. Sepertinya saat itu
di bapak bayi pun sudah mulai kesal karena apa yang diinginkan tidak diberikan,
yaaah sekalipun dia bawa map bukan hal yang tidak mungkin keterangan lahir
tersebut tidak akan tercecer, ingat segala sesuatu mungkin terjadi, tidak ada
hal yang tak mungkin. Dan sekalipun dia mau speed up gak mungkin jam 10 malam
juga dia buat jaminan untuk rawat inap, kecuali jika dia buat bpjs via online
dan saya rasa jika dia buat via online sepertinya tak pakai keterangan lahir
saat online pun bisa.
Sudah beres tentang keterangan
lahir (menurut saya) maka saya pun menanyakan kembali tentang nicu yang selalu
dia jawab dengan kata “USAHA”. Yaaah maksudnya saya usaha seperti apa? Lalu saya
jelaskan “jika mau tetap di sini (peri) yah gak apa-apa tetapi dengan fasilitas
dan resiko terburuk”. Tetap dia katakan “MAU USAHA”. Saya tanya lagi “tadi
sudah telepon, lalu gimana?” (karena saat saya pertama kali menanyakan tentang
nicu dia katakan udah telepon dan saya pikir dia menelepon rumah sakit yang
punya nicu). “iya saya udah telepon saudara-saudara saya” jleb deh langsung gue
haduuuuh. Dan mungkin yang dimaksud dia dengan USAHA adalah berusaha menelepon
SAUDARA-SAUDARA. Lalu dia meminta nomor telepon rumah sakit lain yang ada nicu
dan saya katakan “saya tidak punya”. (yaaah gue sih mikir lagi saat itu kalo
emang dia ngerti dan paham, nomor-nomor telepon rumah sakit yang ada nicu bisa
kali dia searching di google nomor telepon rumah sakit se-Indonesia).
Dan ini adalah saat-saat mulai
puncak kemarahannya karena saat itu dia menyuruh saya untuk membuat tulisan di
kertas tentang nicu agar bisa dia bawa ke rumah sakit lain dan tidak via
verbal. Lalu saya jawab “saya tidak bisa membuat itu, karena yang membuat itu
dokter” lalu dia marah dan mengatakan kepada saya “berarti ILEGAL LISAN”. Dan
sadar bahwa kemarahannya mulai memuncak juga yang dimaksudkan mungkin surat
rujukan maka saya langsung menghubungi dokter jaga dan memintanya untuk segera
datang karena keluarganya menunggu. Saat saya sedang menelepon dokter jaga dia
pun marah-marah dengan kata-kata yang menurut saya gak jelas karena saya pun
tak memperhatikan kata-kata apa saja yang keluar dari mulutnya karena saya
lebih fokus untuk menelepon. Dan yang saya dengar saat mulutnya berkata-kata
hanyalah “akan di pindah ke PAPUA olehnya” “kan dilapor” “akan di tuntut” “akan
di pecat” “akan tidak akan bekerja di sini lagi” dan dia mengatakan “saya sudah
satu minggu tidak tidur” “sudah satu minggu tak bekerja” “saya punya saudara di
depkes” “anak saya meninggal pun saya akan terima” “tolong ngerti psikologis
saya” dan bla bla bla yang saya gak ingat satu-satu. Yaaah saat dia
mengeluarkan kata-kata seperti itu saya tidak meresponnya dan tetap fokus pada telepon
karena menurut saya akan percuma merespon orang seperti itu. Dan sebelum si
bapak tersebut keluar dari ruangan dia menanyakan nama saya siapa? Yaaah saya
jawab saja. Jika pun saya mau respon saat dia bilang “saya tidak tidur satu
minggu” dalam hati “saya juga gak tidur pak. Gimana dunk?”. Dia mengatakan
“saya punya saudara di depkes” dalam hati saya “terus kenapa?”. Dia juga mengatakan “tolong ngerti psikologis
saya” dalam hati “terus mesti maklum dan ngerti psikologis situ tanpa situ tak
memikirkan psikis perawat dan bayi-bayi disini mendengar kemarahan situ gitu”.
Jika kata dalam hati saya ucapkan mungkin akan lebih ngamuk kali yaaah bapak
itu.
Lalu dokter pun datang, dan
melihat bayinya bersamaan itu salah perawat di ruangan lain pun datang yang
ternyata adalah saudara dari bayi EF dan bapak itu. Perawat itu meminta maaf
karena si bapak itu marah-marah. Si bapak bayi memencet bel namun tak langsung
direspon karena sedang ada yang meninggal dan saya pun sibuk mencari surat
kematian serta surat rujukan untuk bapak itu. Akhirnya bapak itu pun masuk dan
sepertinya marah-marah (mungkin karena tidak dibukakan pintu). Si bapak itu pun
berbicara kepada dokter, entah apa yang dibicarakan karena saya saat itu sedang
mengurusi bayi yang meninggal. Yang saya dengar hanyalah suara si bapak itu
yang marah-marah. Surat rujukan pun sudah diberikan dan dia pun meminta lagi
surat keterangan lahir kepada teman saya yang tidak saya berikan sebelumnya.
Akhirnya keterangan lahir pun diberikan dan dia mengatakan kepada teman saya
agar saya diajarkan VERBAL VOICE. Yaaah silakan saja saya siiih. Beres sudah
saat itu.
Dan ternyata eh ternyata kata
perawat pb si bapak itu tidak hanya marah-marah di sini saja. Namun menurutnya
dari KB pun sudah marah dan ternyata juga dia dari rumah sakit swasta si ibunya
dan katanya sudah habis-habisan. Yaaah saya juga gak tau pasti soal itu. Tapi
bisa saja itu benar. Karena dia mau buat BPJS dan mungkin stres karena sudah
habis-habisan, tidak tidur satu minggu dan tidak bekerja satu minggu (mungkin
teancam di pecat) makanya marah-marah hahahahaha.
Dan setelah itu saya pun mikir
kenapa bisa sampai seperti itu mungkin saya juga salah menekan si bapak itu
tentang nicu dan mungkin nada bicara saya pun kurang bagus. Entahlah mungkin
saya terpancing saat si bapak bayi itu meminta keterangan lahir dengan alasan
SPEED UP. Yang pasti saat saya bicara itu ke si bapak bayi hanya ada saya dan
bapak itu karena yang lain sedang di pasien. Jadi kemungkinan saksi yang
melihat dan mendengar secara langsung dan jelas percakapan saya dan bapak itu
tak ada dan rasanya juga tak ada bukti karena tak ada rekaman percakapan itu,
saya tidak merekam percakapan itu dan rasanya bapak itu pun tidak merekamnya
tapi entahlah. Dan di ruangan pun tak ada sisi tv.
Berdasarkan pengalaman yang
sudah-sudah sebelumnya tentang keluarga yang berunding untuk nicu atau tindakan
lain yang dalam waktu 1x24 jam tak ada kabar serta keluarga sedang mencari nicu
luar yang dalam waktu 1x24 jam bahkan lebih tak ada kabar maka saya pun
terkadang menegaskan jika ada keluarga yang mau berunding, berundingnya berapa
lama? Dan kalaupun sudah mencari lalu hasilnya adalah ruangan di rumah sakit
lain pun tak ada yang kosong alias penuh biasanya ada bukti jawaban dari pihak rumah
sakit luar itu (semisal cap rumah sakit dan tulisan full serta tandatangan).
Yaaah jika masalahnya ada biaya yaaa lebih baik terang-terangan saja toh pasti
akan dimengerti. Karena menurut dokter anak pun gak mungkin sanggup nicu dengan
biaya pribadi tanpa bantuan atau jaminan kesehatan kecuali jika si keluarga itu
pemilik perusahan besar dan saya rasa jika pun ada si keluarga itu pasti lebih
memilih untuk memakai jaminan kesehatan atau asuransi sejenisnya. Dan seringnya
saya menerima telepon dari luar yang menanyakan ruangan penuh atau tidak dengan
maksud jika kosong maka pihak luar itu akan merujuk pasiennya tentunya dengan
membawa surat rujukan (maka saat si bapak itu mengatakan sudah menelepon saya
pun berpikir bapak itu menelepon rumah sakit lain bukan menelepon
saudara-saudara kan katanya bapak itu orang NGERTI).
Pagi-paginya tanggal 30 agustus
2014 hari sabtu sekitar jam 07.00 datang seorang kakek meminta resume atau
tentang kesehatan bayi EF. Saya katakan “untuk apa?” dia jawab “untuk cari yang
diluar” (mungkin maksudnya untuk mencari nicu luar). Saya tanya lagi “dari
mana?” (maksudnya siapa yang menyuruh untuk meminta itu) dia pun tidak bisa
menjawab. Maka saya tanya lagi “udah ketemu emang nicunya?” dia jawab “belum”.
Saat itu kebetulan ada dokter lalu dikatakanlah “untuk mencari nicu luar cukup
hanya dengan surat rujukan itu”. Saya tambahkan “kecuali bapak udah menemukan
nicu tersebut dan dari pihak sana meminta resume itu mungkin bisa diberikan itu
pun harus ada tulisan dari sananya”. Akhirnya si kakek itu pun pergi. Yaaah
saya rasa siiih nicu itu belum dicarinya karena sejak saat diberikan surat
rujukan hingga pagi baru saat itu keluarganya ke ruangan lagi dan tiba-tiba
meminta resume (aneh kalo katanya ngerti kenapa tiba-tiba minta resume tanpa
ada alasan yang jelas). Yaah saya rasa sih bapak itu tidur karena dia bilang
dia tidak tidur satu minggu dan mungkin juga capek abis marah-marah.
Tak lama kemudian si bapak bayi
pagi itu datang lagi dan dari luar pun sudah terlihat mukanya yang akan marah.
Saat pagi itu si bapak bilang mau lihat bayinya karena saat itu bukan jam besuk
maka dia pun dilarang (sebelumnya si bapak itu pasti sudah dijelaskan tentang
peraturan khususnya tentang jam besuk dan dia pun sudah tanda tangan yang
membuktikan bahwa dia sudah dijelaskan berarti TIDAK ILEGAL LISAN donk). Dia
marah-marah dan mengatakan “saya paham dan ngerti, tapi saya mau lihat anak
saya karena saya tidak akan melihatnya lagi” jleeeb koq gitu yaaa secara tidak
langsung dia seperti berharap anaknya itu meninggal dan kalo memang dia
benar-benar ngerti dan paham harusnya ngerti juga donk saat itu bukan jam besuk
toh kalo ada apa-apa dengan bayinya pasti juga akan di beri tahu. Karena dia
masih di larang oleh cleaning service maka dia pun marah-marah dan menghina
kepada cleaning service. Yaaah apa saja yang dikatakannya kepada cleaning
service itu lebih jelas tanyakan saja kepada cleaning service itu hehehehehe.
Yang pasti kata-kata bapak itu membuat cleaning service itu sakit hati. Jika
seandainya seorang cleaning service itu mengerti tentang HUKUM atau seorang
mahasiswa HUKUM maka bisa saja cleaning service itu memperkarakan hinaan bapak
itu ke pengadilan mengingat saat bapak itu menghinanya banyak saksi yang
melihat serta mendengar secara langsung dan sangat jelas. Saksi tersebut lebih
dari dua karena saat itu selain ada perawat pagi dan malam ada juga mahasiswa
yang sedang PKL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar