apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Kamis, 04 Juli 2019

ISTIQOMAH


SEMOGA ISTIQOMAH

Mendengar kata hijrah, apa yang terlintas dalam benak kita? Mungkin salah satu yang akan terlintas adalah hijrah berdasarkan sejarah yang ada yaitu perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat dari Makkah ke Madinah. Atau hijrah menurut pengertian lain adalah perpindahan untuk menyelamatkan diri dan agama. Banyak pengertian tentang hijrah dari berbagai sudut pandang. Hijrah dapat diartikan berpindahnya seseorang atau sekelompok orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan yang baik yang biasa sering disebut dengan istilah merantau. Dapat juga diartikan berubahnya tindakan, perbuatan, sifat dan sikap seseorang dari sesuatu hal yang tidak baik menjadi baik. Berpindahnya dari sesuatu yang tidak baik menjadi baik juga dinamakan hijrah. Contohnya dari yang tadinya malas menjadi rajin, dari yang tadinya tidak pernah shalat menjadi rajin shalat, dari yang tadinya tidak berhijab menjadi menutup aurat, dan masih banyak lagi.

Tentang hijrah saya jadi teringat perjalanan hidup saya sendiri yaitu tentang hijab dan pacaran. Saya mulai berhijab sejak masuk sekolah menengah atas. Sebenarnya keinginan untuk berhijab sudah ada sejak mulai masuk sekolah menengah pertama, namun sempat tertunda karena pandangan saya yang salah. Karena saat itu saya melihat orang yang memakai hijab terkesan ribet dengan hijabnya itu. Ribet dalam memakai hijab. Saat sudah masuk sekolah menengah pertama dan melihat beberapa teman yang berhijab maka barulah saya menyadari berhijab itu gampang dan tidak ribet apalagi sekarang ini banyak hijab instan. Namun saat itu berhijab masih berupa keinginan dan belum terlaksana. Barulah kemudian saat memasuki sekolah menengah atas saya melaksanakan keinginan tersebut yaitu berhijab. Yang pasti dalam berhijab dibutuhkan komitmen, konsisten dan istiqomah dalam berhijab dalam arti jika sudah berhijab maka janganlah pernah melepas hijabnya itu. Berhijab selain perintah Allah SWT kepada hambaNya juga banyak terdapat manfaat jika kita melaksanakannya. Malah kesan ribet yang pernah ada dibenak saya hilang. Yang ada malah sebaliknya. Yaitu lebih ribet jika kepala tak ditutupi oleh hijab. Karena jika tak berhijab maka rambut akan terlihat dan pastinya akan malu jika rambut terlihat acak-acakan ataupun kusut entah karena sebab apapun seperti tertiup angin misalnya.

Soal pacaran, jujur saya memang pernah melakukannya. Sebelum saya mengenal dan mengerti apa itu ta’aruf. Walaupun berhijab, tetapi saya pernah berpacaran. Memang pacaran saya adalah pacaran yang wajar karena walaupun pacaran tetapi saya tak pernah malam mingguan. Paling-paling saya hanya jalan ataupun makan berdua saja setelah itu pulang. Tak ada malam mingguan hingga pulang ke rumah sampai larut malam. Saya mulai mengenal pacaran sejak masuk perkuliahan selama tiga tahun dan selama itu pula saya gonta ganti pacar hingga saya mempunyai lima mantan pacar jika saya tak salah ingat. Awalnya saya mengira bahwa pacaran itu untuk mengenal satu sama lain yaitu sifat, karakter, watak dan lainnya. Tapi lama-kelamaan saya merasa bosan dan capek dengan pacaran itu. Karena lima kali pacaran saya tak menemukan apa yang saya cari. Merasa tak ada kecocokan hingga akhirnya kandaslah hubungan itu. Tidak cocok dengan kebiasaan sang pacar yang salah satunya tak mengenal agama bahkan ada juga yang mungkin tak pernah shalat. Ya walaupun saya pacaran, alhamdulillahnya saya tak pernah meninggalkan shalat. Selain hal itu adalah kewajiban setiap muslimin dan muslimat, itu juga yang selalu dipesankan oleh kedua orang tua saya yaitu “jangan pernah tinggalkan shalat lima waktu bahkan kalau bisa yang sunahnya pun dikerjakan”.

Selepas lulus kuliah dan mulai bekerja hingga sekarang ini, semenjak itu juga saya memutuskan untuk tidak pacaran lagi. Karena saya merasa pacaran itu tak ada guna dan manfaatnya yang ada malah sebaliknya. Pacaran itu buang-buang waktu bahkan kalau pacarannya menghabiskan banyak biaya bisa dikatakan bahwa pacaran itu juga buang-buang uang. Lebih baik uangnya dipakai untuk hal lain yang lebih bermanfaat, seperti bersedekah misalnya.

Mempertahankan hijab dan mengubah persepsi serta prinsip untuk tidak pacaran terkadang bukanlah hal yang mudah. Karena saya punya pengalaman sendiri tentang hijab yaitu saat lulus kuliah dan melamar pekerjaan kemudian dipanggil untuk tes namun sebelum tes sang pengetes memberitahukan bahwa “jika nanti lulus tes dan bekerja disini maka hijabnya harus dilepas karena tidak boleh berhijab di sini, jadi sebelum tes ini teruskan maka bersediakah untuk melepas hijab saat bekerja?”. Setelah itu saya langsung mundur dan tidak meneruskan tes tersebut karena saya tak mau melepas hijab saya. Saya pikir juga saat itu rezeki bukan hanya di tempat itu, masih banyak tempat lain yang bebas berhijab dalam mencari rezeki. Alhamdulillah saya tidak pernah menyesal hingga sekarang dengan keputusan saya untuk mundur dari tes itu. Walaupun memang boleh berhijab namun bukan saat bekerja. Itu artinya saya bisa-bisa pakai lepas hijab jika saya bekerja di tempat itu. Saya pikir jika saya seperti itu maka saya bukanlah orang yang komitmen dengan suatu hal karena saya tidak dapat berkomitmen dengan hijab yang sudah melekat sejak sekolah menengah atas. Walaupun saya belum bisa berkomitmen sepenuhnya dengan suatu hal setidaknya saya berusaha untuk selalu melaksanakan komitmen yang ada seperti contohnya berhijab.

Godaan pacaran pun kadang datang. Apalagi saat-saat sedang sendiri dan melihat di sekitar bergandengan dengan pasangan mereka yang belum muhrim. Terkadang keinginan untuk seperti itu kembali muncul dan saat seperti itu maka saya harus mengubah persepsi saya tentang pacaran seperti yang saya sebutkan diatas mengenai guna dan manfaatnya.

Saya hanya bisa berharap semoga saya bisa terus mempertahankan hijab ini dan tidak pacaran hingga waktunya tiba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar