apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Senin, 22 Mei 2017

saat gelisah dan tak tenang

SAAT GELISAH DAN TAK TENANG

Teringat saat masa di bangku sekolah menengah pertama yang mengharuskan aku pindah sekolah saat kenaikan kelas tiga. Walau mungkin kepindahan tersebut terkesan agak aneh. Karena aku pindah dari sekolah cabang ke sekolah pusat. Mungkin terkesan membingungkan atau apalah gitu. Karena pindahnya dari cabang ke pusat. Berawal dari sekolah tersebut yang mempunyai dua tempat dengan nama yang sama sehingga ada cabang dan pusat. Entah mengapa sampai ada hal seperti itu pun aku tak begitu mengerti. Karena saat itu yang ada di otakku hanyalah “sekolah”. Akhirnya orang tua memilih sekolah cabang untukku karena jarak yang lebih dekat. Tetapi setelah dua tahun aku mendapat pendidikan di sekolah cabang tersebut dan di tahun ketiga aku bersekolah, sekolah cabang tersebut akan berdiri sendiri dengan nama sekolah yang baru dan dengan tempat baru pula yang jaraknya lebih jauh dari sekolah pusat. Mengagetkan sudah pasti. Karena perjanjian awal adalah sekolah cabang tersebut tetap ada sampai angkatanku lulus. Namun pada kenyataannya tak seperti itu. Negosiasi pun dilakukan oleh para orang tua agar selama satu tahun dan sampai lulus tidak pindah ke tempat baru mengingat jarak yang jauh. Tetapi hasilnya nihil. Akhirnya orang tua ku memutuskan agar aku pindah ke sekolah pusat dengan meminta kepada pihak sekolah. Permintaan pun di kabulkan oleh pihak sekolah dengan melihat hasil belajar ku saat itu. Hingga akhirnya aku pun pindah sekolah. Walau pindahnya dari cabang ke pusat dan dengan nama sekolah yang sama. Tetapi menurutku yang namanya pindah tetap saja pindah. Karena di tempat itu aku harus beradaptasi dengan teman-teman, guru-guru dan lingkungan yang baru. Saat itu ujian yang menurutku cukup berat dimulai.

Pindah sekolah berarti aku harus mengulang semuanya dari awal. Harus mengenal ulang guru-guru dan teman-teman yang baru. Saat itulah aku merasa ada sesuatu yang terjadi pada diriku. Entah mengapa aku selalu merasa tidak tenang dan selalu gelisah. Entah apa sebabnya? Sehingga membuat aku sering diam menyendiri dan didukung pula aku duduk sendiri didalam kelas itu sedang teman-temanku yang lain duduk berdua karena memang jumlah siswa dalam kelas itu ganjil. Selalu merasa tak tenang dan gelisah tanpa sebab yang aku sendiri pun tak tahu membuat aku terkadang menangis seorang diri. Awalnya memang tak ada yang mengetahui kalau aku sering menangis dan menyendiri. Hingga akhirnya orang tua dan guruku pun mengetahui hal ini karena mungkin mereka mengamati apa yang aku lakukan. Aku pun sempat dipanggil oleh guru BP karena sering menyendiri dan dianjurkan mencari teman untuk mengobrol atau sekedar curhat. Saat itu aku iya kan saja anjuran sang guru dan menyebut nama teman yang aku kenal walaupun sebenarnya aku tak yakin dengan teman yang aku sebut itu. Karena tak ingin masalahnya berlanjut dengan guru tersebut maka hal itu pun aku lakukan. Sesungguhnya saat sang guru itu memanggil ku rasa gelisah dan tak tenang itu bukan berkurang malah semakin menjadi sehingga aku hampir tak bisa menahan air mata ku. Tetapi untungnya saja aku berhasil tak menangis di depan guru itu. Karena jujur sebenarnya aku tak suka di panggil oleh guru BP saat itu. Entah mengapa? Orang tua ku pun tahu karena saat itu orang tua ku melihat ku seperti habis menangis. Maka ditanya-tanyalah aku seperti interogasi. Awalnya memang aku mengelak dan mengatakan tak ada apa-apa. Karena aku sendiri pun tak tahu apa sebabnya sehingga aku seperti itu. Tetapi akhirnya air mata ku tak bisa terbendung lagi sehingga buyarlah air mata ku membasahi pipi dan ku ceritakan semuanya yang terjadi di sekolah hingga aku di panggil oleh guru BP. Nasehat orang tua saat itu yang aku ingat hanyalah “sabar”. Namun hal itu tak membuat rasa gelisah dan tidak tenang ku hilang. Hingga akhirnya aku mencari sendiri solusi dari ketidaktenangan dan kegelisahan hati ku. Maka kudapatkan solusi dari masalah ku tersebut adalah tahajud. Inilah awal mulanya aku melaksanakan shalat tahajud dengan tujuan saat itu adalah agar hatiku tenang dan tidak gelisah.

Jujur saat kegelisahan dan ketidaktenangan itu datang, sempat aku berpikir untuk berhenti sekolah karena saat itu mulai timbul rasa malas ke sekolah dalam diriku. Namun rasa malas itu bukan membuat aku tak pergi ke sekolah malah sebaliknya karena aku hampir selalu menjadi orang pertama yang tiba dikelas disaat teman-temanku yang lain belum datang. Karena aku akan lebih gelisah dan tak tenang jika aku terlambat. Entah pikiran apa yang terbersit dikala itu? Entah pemikiran bodoh atau apalah? Namun beruntung pemikiran itu aku pikir-pikir ulang. Karena saat itu aku berpikir lagi “Kalau aku berhenti sekolah, lalu aku mau apa? Mau jadi apa nantinya? Bagaimana dengan cita-citaku? Bagaimana aku bisa bekerja di tempat yang baik seperti paman-pamanku?”. Banyak pikiran berkecamuk dalam benakku saat itu jika aku berhenti sekolah. Karena jika dipikir ulang banyak kerugian yang aku dapat jika hal tersebut aku lakukan. Maka akhirnya aku berusaha menghilangkan pikiran yang tak baik itu. Dengan mengingat cerita ibu tentang keberhasilan adik-adiknya yang berarti adalah pamanku maka itu membuat aku termotivasi untuk terus berusaha meraih mimpi dan cita-citaku. Hingga akhirnya pemikiran tersebut hilang dan tak aku lakukan. Alhamdulillah. Namun tetap kegelisahan dan ketidaktenangan itu ada dalam hatiku.

Akhirnya saat itu aku mulai merutinkan tahajud agar hatiku tenang dan dalam setiap doa dalam shalat selalu ku mohonkan agar aku diberi ketenangan hidup. Saat itu aku sadari bahwa ketenangan hidup itu cukup penting karena hidup rasanya tak nyaman jika hati ini tak tenang dan gelisah. Alhamdulillah dengan tahajud lama kelamaan kegelisahan dan ketidaktenangan hatiku perlahan hilang dengan sendirinya. Hingga tak terasa sudah satu semester aku di sekolah baru tersebut dan aku pun mempunyai teman yang walau hanya sebatas teman saja. Alhamdulillah juga nilai-nilaiku saat itu tak menurun walaupun stabil tetapi aku bersyukur karena masih mendapatkan peringkat lima besar didalam kelas tersebut. Karena saat itu walaupun aku merasa gelisah dan tak tenang beruntungnya minat belajar ku tak menurun malah menjadi salah satu solusi agar aku lebih merasa tenang disamping tahajud yang aku lakukan saat itu. Alhamdulillah akhirnya aku bisa melewati satu semester itu dengan baik walaupun berliku. Dengan kata lain aku butuh waktu kurang lebih enam bulan untuk beradaptasi dengan semua hal yang baru di sekolah itu. Alhamdulillah akhirnya aku tak berhenti sekolah.

Tak hanya di bangku sekolah saja, tetapi juga saat di bangku kuliah pun ketidaktenangan dan kegelisahan hatiku kembali lagi terjadi. Bedanya jika saat dibangku sekolah aku tak begitu mengerti dengan penyebab kegelisahanku tetapi saat dibangku kuliah aku tahu apa yang membuat aku tak tenang dan gelisah. Saat itu aku duduk di semester tiga yang berarti sudah satu tahun aku menjalani perkuliahan. Kegelisahan dan tak tenang muncul kembali ketika itu karena kekecewaanku terhadap lawan jenis. Entahlah mengapa ada rasa kecewa saat itu? Kekecewaan tersebut memang membuat aku malas untuk datang ke kampus dan mengikuti kegiatan kampus lainnya karena pastinya aku akan melihat lawan jenisku itu. Jujur saat itu aku merasa seperti sudah dibohongi mungkin ini yang membuat aku kecewa. Buruknya diriku adalah aku tak mau berurusan lagi dengan orang yang telah mengecewakan ataupun membohongiku jika tak terpaksa. Jangan kan untuk berurusan dengannya untuk bicara dan sekedar menyapa pun aku tak mau jika itu tak begitu penting bagiku. Rasa malas, kecewa, gelisah, tak tenang membuat pikiran burukku tentang mengakhiri pendidikan kembali singgah. Namun saat itu dorongan orang tua dan orang terdekat ku seperti paman dan lainnya membuat aku berpikir ulang dengan pikiran buruk tersebut. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberi nasehat kepadaku. Paman ku yang setiap rasa gelisah itu datang selalu setia mendengar curahan-curahan hatiku melalui telepon dan ucapan-ucapannya yang membuat aku kembali semangat untuk terus melanjutkan pendidikan tanpa mempedulikan dia yang telah mengecewakanku. Bukan hanya itu pemikiran-pemikiran ku positif lainnya dan ingatan-ingatanku tentang keluarga yang pastinya mengharapkan ku sukses dan berhasil, memotivasi ku untuk terus bertahan dan berjuang menghadapi cobaan tersebut. Yah aku anggap hal itu adalah cobaan untukku dalam meraih impianku. Selain kerugian finansial yaitu biaya yang telah dikeluarkan untuk aku kuliah kerugian lain pun akan aku dapat seandainya saat itu aku benar-benar mengakhiri pendidikanku hanya karena seseorang yang mungkin saat ini sudah tak penting lagi bagiku. Aku bersyukur karena pada akhirnya aku bisa melewati itu semua ditambah dengan nilai IP ku yang stabil dan lebih tinggi darinya hingga akhirnya aku bisa lulus dengan IPK yang cukup baik untukku.


Hikmah yang bisa aku dapatkan adalah dikala hatiku gelisah dan tak tenang dalam hidup ini yang harus aku lakukan hanyalah beribadah kepadaNya memohon ketenangan hati dalam menjalani hidup ini. Karena jika boleh memilih mungkin lebih baik gelisah dan tak tenang ketika akan menghadapi tes dibanding gelisah dan tak tenang dalam hidup. Jika gelisah dan tak tenang saat menghadapi tes itu hanya sebelum dan saat berlangsungnya tes saja mungkin juga setelah tes yaitu menunggu hasil dari tes tersebut namun setelah itu kegelisahan perlahan akan hilang. Namun berbeda dengan kegelisahan dalam hidup ini yang entah sampai kapan rasa itu akan menggelayut di hati jika tak segera ditangani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar