apurus rinufa

tulisan sebagai pengingat terutama untuk diri sendiri dan bukan bermaksud untuk menggurui atau apapun. sekedar share dan eksplor saja. maaf jika tak berkenan. trima kasih.

Minggu, 25 Maret 2018

jomblo



BERSYUKUR KARENA JOMBLO

Bicara soal jomblo rasanya tak perlu jauh-jauh karena diri sendiri pun berstatus seperti itu. Sudah berapa lama menjomblo? Seingat saya, terakhir saya punya hubungan dengan lelaki yang bukan muhrim itu sekitar tahun 2011. Sejujurnya dari awal sekolah menengah pertama dan menengah atas, saya tak ingin memiliki pacar karena berpikir apalah gunanya mempunyai pacar. Namun saat tahun 2008 memasuki perkuliahan dan saya membutuhkan teman untuk membantu tugas-tugas maka saat ada teman lelaki yang mendekat dan meminta saya mempunyai hubungan lebih dengannya maka saat itu saya “iya”kan ajakan tersebut. Walaupun hubungan itu hanya bertahan sebentar yaitu beberapa bulan saja. Menyesalkah sekarang? Ada penyesalan sih, tapi untuk apa? Toh semuanya sudah berlalu. Yang penting kita dapat mengambil hikmah dari penyesalan itu.

Jika ditanya, pernah gak sih merasa cemburu dengan orang lain yang jika jalan ke mall atau kemana ada pasangannya? Yah sejujurnya tak bisa saya pungkiri jika ada rasa iri ketika melihat orang lain berduaan dengan pasangan. Namun saya berpikir lagi, untuk apalah iri dengan mereka yang berdua-duaan dengan pasangan yang tidak halal yang belum jelas statusnya secara formal. Jikapun saya ingin berduaan bukan dengan lawan jenis yang belum muhrim. Saya akan merasa lebih bahagia, bangga, tenang dan aman jika bergandengan dengan pasangan yang memang sudah muhrim saya.

Saya bersyukur hingga sekarang berstatus jomblo. Walaupun banyak orang yang bertanya tentang pasangan dan terkadang tak percaya dengan jawaban yang saya berikan yaitu bahwa saya tak mempunyai pacar. Pernah saya utarakan alasan-alasan mengapa saya lebih memilih seperti itu dan saya sebutkan contoh-contoh orang berpacaran, maka kebanyakan mereka hanya diam tanpa respon.

Bukan hanya bersyukur karena jomblo, tetapi sesungguhnya jomblo pun mempunyai keuntungan. Pernah ada seorang teman yang mempunyai pacar kemudian oleh sang pacar, ia dibawa ke rumahnya di luar kota karena ada acara keluarga begitu. Ia hanya pergi berdua dengan sang pacar. Karena diluar kota, maka ia pun menginap di kediaman sang pacar. Saat itu saya pikir hubungannya akan lanjut dan tak lama lagi akan menikah karena sudah dibawa kepada keluarga sang pacar. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Karena setibanya ia dan sang pacar di kota asal, entah karena sebab apa yang pasti hubungan mereka pun kandas. Maka rasa sakit hati pun dirasakan oleh teman saya itu. Dari itu saya bersyukur sekali karena tak mempunyai pacar dan tak perlu mengalami kandasnya hubungan kemudian patah hati. Saya berpikir seandainya saya jadi dia, maka betapa malunya saya ketika sudah dibawa kepada keluarga sang pacar yang otomatis mengenal saya namun setelah itu sang pacar memutuskan hubungan. Saya tak mau seperti itu, tak mau malu karena gagal setelah dikenalkan secara luas.

Terkadang ketika seseorang mempunyai pacar dan sang pacar sering sekali ke rumah. Maka ketika sang tetangga sering sekali melihatnya dan tak kunjung menikah, saat itu pulalah biasanya hal seperti itu menjadi omongan tetangga. Memang sih agak susah karena tak punya pacar menjadi omongan namun punya pacar pun lebih menjadi omongan. Apalagi jika punya pacar yang sering datang ke rumah kemudian tiba-tiba menikah, wah itu sepertinya akan menjadi bahan omongan tetangga lagi. Namun setahu saya omongan tetangga yang jelek itu lebih dikarenakan kita mempunyai pacar apalagi jika sering berkunjung. Namun jika jomblo rasanya tak begitu banyak orang yang akan membicarakan tentang kejombloan kita. Setidaknya kita tak menjadi bahan omongan orang yang tak penting. Semoga juga dengan begitu kita mengurangi dosa-dosa mereka karena tak membuat mereka menggunjingkan kita.

Jomblo itu hemat, apalagi hemat pulsa dan pengeluaran lainnya. Karena walaupun saya jomblo namun saya pernah mengalami juga masa-masa kebodohan seperti itu. Yang seharusnya pulsa cukup untuk satu bulan malah bisa-bisa belum satu bulan bahkan hanya satu minggu sudah habis. Untuk apa? Untuk telepon ataupun sms orang itu padahal cuma say hello menanyakan kabar atau lagi apa dan sudah makan atau belum. Pertanyaan yang menurut saya sekarang, monoton banget. Bahkan terkadang seperti alarm hidup yang membangunkan jika sudah pagi dan harus beraktivitas, entah sang perempuan ataupun sang lelakinya. Bukan hanya itu ketika pergi berduaan entah kemanalah itu tak mungkin saja sang perempuan atau lelaki tak mengeluarkan uang walaupun hanya sedikit. Apalagi jika keluarnya untuk nonton bioskop dan makan. Jika sang lelaki banyak uang sih biasanya semuanya ia yang bayar. Namun juga kita terkadang sebagai wanita ada rasa tak enak jika semuanya ia yang bayar. Maka terkadang pun bergantian, missal sang lelaki bayar nonton dan sang wanita bayar makan ataupun sebaliknya. Tetap saja ujung-ujungnya membuat boros. Karena bisa saja uang yang seharusnya bisa cukup untuk sebulan, namun karena terpakai nonton dan makan di luar rumah yang biasanya harga pun selangit alias mahal akhirnya uang yang kita punya tak cukup untuk sebulan. Lalu kemana kita harus cari tambahan? Apalagi jika status kita masih mahasiswa atau pelajar, masa harus minta lagi sama orang tua gara-gara uang habis untuk pacar atau yang biasanya kita hanya berani mengaku teman kepada orang tua. Walaupun sudah bekerja, rasanya sama saja yaitu uang tak cukup sampai gajian selanjutnya. Ujung-ujungnya pusing sendiri dan membuat hutang kesana kemari hanya untuk pacar.

Namun berbeda halnya jika kita jomblo. Tak perlu boros pulsa hanya untuk say hello. Sekalipun ada sms atau telepon itu pasti memang karena ada kepentingan dan bukan hanya sekedar menyapa saja. Mungkin pulsa yang kita targetkan untuk satu bulan bisa lebih dari itu yaitu bisa dua atau bahkan tiga bulan baru isi ulang lagi karena memang pemakainnya hanya untuk suatu hal yang penting saja. Uang yang kita punya pun jika memang lebih bisa kita tabung untuk masa depan kelak ketika kejombloan kita akan berakhir atau ketika status jomblo berubah menjadi menikah.

Dengan jomblo dan apalagi jika sudah bertekad jomblo sampai halal, maka tak perlu pusing-pusing memikirkan soal pacar apalagi pacaran yang jelas tak ada gunanya. Perbaiki diri saja selama kita menjomblo sampai akhirnya kejombloan berakhir. Karena wanita baik-baik akan mendapatkan laki-laki baik-baik dan begitu pula sebaliknya. Siapa tahu tiba-tiba ada yang datang ke rumah melamar kita.

Ada juga seorang teman yang setahu saya dia benar-benar tak pernah punya pacar. Memang tak bisa dipungkiri juga jika dia pernah suka dengan lelaki saat masih sekolah. Namun ingat loh hanya sebatas suka yang wajar. Ketika lulus kuliah tahun 2011 kemudian ia bekerja di instansi swasta dan seringnya juga ia main ke rumah salah satu temannya, yang ternyata mungkin ada seorang lelaki yang sering memperhatikan. Maka ketika pertengahan 2012 tak lama setelah ia pindah bekerja di instansi negeri, sang lelaki tersebut datang ke rumah untuk melamar dan akhirnya ia dan lelaki tersebut menikah. Subhanallah sekali, karena ia sesuai dengan apa yang pernah diucapkannya yaitu tak mau pacaran. Akhirnya karena harus mengikut suami maka sang teman itupun pindah lagi bekerja di tempat lain yang dekat dengan tempat suami. Saya yang saat itu mendapat undangan sempat kaget juga karena setahu saya ia tak pernah mempunyai hubungan dengan lelaki. Namun itulah Kuasa Allah SWT apapun bisa saja terjadi. Mungkin itulah salah satu keajaiban jomblo dan memang teguh memegang prinsip tak pacaran.

Hal berbeda pula dialami oleh teman, dimana ia mempunyai hubungan dengan sang lelaki cukup lama selama kuliah sekitar tiga tahun lebih dan setelah lulus entah berapa lama. Namun ujung-ujungnya adalah putus ditengah jalan. Saya pikir saat itu ia akan menyebar undangan pernikahannya. Namun berita itu  tak kunjung saya dapat. Maka karena iseng saya menanyakan langsung kepadanya dan barulah saya mengetahui hal yang sebenarnya. Ada suatu sebab yang membuat ia dan lelaki tersebut putus yaitu orang tua. Sudah lama memang orang tua sang wanita tak setuju namun tetap saja ia jalani dengan lelaki tersebut. Sejujurnya jika saya jadi dia, maka ketika orang tua sudah tak setuju lebih baik saya kembali menjomblo daripada pacaran yang hanya sekedar status tak jelas dan tak pasti yang ujung-ujungnya berakhir dengan kata “putus” dan rasanya itu lebih menyakitkan apalagi jika sudah lama berhubungan dengan dia.

Bukan itu saja, ada juga teman saya yang sudah berpacaran sangat lama sekali yaitu dari sejak sekolah, kuliah hingga sekarang bekerja namun tak kunjung juga berakhir dengan pernikahan. Alasannya adalah orang tua sang wanita tak setuju juga dengan sang pacar anaknya. Teman saya ini biasanya meledek saya karena jomblo. Maka saya balas saja “biarin jomblo daripada punya pacar tapi gak nikah-nikah, lebih baik jomblo jelas belum nikah juga hahaha”.

Terkadang saya berpikir bahwa pacaran adalah suatu hal yang membuat tertundanya sebuah pernikahan. Karena jika memang merasa sudah siap, lalu untuk apa pacaran? Langsung saja mengkhitbah kemudian menikah. Jika belum siap, maka secara agama pun dianjurkan untuk berpuasa agar berkurang hawa nafsunya tetapi tidak dianjurkan untuk berpacaran.

Daripada punya pacar lebih baik jomblo saja. Karena jomblo itu lebih bebas ketimbang pacaran. Tak perlu ada orang lain yang harus dibujuk karena ngambek dan marah. Tak perlu lapor jika akan begini begitu kecuali kepada orang tua melapornya. Tak perlu mengalami sakit hati jika gagal dari hubungan itu karena toh dia bukan siapa-siapa juga sekalipun mungkin kita pernah menyukainya.

Menyukai seseorang itu memang tak ada salahnya. Tapi tak harus dijadikan pacar hingga berpacaran yang akhirnya tak semua baik. Karena pada akhirnya yang merugi adalah wanita. Coba saja kita lihat kasus-kasus yang sering ada yang berawal dari pacaran. Jikapun kita menyukai seseorang cukup saja kita doakan yang baik-baik untuk orang tersebut. Ibaratnya menyukai dalam diam dan mendoakannya tanpa orang tersebut ketahui. Tak ada salahnya bukan?

Daripada pacaran yang ujung-ujungnya putus maka lebih baik menjomblo hingga waktunya berakhir. Hingga datangnya kekasih yang halal. Karena tak semua pacaran berujung dengan pernikahan. Namun jika kita berusaha memperbaiki diri salah satunya dengan tak berpacaran alias jomblo sampai halal maka yang akan kita peroleh pun Insya Allah akan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar