SAKIT
260315
Siapa
sih manusia di dunia ini yang tak pernah sakit? Baik sakit ringan, sedang
sampai berat sekalipun? Adakah manusia yang tak pernah sakit? Rasanya mustahil
yah. Walaupun saya rasa tak ada manusia yang menginginkan sakit. Normalnya
begitu bukan?
Lalu
saat kita jatuh sakit apa saja yang ada dipikiran kita. Mungkin pikiran
macam-macam yang terkadang menakutkan bisa saja menghantui kita. Walaupun
mungkin sakitnya tak parah namun sakit yang tak kunjung sembuh membuat kita
terkadang berprediksi yang tidak-tidak. Yah contohnya prediksi soal kematian.
Bisa saja karena kita diberi sakit oleh Allah SWT baru lah kita mengingat akan
kematian yang bisa saja mendatangi kita lewat sakit tersebut. Jadilah pikiran
macam-macam ada diotak kita. Yah tak salah memang jika berpikir seperti itu.
Namun saya rasa jangan lah terlalu berlebihan. Ingat lagi saat kita sakit “tak
ada sakit yang tak ada obatnya kecuali mati”. Yah kalo selama penyakit kita
masih ada obatnya sebaiknya jangan terlalu memikirkan kematian. Ingat yah obat,
bukan kesembuhan. Bedakan hal itu. Karena memang ada beberapa penyakit yang
jika kita sudah terjangkit penyakit itu bisa saja tak akan sembuh total namun
bukan berarti tak ada obatnya. Walaupun mungkin obat tersebut bukan untuk
kesembuhan tetapi membuat kita bertahan untuk hidup. Yah dengan kata lain
mungkin menunda kematian.
Yah
memang wajar sih jika kita sakit yang ada dipikiran kita adalah kematian tapi
saya rasa yang harus dipikirkan jangan lah hanya soal kematian saja namun
kesiapan kita menghadapi kematian. Yah kalo cuma dipikirin ajah buat apa tanpa
ada tindakan lainnya. Maksudnya jangan hanya memikirkan mati, tapi lakukan
suatu persiapan untuk menghadapinya yah contohnya dengan amal baik mungkin.
Ingat
tentang sakit, saya jadi teringat tentang pasien dewasa saya terdahulu.
Mengingat sekarang saya hampir 3 tahun tak menangani pasien dewasa tetapi bayi
baru lahir. Saat sakit, betapa pentingnya kehadiran seseorang. Baik itu
pasangan (suami atau istri), anak, orangtua, kerabat, sahabat, teman, atau
apapun itu. Karena saat sakit tak semua hal dapat kita lakukan seorang diri.
Walaupun hal tersebut rasanya mudah dan kecil untuk dilakukan saat kita sakit.
Yah contohnya saja makan. Saat sehat jenis makanan apapun mungkin dapat dengan
mudah masuk kedalam tubuh kita. Tapi akan berbeda kondisinya saat kita sakit.
Makanan yang biasa kita makan enak saat sehat bisa saja saat kita sakit,
makanan tersebut menjadi tak enak bahkan membuat kita enek jika memakannya
bahkan hingga memuntahkannya kembali. Itulah mungkin yang biasa terjadi. Itulah
yang saya katakan pentingnya kehadiran seseorang saat sakit. Yah walaupun bukan
hanya saat sakit saja kehadiran seseorang itu penting. Namun saat sakitlah
kehadiran seseorang menjadi amat sangat penting dan amat sangat dibutuhkan.
Yang mungkin saat kita sehat dalam sehari-hari orang tersebut bisa saja menjadi
tak penting bahkan sering kali kita mengabaikan kehadirannya.
Saya
ingat saat masih menangani pasien dewasa ada pasien yang ditinggal sendiri.
Saya tanya “kemana keluarganya?”. Ada yang mengatakan “tidak punya”,
“keluarganya jauh belum datang”, “sedang keluar dulu beli makan”, atau “kerja
dulu nanti datang lagi”. Yah tidak hanya satu pasien yang saya tanyakan memang.
Karena dalam melakukan tindakan keperawatan terkadang perawat tak bisa berdiri
sendiri. Terkadang membutuhkan oranglain untuk berkolaborasi termasuk salah
satunya pihak keluarga. Dan jika pihak keluarga tak ada terkadang kita susah
untuk melakukan tindakan yang sudah diinstruksikan oleh dokter. Saat itu saya
mulai berpikir pentingnya keluarga dalam hidup. Mungkin ada hubungannya
pentingnya mempunyai pasangan hidup dan anak dalam kehidupan sehari-hari kita.
Yah saat kita sakit siapa yang akan mengurus kita secara langsung jika bukan
pasangan atau anak kita? Entah pikiran picik atau tidak, jika tujuan kita
membutuhkan pasangan atau anak untuk hal tersebut. Namun pada kenyataannya
itulah yang terjadi. Tak heran rasanya jika banyak pasangan yang mungkin belum
diberi amanah untuk memiliki anak mereka biasanya terus berusaha untuk
memilikinya. Terkadang segala cara pun dilakukan. Entah dengan mengadopsi
ataupun melakukan program dokter. Yah itulah yang terjadi. Entah picik atau
tidak, jika tujuan berumah tangga atau nikah adalah ingin memiliki keturunan.
Yah hal itu mungkin juga penting. Namun apakah menjadi satu-satunya tujuan
sebuah pernikahan? Sehingga jika tujuan tersebut tak dapat terpenuhi membuat
salah satu dari pasangan tersebut berpaling hingga bahkan meninggalkannya? Yah
bicara mengenai sakit membuat saya bicara mengenai keluarga terutama pasangan
dan anak. Karena begitulah adanya memang yang rasanya terjadi.
Seorang
anak jika sakit pasti membutuhkan orangtua begitu juga sebaliknya mungkin.
Seorang suami atau istri saat sakit pasti membutuhkan orang yang seharusnya
menemani hidupnya yang mungkin juga membutuhkan orang yang dicintai dan
mencintainya. Yang pasti saat sakit pastinya kita membutuhkan keluarga entah
siapa itu dan hubungannya apa.
Sakit
itu kafarah dosa. Jujur saya pribadi sebenarnya tak mengerti dengan arti
“kafarah dosa” itu. Yang saya tau sakit itu sebuah peringatan atau cobaan dari
Allah SWT untuk hambanya. Kalo sakit itu berupa ujian atau cobaan, bersyukurlah
diberi sakit. Karena itu berarti Allah SWT mempercayai kita untuk menghadapi
cobaan atau ujian tersebut. Yah seperti seseorang yang akan naik tingkat pasti
melalui ujian dulu kan? Begitupun halnya dengan sakit mungkin. Namun jika sakit
yang diberikan oleh Allah SWT adalah berupa peringatan. Baiknya kita mengoreksi
diri kita. Apa saja yang telah kita perbuat? Apakah perbuatan kita terhadap
sesama sudah benar menurut Allah SWT? Apakah ada perbuatan atau sikap kita yang
menyakiti ataupun merugikan oranglain? Apakah sudah benar kita memperlakukan
diri kita sendiri?
Terkadang
sakit itu dibuat oleh manusia itu sendiri. Itulah yang saya amati. Karena tak
mungkin ada akibat jika tak ada sebab. Contohnya sakit thypus yang biasanya
terjadi pada orang yang mempunyai banyak kegiatan di luar rumah sehingga tak
memperhatikan pola makan, pola tidur dan jam istirahat dari waktu 24 jam dalam
sehari yang telah diberikan Allah SWT pada kita. Tak salah memang dengan banyak
kegiatan. Namun pola makan dan pola istirahat serta tidur jangan sampai
terabaikan. Jika perlu bantuan multivitamin mengapa tak dilakukan secara rutin
jika memang kegiatan kita seabrek. Sesungguhnya itulah yang kiranya terjadi
pada saya. Entah kegiatan saya diluar rumah banyak atau tidak. Saat ini saya
hanya kerja, kuliah dan beberapa kegiatan olahraga yang memang sudah menjadi
program harian, mingguan ataupun bulanan saya. Dan masih banyak kegiatan lain
yang belum bisa saya lakukan saat ini selain dikarenakan terbentur waktu dan
biaya hehehe.
Mungkin
kuliah dan kerja yang bisa dibilang agak berat. Kenapa? Tak jarang saya tak
pulang ke rumah kurang lebih 24 jam dikarenakan kerja lalu langsung kuliah. Yah
berangkat malam dari rumah untuk kerja dan pulang pagi langsung berangkat
kuliah tanpa pulang dulu ke rumah. Karena jika pulang ke rumah tak sempat dan
akan terlambat. Gak enak rasanya jika tak mengikuti mata kuliah dari awal. Toh
jika saya pulang pun rasanya bukan mengurangi rasa letih saya namun akan
menambah rasa lelah saya karena baru pulang dan harus berangkat lagi. Lebih
baik sekalian tak pulang hehehe. Yah mungkin bisa dibayangkan setelah kerja
dimalam hari yang pastinya kurang tidur dan paginya harus langsung berangkat
kuliah. Bisa dibayangkan bagaimana letihnya badan saya. Yah sudah semua itu
adalah konsekueni dan resiko dari kegiatan yang saya jalani. Namun satu hal
yang harus dilakukan jika dalam kondisi tersebut adalah jangan lupa makan dan
jika perlu tambah multivitamin. Karena jika hal tersebut saya abaikan, akan
bagaimana dengan badan saya. Sudah kurang tidur, asupan makanan pun tak ada.
Yang pada akhirnya jatuh sakit. Nauzubillah jangan sampai terjadi.
Kegiatan
olahraga? Beberapa kegiatan olahraga saya haruskan dalam hidup saya. Kenapa?
Tujuan saya berolahraga adalah untuk mencegah sakit berat yang mungkin membuat
saya harus dirawat jika itu terjadi. Jujur saya tak mau sakit. Dan saya rasa
bukan hanya saya yang tak ingin sakit. Namun mungkin semua manusia tak
menginginkan hal itu terjadi.
Mengapa
saya tak ingin sakit? Selain pernah ada teman SMA yang mengatakan kepada saya
saat saya tak latihan karate karena sakit, dia berkata “karateka koq sakit”.
Yah apa salahnya dengan karateka sakit? Toh karateka juga manusia kan? Namun mungkin
memang aneh rasanya jika nama karateka diidentikkan dengan sakit. Karena
latihan karate kan olahraga yang tentunya mungkin bertujuan agar sehat. Namun
jika setelah latihan yang terjadi adalah sebaliknya yah memang rasanya ada yang
tak beres atau aneh gitu. Yah memang setelah latihan karate tak heran jika
badan terasa sakit apalagi jika orang tersebut belum terbiasa dengan latihan
karate. Atau pun setelah latihan wajah atau organ tubuh lain ada yang biru-biru
bahkan sampai berdarah. Namun hal itu semua terjadi jika ada hal yang
seharusnya dilakukan tetapi tak dilakukan. Contohnya harusnya jika ada pukulan
kita menangkis namun ternyata kita tak mampu untuk menangkis yah jadi lah wajah
bonyok biru-biru hahaha. Atau badan terasa sakit mungkin dikarenakan pemanasan
dan pelenturan yang tak beres atau tak dilakukan dengan benar oleh karateka itu
sendiri. Yah intinya jika latihan karate dilakukan sesuai dengan prosedur dari
awal latihan sampai akhir latihan saya rasa hal buruk insya Allah tak akan
terjadi, salah satunya yaitu sakit.
Karena
ada yang pernah mengatakan “karateka koq sakit”. Saya jadi berpikir, bagaimana
jika saya sebagai perawat sakit bahkan sampai di rawat? Pastinya banyak hal
yang terpengaruh akan hal itu. Jika saya sakit bahkan sampai di rawat,
bagaimana dengan kerja dan kuliah saya? Mungkin saja jika itu terjadi saya akan
merugikan teman kerja saya. Yang seharusnya saya bekerja dan menangani pekerjaan,
bisa saja pekerjaan tak tertangani dengan baik karena kurang sumber daya
manusianya. Dan berapa mata kuliah yang akan saya lewati jika saya sakit bahkan
dirawat yang membuat saya kemungkinan tak bisa mengikuti perkuliahan dengan
semestinya.
Dan
mungkin saya akan malu pada diri sendiri jika hal itu terjadi. Malu karena
“perawat koq sakit” atau “perawat koq dirawat”. Yah miris rasanya tapi itulah
mungkin yang akan terjadi. Bukan hal yang tak mungkin memang jika perawat pun
sakit bahkan bisa sampai dirawat. Jangankan perawat, dokter ahli sekalipun bisa
saja kan mengalami hal seperti itu. Namun yang ada dipikiran saya jika perawat
sakit adalah “gimana mau merawat orang lain, jika merawat diri sendiri saja gak
bisa. Tuh buktinya sakit dirawat pula”. Entah lah itu hanya pikiran picik saya
atau gimana. Mungkin itu hanya sekedar bayangan saja jika ada orang yang
menyeletuk kemungkinan seperti itu celetukannya. Oh iya pernah juga saya
mendengar celetukan orang tua saya, saat anak teman saya yang sesama perawat
sakit sehingga tidak bisa masuk kerja. Begini celetukannya “perawat koq anaknya
bisa sakit, emang ga bisa dilihat gejalanya”. Yah saya jawab saja “yah atuh
gimana sakit kan kadang dadakan ga tau kapannya”. Tapi celetukan orang tua saya
membuat saya merenung memikirkannya. Saya pikir tak ada salahnya juga celetukan
tersebut sebagai bahan untuk koreksi. Jangan sampai kita merawat orang lain
tetapi diri sendiri bahkan anak tak terawat oleh kita. Yah memang sakit mah
sakit ajah. Emang udah waktunya sakit. Tapi kan semuanya pasti ada sebab
musabab. Ada baiknya belajarlah dari hal itu agar tak terjadi lagi hehehe.
Sakit
mungkin adalah hal yang lumrah pada manusia. Tanpa memandang siapa manusia itu.
Namun seperti yang saya katakan di atas. Terkadang sakit karena ulah sendiri.
Yah maksudnya ulah manusia itu sendiri yang tak memperhatikan kesehatannya.
Terkadang manusia pula yang tak mau atau tak berani memeriksakan kesehatannya.
Yang biasanya dikarenakan takut jika mengetahui hal apa yang terjadi pada
dirinya mengenai kesehatannya. Entah itu wajar atau tidak. Namun itu semua
sebenarnya adalah sebuah pencegahan. Jika kita tak segan memeriksakan kesehatan
kita saat kita merasa ada gejala yang menurut kita tak biasa terjadi pada diri
kita atau pemeriksaan kesehatan rutin yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu,
kemungkinan hal buruk bisa saja dicegah. Tetapi bukan berarti hal buruk atau
terburuk tidak akan terjadi. Semua hal bisa saja terjadi. Namun
setidak-tidaknya pencegahan sudah dilakukan. Dan jika pencegahan sudah dilakukan
tetapi tetap jatuh sakit ya sudah memang itu yang sudah Allah SWT berikan. Toh
manusia hanya berusaha kan. Ingat saja itu yang terbaik yang Allah SWT berikan
walaupun rasanya pasti tak enak. Apa
yang enak dari sakit? Rasanya tak ada. Walaupun mungkin bisa libur dari segala
aktivitas tapi yang namanya sakit tetaplah tak enak. Dan kalau itu sudah
terjadi pengobatanlah yang seharusnya dilakukan hingga akhir hehehe.
Ingat
lagi saat kita di beri sakit oleh Allah SWT yang harus kita lakukan adalah
mengobati sakit tersebut. Bukan menyalahkan Allah SWT kenapa saya di beri
sakit? Sakit itu juga musibah. Dan baiknya saat kita diberi musibah mungkin
harusnya kita tawakal dan sabar serta jangan lupa berdoa kepada Allah SWT
memohon diberi yang terbaik. Jadi saat sakit kita harus berobat, berdoa,
bertawakal, dan bersabar. Mungkin empat point tersebut yang menurut saya sangat
penting yang harus kita lakukan saat sakit.
Namun
ada hal miris yang terkadang membuat kita mungkin tertegun mendengarnya. Saat
sakit yang seharusnya berobat menjadi tak berobat. Bukan karena si sakit tak
mau berobat. Namun karena ada satu hal yang membuat dia tak bisa berobat yaitu
biaya. Yah kalau sudah bicara soal biaya saya pun tak berani banyak
berpendapat. Karena ini mungkin ada hubungannya dengan pemerintah. Seperti kita
ketahui sekarang-sekarang ini pemerintah sudah menyediakan fasilitas jaminan
kesehatan apapun nama dan jenisnya yang mungkin bisa digunakan untuk rakyat.
Namun nyatanya seperti apa? mungkin bisa dinilai sendiri. Saya tak mau bicara
soal jaminan kesehatan ini. Karena saya tak begitu memahaminya juga.
Takut-takut yang ada saya malah salah bicara.
Namun
ada hal yang menurut saya aneh. Kenapa aneh? Misal kita bekerja di tempat A
yang mungkin tempat itu bagus namun saat kita sakit ternyata kita tak mendapat
sedikit pun fasilitas kesehatan dari tempat kita bekerja itu. Menurut saya itu
aneh. Kenapa? Karena bisa saja kita sakit karena letih setelah bekerja di
tempat itu dan mungkin juga kurang istirahat. Tapi apa yang kita dapat saat kita
sebagai karyawan sendiri sakit? Adakah jaminan kesehatan dari tempat kita
bekerja? Jika ada yah syukur namun jika tidak? Yah amat sangat miris rasanya
menurut saya. Dan apa yang akan dilakukan jika sudah begitu? Tetap bertahan
bekerja ditempat itu kah? Atau cari tempat bekerja lain? Yah semua itu kembali
kepada individu masing-masing hehehe.
Ada
juga yang pemerintah telah sediakan fasilitas jaminan kesehatan namun rakyatnya
yang tak mau berusaha. Contohnya anaknya sakit dan tak punya biaya untuk
berobat. Tenaga kesehatan sudah mengusahakan bagaimana agar anaknya dapat
diobati. Namun terkadang orangtua si anak yang hanya duduk manis tak berbuat
apa-apa. Menemani anaknya pun terkadang tidak sama sekali. Nah kalau sudah
seperti itu mau bagaimana? Menyalahkan pemerintah atau tenaga kesehatan kah?
Dan sekalipun orangtua anak tersebut tidak mengerti karena ketidaktahuan
informasi. Menurut saya seharusnya orangtua anak tersebut mencari tahu apa yang
dia butuhkan dan seharusnya dia tahu. Bukan hanya duduk manis. Bukankah jika
tak tahu baiknya mencari tahu? Bukankah seperti itu?
Sakit
memang wajar tapi perlu kita ketahui juga mengapa kita sampai jatuh sakit? Dan
kita pun harus menyadari hal itu. Bagaimana jika sakit tersebut karena faktor
usia? Sekalipun faktor usia saya rasa tak akan parah jika sedari awal kita
mencegahnya dan sekalipun sudah terkena penyakit tersebut baiknya adalah
menanggulanginya bukan memperparah keadaan yang sudah terjadi.
Teringat
juga “lima perkara sebelum datang lima perkara” yang salah satunya adalah
“sehat sebelum sakit”. Jadi saat kita sehat jagalah semaksimal mungkin
kesehatan kita. Jika kita tak mau jatuh sakit. Tapi kalau ingin sakit sih yah
terserah hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar